Bintang Hong Kong Dikecam Warga Tiongkok karena Pakai Jubah Dolce & Gabbana

Dolce & Gabbana meninggalkan citra buruk di mata warga Tiongkok. Bintang Hong Kong itu pun terkena imbasnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2021, 06:30 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2021, 06:30 WIB
Bintang Hong Kong Karen Mok Dikecam Warga Tiongkok Usai Tampil Bergaun Dolce & Gabbana
Bintang asal Hong Kong, Karen Mok dikecam warganet Tiongkok. (Dok Instagram @mokabyebaby/https://www.instagram.com/p/CNcmRSOhZ92/?utm_medium=copy_link/Muhammad Thoifur)

Liputan6.com, Jakarta - Bintang Hong Kong Karen Mok baru-baru ini menuai kontroversi usai berpose mengenakan gaun Dolce & Gabbana di video musik terbarunya. Aksinya dikecam oleh warga Tiongkok lantaran dianggap menggunakan merek 'anti-China'.

Video yang menampilkan Karen Mok menjadi trending topic di Weibo, platform media sosial mirip Twitter. Mereka bahkan menyuruh sang bintang untuk meninggalkan China karena dianggap tidak peka politik.

Dilansir dari laman South China Morning Post, Senin, 14 Juni 2021, pihak studio yang mengunggah potret Karen Mok buru-buru meminta maaf atas kelalaian pemilih busana itu pada Sabtu, 12 Juni 2021. Mereka juga meminta maaf kepada fans dan rekan sesama artis atas insiden tersebut.

Dalam pernyataan tersebut, mereka tidak menyebutkan Dolce & Gabbana sama sekali. "Pegawai studio gagal menyortir dan memeriksa masalah nama brand itu," demikian bunyi pernyataan tersebut.

Studio sang bintang kemudian meminta agar video klip yang menampilkan jubah dari koleksi Imlek brand asal Italia itu dihapus dari semua platform media sosial. Sang penyanyi diketahui saat ini sedang sibuk mempromosikan album terbarunya, The Voyage, dengan menggelar konser pada pekan lalu.

Sementara itu, Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin yang dikenal dengan pandangan nasionalisnya menganggap kecaman warganet terhadap Karen berlebihan. Ia meminta agar warganet bersikap lebih bijak perihal insiden gaun Dolce & Gabbana itu.

"Saya sangat berharap semua organisasi dan influencer tetap mengendalikan diri. Biarkan hal itu diselesaikan antara brand dan bintang. Opini di ruang siber kita semestinya bisa menoleransi beragam suara," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kasus Dolce & Gabbana

Iklan Dolce & Gabbana yang dinilai kontroversial (kredit: supplied / Instagram)
Iklan Dolce & Gabbana yang dinilai kontroversial (kredit: supplied / Instagram)

Dolce & Gabbana membuat kontroversi pada 2018 setelah menampilkan iklan yang memperlihatkan seorang wanita Asia mencoba makan pizza dan spageti menggunakan sumpet. Iklan itu dikritik warga Tiongkok karena dianggap menghina publik China.

Brand tersebut sampai diboikot setelah tangkapan layar yang berisi perbincangan pribadi Stefano Gabbana, co-founder brand itu, bocor ke publik. Isinya adalah komentar buruknya soal China.

Gabbana dan Dolce akhirnya meminta maaf secara resmi kepada publik Tiongkok, tapi nama brand itu keburu tercoreng. Sejumlah selebritas Tiongkok ramai-ramai memboikot brand tersebut, seperti aktris Zhang Zhiyi hingga Dilraba Dilmurat yang memutuskan kontrak dengn D&G.

Bahkan, show yang sedianya akan digelar pada November 2018, terpaksa dibatalkan dalam beberapa jam sebelum acara. D&G kehilangan jutaan dolar akibat diboikot di Tiongkok.

 

 

Tuntut Pendiri Diet Prada

Dolce & Gabbana, Brand Fesyen Ternama Pertama yang Keluarkan Baju Plus Size
Koleksi pakaian Dolce & Gabbana untuk koleksi pra musim gugur 2019. (dok. Dolce & Gabbana/Novi Thedora)

Stefano Gabbana belakangan mengatakan bahwa akun Instagram-nya telah diretas. Ia melalui rumah modenya lalu menggugat pendiri Diet Prada, pihak yang menerbitkan pesan pribadi Gabbana itu, dan menuntut Tony Liu dan Lindsey Schuler selaku pendiri Diet Prada membayar ganti rugi.

Besaran tuntutannya adalah 3 juta euro (Rp51 miliar) untuk Dolce & Gabbana dan 1 juta euro (Rp17 miliar) untuk Stefano Gabbana. "Kami mengajukan pembelaan atas kebebasan berbicara kami sebagai jawaban klaim pencemaran nama baik yang dibawa ke pengadilan Milan oleh Dolce & Gabbana," kata Liu dan Schuler dalam sebuah unggahan Instagram.

Fashion Law Institute yang berbasis di Fordham Law School, New York, Amerika Serikat mengoordinasikan pembelaan keduanya melalui klinik pro bono bekerja sama dengan firma hukum Italia AMSL Avvocati.

Menurut Associated Press, rumah mode tersebut juga mencari ganti rugi sebesar 450 juta euro (Rp7,7 triliun) yang dihabiskan untuk memulihkan citra merek sejak 2018 dan lebih dari 8,6 juta euro (Rp147 miliar) untuk pembatalan pertunjukan Shanghai.  Juga, 8,6 juta euro lainnya untuk pengeluaran staf dan 89,6 juta euro (Rp1,5 triliun) untuk kehilangan penjualan Asia dari November 2018 hingga Maret 2019. (Muhammad Thoifur)

 

Bergaya dengan Masker

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya