Isi Puisi Menyentuh Amanda Gorman di Pelantikan Joe Biden-Kamala Harris

Puisi karya Amanda Gorman di pelantikan Joe Biden ini bahkan mendapat perhatian dari Oprah Winfrey.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Jan 2021, 12:11 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 12:02 WIB
Pelantikan Joe Biden
Amanda Gorman membacakan puisi di pelantikan Joe Biden di Washingston D.C., Amerika Serikat, 20 Januari 2021. (POOL / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Bertajuk "The Hill We Climb," puisi karya aktivis muda Amanda Gorman menggema saat pelantikan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, di Washington D.C., Rabu siang, 20 Januari 2021, waktu setempat. Gorman sendiri tercatat sebagai poet laureate termuda dalam sejarah.

Berbicara soal persatuan, isi puisi ini berhasil menarik perhatian dan jadi topik hangat perbincangan di jagat maya. Beberapa figur, termasuk Oprah Winfrey, menyoroti betapa pilihan kata Gorman begitu kuat dan berhasil menyentuh hati mereka. Berikut transkrip lengkap puisi tersebut:

When day comes we ask ourselves, where can we find light in this never-ending shade? (Ketika hari tiba kita bertanya pada diri kita sendiri, di mana kita dapat menemukan cahaya di bawah bayangan tiada akhir ini?)

The loss we carry, a sea we must wade (Kehilangan yang kita pikul, laut yang harus kita arungi)

We've braved the belly of the beast (Kita telah menantang "perut binatang buas")

We've learned that quiet isn't always peace (Kita belajar bahwa diam bukan selalu berarti kedamaian)

And the norms and notions of what just is (Dan norma dan pengertian tentang kondisi apa adanya) 

Isn't always just-ice (Tak selalu berisi keadilan)

And yet the dawn is ours before we knew it (Namun fajar adalah milik kita sebelum kita menyadarinya)

Somehow we do it (Entah bagaimana kita melakukannya)

Somehow we've weathered and witnessed a nation that isn't broken but simple unfinished (Entah bagaimana kita telah melewati dan menyaksikan sebuah bangsa yang tak hancur, tapi benar-benar belum selesai)

We the successors of a country and a time (Kita, penerus suatu negara dan zaman)

Where a skinny Black girl descended from slaves and raised by a single mother can dream of becoming president only to find herself reciting for one (Di mana seorang gadis kulit hitam kurus keturunan budak dan dibesarkan seorang ibu tunggal dapat bermimpi jadi presiden hanya untuk mendapati dirinya membaca (puisi) untuk presiden)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Melampaui Warisan Kebanggaan

Parade Busana Wanita di Pelantikan Presiden AS, dari Jill Biden sampai Michelle Obama
Amanda Gorman. (dok. Win McNamee / POOL / AFP)

And yes we are far from polished (Dan ya kita masih jauh dari terpoles) 

far from pristine (Jauh dari murni)

but that doesn't mean we are striving to form a union that is perfect (Tapi, bukan berarti kita semata berjuang untuk membentuk persatuan yang sempurna)

We are striving to forge a union with purpose (Kita berusaha menjalin persatuan dengan mengenggam tujuan tertentu)

To compose a country committed to all cultures, colors, characters and conditions of man (Untuk menghadirkan negara yang berkomitmen pada semua budaya, warna, karakter, dan kondisi manusia)

And so we lift our gazes not to what stands between us but what stands before us (Jadi kita memandang bukan ke apa yang berdiri di antara kita, tapi apa yang ada di depan kita)

We close the divide because we know, to put our future first,we must first put our differences aside (Kita menutup kesenjangan karena kita tahu, untuk mengutamakan masa depan, pertama-tama kita harus mengesampingkan perbedaan)

We lay down our arms so we can reach out our arms to one another (Kami "membaringkan" tangan kami sehingga dapat mengulurkan tangan pada satu sama lain)

We seek harm to none and harmony for all (Kami tak mencari kesakitan bagi siapa pun dan harmoni untuk semua)

Let the globe, if nothing else, say this is true (Biarkan dunia, jika tak ada yang lain, mengatakan bahwa ini benar)

That even as we grieved, we grew (Bahkan saat berduka, kami berkembang)

That even as we hurt, we hoped (Bahwa saat tersakiti, kami berharap)

That even as we tired, we tried (Bahkan saat lelah, kami mencoba)

That we'll forever be tied together, victorious (Bahwa selamanya kita akan terikat bersama, menang) 

Not because we will never again know defeat (Bukan karena kita tak akan pernah tahu kekalahan lagi)

but because we will never again sow division (Tapi karena kita tak akan pernah lagi menabur perpecahan)

Scripture tells us to envision that everyone shall sit under their own vine and fig tree (Alkitab memberi tahu kita untuk membayangkan bahwa setiap orang akan duduk di bawah pohon anggur dan pohon ara mereka sendiri)

And no one shall make them afraid (Dan tak seorang pun akan membuat mereka takut)

If we're to live up to our own time (Jika kita ingin hidup sesuai waktu kita sendiri)

Then victory won't lie in the blade (Maka kemenangan tak terletak pada mata pisau)

But in all the bridges we've made (Tapi di semua jembatan yang telah kita bangun)

That is the promise to glade (Itu adalah janji untuk ruang hijau)

The hill we climb (Bukit yang kita daki)

If only we dare (Kalau saja kita berani)

It's because being American is more than a pride we inherit, (Itu karena jadi orang Amerika lebih dari sekadar kebanggaan yang diwariskan)

it's the past we step into and how we repair it (Ini adalah tentang masa lalu dan bagaimana kami memperbaikinya)

We've seen a force that would shatter our nation rather than share it (Kita telah melihat kekuatan yang akan menghancurkan bangsa daripada memberikan)

Would destroy our country if it meant delaying democracy (Akan menghancurkan negara kita jika itu berarti menunda demokrasi)

And this effort very nearly succeeded (Dan upaya ini hampir berhasil)

But while democracy can be periodically delay edit can never be permanently defeated (Tapi sementara demokrasi dapat ditunda secara berkala, penyuntingan tak pernah bisa dikalahkan secara permanen)

Puisi Amanda Gorman

Amanda Gorman, aktivis perempuan termuda Amerika, akan tampil membacakan puisi berjudul “The Hill We Climb” di pelantikan presiden Amerika Serikat, Joe Biden pada Rabu(20/01)f
Amanda Gorman, aktivis perempuan termuda Amerika, akan tampil membacakan puisi berjudul “The Hill We Climb” di pelantikan presiden Amerika Serikat, Joe Biden pada Rabu(20/01) (Foto: Instagram @amandascgorman / by Jim Harrison)

In this truth (Dalam kebenaran ini)

in this faith we trust (Dalam keyakinan ini kita percaya)

For while we have our eyes on the future history has its eyes on us (Untuk sementara mata kita tertuju pada masa depan, sementara histori mengawasi kita)

This is the era of just redemption (Ini adalah era semata penebusan)

We feared at its inception (Kita takut mendapati kelahirannya)

We did not feel prepared to be the heir of such a terrifying hour but within it we found the power to author a new chapter (Kita tak merasa siap untuk jadi pewaris masa yang begitu menakutkan, tapi dalam hati, kita menemukan kekuatan unruk jadi penulis bab baru)

To offer hope and laughter to ourselves (Untuk menawarkan harapan dan tawa pada diri kita sendiri)

So while once we asked, how could we possibly prevail over catastrophe? (Jadi, sementara pada satu waktu kita bertanya, bagaimana kita bisa menang atas malapetaka?)

Now we assert (Sekarang kita tegaskan)

How could catastrophe possibly prevail over us? (Bagaimana malapetaka bisa menang atas kita?)

We will not march back to what was but move to what shall be (Kita tidak akan kembali ke masa lalu, tapi menuju ke yang seharusnya)

A country that is bruised but whole, benevolent but bold, fierce and free (Negara yang terluka, tapi utuh, baik hati tapi berani, ganas, dan bebas)

We will not be turned aroundor interrupted by intimidation because we know our inaction and inertia will be the inheritance of the next generation (Kita tak akan berpaling atau diganggu intimidasi karena kita tahu kelambanan dan kelemahan kita akan jadi warisan bagi generasi berikutnya)

Our blunders become their burdens (Beban kita jadi beban mereka)

But one thing is certain: (Tapi, satu hal yang pasti)

If we merge mercy with might, and might with right, then love becomes our legacy and change our children's birthright (Jika kita menggabungkan kasih sayang dengan kekuatan, kekuatan dengan hak, maka cinta jadi warisan kita dan mengubah hak anak-anak kita)

So let us leave behind a country better than the one we were left with (Jadi marilah kita meninggalkan negara yang lebih baik dari negara yang ditinggalkan pada kita)

Every breath from my bronze-pounded chest, we will raise this wounded world into a wondrous one (Setiap nafas dari dadaku yang berdebar, kita akan mengangkat dunia yang terluka ini jadi menakjubkan)

We will rise from the gold-limbed hills of the west, we will rise from the windswept northeast where our fore fathers first realized revolution (Kita akan bangkit dari perbukitan "berkaki emas" di barat, kita akan bangkit dari timur laut, tempat nenek moyang kita pertama kali menyadari revolusi)

We will rise from the lake-rimmed cities of the midwestern states, we will rise from the sunbaked south (Kita akan bangkit dari kota-kota yang dikelilingi danau di negara bagian tengah, kita akan bangkit dari wilayah selatan yang bermandi matahari)

We will rebuild, reconcile and recover and every known book of our nation and every corner called our country, (Kita akan membangun kembali, mendamaikan, dan memulihkan, dan setiap buku bangsa kami yang dikenal dan setiap sudut yang disebut negara kita)

our people diverse and beautiful will emerge, battered and beautiful (orang-orang kita yang beragam dan menawan akan muncul, babak belur dan memesona)

When day comes we step out of the shade, aflame and unafraid (Ketika tiba hari kita melangkah keluar dari bayang-bayang, bersemangat dan tak takut)

The new dawn blooms as we free it (Fajar baru pun mekar saat kita membebaskannya)

For there is always light, if only we're brave enough to see it (Karena selalu ada cahaya, bila kita cukup berani untuk melihatnya)

If only we're brave enough to be it (Jika kita cukup berani untuk menjadi cahaya itu)

Infografis Covid-19 Jadi Isu Panas Debat Capres Joe Biden Vs Donald Trump

Infografis Covid-19 Isu Panas Debat Capres Joe Biden Vs Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Covid-19 Isu Panas Debat Capres Joe Biden Vs Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya