Yuk Minta Opsi, Petisi bagi E-Commerce Agar Bertanggung Jawab Tekan Sampah Plastik

Studi LIPI menunjukkan aktivitas belanja online mendongkrak jumlah sampah plastik sekali pakai hingga 50 persen selama pandemi. E-commerce dinilai harus ikut bertanggung jawab.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Agu 2021, 15:38 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2021, 08:03 WIB
Cara Seru Kelola Sampah Kemasan Paket-Paket Lebaran, Jangan Asal Dibuang
Ilustrasi sampah kemasan paket lebaran. ( dok. Andrea Piacquadio/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah petisi diluncurkan Narasea Indonesia bersama 100 kolaborator dari komunitas dan NGO sejak pertengahan Juli 2021. Bertajuk 'Yuk, Minta Opsi!', petisi tersebut meminta agar konsumen diberikan pilihan kemasan yang lebih minim plastik. Petisi ditujukan kepada e-commerce yang beroperasi di Indonesia itu sudah ditandatangani 2.463 orang dari target 2.500 peserta. 

"Kita menekan e-commerce, kita harus bisa memberikan opsi dari penggunaan plastik yang berlebihan," ujar Rayyan Adn, Communication Manager Narasea Indonesia, kepada Liputan6.com, Kamis, 5 Agustus 2021.

Desakan itu bukan tanpa dasar. Jumlah sampah kemasan plastik sekali pakai di masa pandemi melewati produksi sebelum pandemi. Merujuk hasil studi LIPI, sampah plastik di masa pandemi meningkat 50 persen dari sebelum pandemi. Sekitar 62 persen sampah plastik berasal dari belanja online di market place, sedangkan 47 persen berasal dari sektor jasa antar makanan.

Narasea Indonesia berkolaborasi dengan 100 komunitas lain untuk menekan para CEO e-commerce agar mereka menyediakan opsi lebih baik dalam menekan sampah kemasan plastik sekali pakai. Di sisi lain, komunitas yang fokus pada edukasi kelautan dan ekosistem itu berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Semoga setelah mencapai target ini, setidaknya banyak orang yang sudah mengisi petisi kita. Harapannya petisi ini memberikan dampak perubahan kepada e-commerce untuk memberikan opsi tersebut," ujar Bryan Auriol, Chief Executive Officer Narasea Indonesia.

Sejak 2019, Narasea Indonesia ikut menyuarakan pengurangan plastik sekali pakai. Tantangan meyakinkan masyarakat makin bertambah di masa pandemi, tetapi mereka meyakini ada cara lebih baik daripada penggunaan kemasan plastik sekali pakai itu. Salah satu usulannya dengan membuat boks khusus di jok belakang motor.

"Ketika memesan makan, dapat dibuat boks khusus pada jok belakang motor yang berfungsi untuk menaruh pesanan," kata Rayyan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video PIlihan Berikut Ini:

Pawai Bebas Plastik

Ilustrasi
Ilustrasi kurir mengantarkan paket. (dok. unsplash/@markusspiske)

Selain meluncurkan petisi, Narasea Indonesia juga mengampanyekan gerakan Pawai Bebas Plastik. Ide itu berangkat dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Hingga Juni 2021, hanya 23 produsen yang sudah menyerahkan peta rencana pengurangan sampah plastik. Karena itu, mereka ingin mendesak perusahaan yang belum memenuhi kewajibannya, untuk memenuhi tanggung jawabnya, terutama e-commerce.

Pada 2019, pawai berlangsung dengan turun ke jalan. Tahun ini, mereka menggelar seri webinar untuk membangkitkan kesadaran tersebut. Selain itu, mereka juga membuat surat terbuka yang ditujukan kepada para petinggi e-commerce, disertai dengan video berjudul Welcome to Indonesia Pawai Bebas Plastik.

"Dari Pawai Bebas Plastik akhirnya (kita) berani menyuarakan ‘Yuk Bebas Plastik ini’," ujar Bryan.

"Walaupun kita adakan dari tahun lalu juga nggak semuanya tuh langsung aware, langsung peduli. Nggak semua mengikuti apa yang kita sarankan,” imbuh Rayyan.

 

Dekati Penjual

Permintaan Plastik Melonjak di Masa Pandemi, Kebijakan Pelarangan Tak Efektif?
Ilustrasi kantung plastik. (dok. Foto Gabe Pierce/Unsplash.com)

Menurut Bryan, selain desakan, pihaknya juga menggunakan cara persuasif agar tercipta tren yang positif.  Mereka mendekati salah satu merek berpengaruh dan memintanya untuk mempublikasikan tentang pengurangan plastik pada toko mereka.

"Kita berusaha menciptakan tren di masyarakat dan penjual. Jadi begitu penjual ter-influence, otomatis menjadi tren dan makin banyak yang mengurangi penggunaan plastiknya," ujar Bryan.

Pentingnya edukasi untuk bijak berplastik yang diimbangi dengan tindakan seperti membuat sebuah tren menjadi langkah penting untuk mengurangi masalah ini. Anda yang tertarik mendukung petisi ini bisa mengecek langsung laman mereka di Change.org. (Gabriella Ajeng Larasati)

Sampah Plastik Indonesia

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya