UNESCO Hapus Taman Nasional Salonga Kongo dari Daftar Situs Warisan Dunia Terancam Punah

UNESCO puji Kongo karena bisa memulihkan hutan yang rusak di Taman Nasional Salonga.

oleh Komarudin diperbarui 22 Jul 2021, 08:02 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2021, 08:02 WIB
Taman Nasional Salonga
Taman Nasional Salonga di Republik Demokratik Kongo (dok.wikimedia commons)

Liputan6.com, Jakarta - Republik Demokratik Kongo menorehkan keberhasilan, setelah UNESCO menghapus salah satu cagar alamnya dari daftar situs yang terancam punah. UNESCO memuji upaya konservasi negara itu dan komitmen pemerintah untuk melarang pencarian minyak di Taman Nasional Salonga.

Komite Warisan Dunia UNESCO mengutip "perbaikan menuju negara konservasi" dalam keputusannya. "Pemantauan fauna liar secara teratur menunjukkan bahwa populasi bonobo (kera) tetap stabil di dalam wilayah tersebut meskipun ada tekanan di masa lalu, dan bahwa populasi gajah hutan mulai kembali," kata pernyataan itu, dilansir dari laman VOA, Selasa, 21 Juli 2021.

Kementerian Lingkungan Kongo menyambut baik langkah tersebut. Ini akan menjadi "kesempatan untuk memikirkan kembali pengelolaan lahan gambut dengan maksud untuk mengukur kapasitasnya untuk menyerap emisi karbon", katanya kepada Agence France-Presse.

World Wide Fund for Nature (WWF) mengucapkan selamat kepada negara itu. WWF mengatakan Taman Nasional Salonga dihapus dari daftar Warisan Dunia yang terancam punah setelah kemajuan dalam menghentikan konsesi minyak dan perburuan liar yang mengancam satwa liar setempat dan orang-orang di dalamnya.

"Selamat kepada Republik Demokratik Kongo! Taman Nasional Salonga dihapus dari daftar Warisan Dunia dalam terancam punah setelah kemajuan dalam menghentikan konsesi minyak & perburuan liar yang mengancam satwa liar dan orang-orang di dalamnya," cuit WWF.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lihat Kondisi

Taman Nasional Salonga
Taman Nasional Salonga (dok.Instagram/@fairandprecious/https://www.instagram.com/p/CAH1ifgKpBR/Komarudin)

Melansir dari laman The National News, sebelum menghapus Taman Nasional Salonga dari daftar situs warisan dunia yang terancam punah, UNESCO lebih dulu melihat kondisi dan pengelolaan situs tersebut. Seperti pengelolaan hutan dan tentang konsensi minyak

"Komite menyambut baik klarifikasi yang diberikan oleh otoritas nasional bahwa konsesi minyak yang tumpang tindih dengan properti itu batal demi hukum dan bahwa blok-blok ini akan dikeluarkan dari lelang di masa depan," bunyi pernyataan itu. UNESCO juga mengamati bahwa pengelolaan taman telah sangat meningkat, terutama berkaitan dengan penguatan tindakan anti-perburuan liar.

Taman Nasional Salonga juga mengembalikan lahan gambut yang sempat rusak yang menjadi tolak ukur untuk menghitung daya serap emisi karbon. Taman Nasional Salonga sendiri adalah hutan hujan lindung terbesar di Afrika.

Terancam Punah Sejak 1984

Taman Nasional Salonga
Taman Nasional Salonga (dok.instagram/@thomas.nicolon/https://www.instagram.com/p/CMsJZZVnSmt/Komarudin)

Taman Nasional Salonga adalah hutan hujan lindung terbesar di Afrika dan rumah bagi 40 persen kera bonobo Bumi, bersama dengan beberapa spesies terancam punah lainnya. Taman itu dibuat pada 1970 oleh diktator saat itu Mobutu Sese Seko dan telah masuk dalam daftar terancam punah sejak 1984.

Taman Nasional Salonga terletak di jantung cekungan tengah sungai Kongo, taman ini sangat terisolasi dan hanya dapat diakses oleh air. Ini adalah habitat dari banyak spesies endemik yang terancam punah, seperti simpanse kerdil, merak Kongo, gajah hutan dan buaya 'palsu' Afrika.

Salonga adalah kawasan lindung terbesar dari hutan hujan lebat di benua Afrika. Taman yang luasnya 3.600.000 ha berisi evolusi penting, baik spesies maupun komunitas di kawasan hutan yang masih relatif utuh. Taman ini berperan penting untuk pengaturan iklim dan penyerapan karbon.

Infografis Penimbun Saat Pandemi Covid-19 Terancam Pidana

Infografis Penimbun Saat Pandemi Covid-19 Terancam Pidana. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Penimbun Saat Pandemi Covid-19 Terancam Pidana. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya