Liputan6.com, Labuan Bajo - Seruan ke Pulau Rinca sempat membuat saya langsung berpikir akan bersua dengan komodo, binatang endemik Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, saat perahu cepat merapat pada Jumat pagi, 8 Januari 2021, impian itu langsung pecah berkeping.
Perjalanan laut selama 30 menit dari dermaga La Prima di Labuan Bajo itu justru mengantarkan saya pada sisi lain Pulau Rinca. Bukan komodo yang menyambut, namun rentetan rumah panggung warna-warni nan rapat di bibir pantai.
Di dekat kapal cepat yang saya naiki, banyak ketinting, sebutan perahu kayu biasanya dipakai melaut oleh nelayan, yang parkir di sana-sini. Tenangnya, syahdunya, kesan santai kehidupan pulau langsung menyerbu, tak memberi ruang selain pada apa yang ada di depan mata.
Advertisement
Baca Juga
Saya berjalan menyusuri dermaga untuk akhirnya bertemu papan bertulisan Desa Pasir Panjang. Bersama rombongan, saya langsung berbelok ke sisi kanan pemukiman penduduk. "Di sini 100 persen penduduknya Muslim, mba," kata seorang warga yang hanya tersenyum saat saya tanya namanya.
Di antara warga yang sedang menjemur ikan yang sebagiannya baru saja ditangkap, terdapat rumah panggung. Warna-warna menyolok seperti hijau dan biru jadi pemandangan familiar di sini. Desainnya merupakan bentuk perlindungan diri karena komodo disebut tak bisa naik tangga.
Jalan di salah satu dari lebih dari 200 desa wisata di Labuan Bajo ini sudah dicor, tak lapang tapi cukup. Besarnya kira-kira membuat satu motor harus memelankan laju saat bertemu kendaraan serupa dari arah berlawanan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Napas Lain Pulau Rinca
Tempat ini memang bebas dari infeksi virus corona baru. Kendati, secara otomatis, saya tetap tak melepaskan masker dan berusaha terus menjaga jarak saat berinteraksi dengan penduduk setempat. Takut-takut saya lah yang membawa virus itu.
Tak banyak kata terucap, namun tak ada juga yang ragu membalas anggukan sapaan saya. Warga lokal ramah dan hangat dengan cara mereka sendiri, batin saya. Anak-anak pun akan perlahan mendekat, tapi kemudian hanya tersenyum malu saat saya coba menyulam percakapan.
Walau kebanyakan wisatawan hanya akan langsung bertandang ke Gua Kalong, kehidupan Desa Pasir Panjang, menurut saya, tak kalah menarik untuk ditelisik. Ini akan kian menarik bagi Anda yang suka mendengar cerita dan berinteraksi dengan penduduk lokal.
Di balik bukit yang jadi batas pandangan desa, di sanalah rupa Pulau Rinca yang saya dan mungkin kebanyakan orang kenal lewat promosi wisata maupun foto-foto ciamik di media sosial. Walau tak jadi bertemu komodo, saya bersyukur bisa melihat lanskap dan "napas" tak populer dari Pulau Rinca.
Advertisement