Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 membuat banyak negara kian hati-hati terhadap para wisatawan asing. Peningkatan kasus positif Covid-19 hingga kemunculan varian baru virus SARS-CoV2 membuat sejumlah negara mengetatkan aturan kunjungan dari luar negeri, termasuk di Kanada.
Negara yang dipimpin Perdana Menteri Justin Trudeau itu sedang mempertimbangkan kewajiban karantina di hotel dengan biaya sendiri bagi para pelancong ketika mereka datang ke negara itu. Kebijakan itu merespons situasi terkini.
Advertisement
Baca Juga
"Tidak ada yang boleh berlibur ke luar negeri sekarang," kata Trudeau. "Jika Anda punya rencana, batalkan. Dan jangan pesan perjalanan untuk liburan musim semi," sambung Trudeau, seperti dikutip dari laman Fox News, Sabtu, 23 Januari 2021.
Trudeau juga mengatakan dia membahas "berbagai opsi '' untuk pembatasan perjalanan lebih lanjut. Salah satu opsi itu mencakup mewajibkan para pelancong untuk menjalani karantina di hotel.
Saat ini, Kanada mengharuskan orang yang memasuki negara itu untuk mengisolasi diri selama 14 hari dan menunjukkan tes negatif Covid-19 yang diambil dalam tiga hari sebelum kedatangan. Perdana Menteri Quebec François Legault menyebutkan potensi karantina hotel yang dianjurkan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Larangan ke Luar Negeri
Menurut siaran pers, Legault mengatakan dia sedang mempertimbangkan "memaksa semua mereka yang kembali dari perjalanan untuk melakukan karantina 14 hari di kamar hotel yang diawasi, yang harus mereka bayar sendiri."
Rilis itu mengatakan Legault sedang membahas langkah itu dan potensi larangan perjalanan internasional yang tidak penting dengan pemerintah federal. "Sementara varian baru virus mendatangkan malapetaka di negara-negara seperti Inggris, sekarang bukan waktunya bagi Quebec untuk bepergian ke luar negeri," kata rilis tersebut.
Varian terbaru dari virus yang muncul di Inggris, Afrika Selatan dan Brasil tampaknya menyebar lebih mudah dan para ilmuwan mengatakan itu akan menyebabkan lebih banyak kasus positif, rawat inap, bahkan kematian. Mereka juga prihatin tentang potensi kemampuan mutasi virus yang pada akhirnya akan mengurangi efektivitas vaksin.
Advertisement