Liputan6.com, Jakarta - Sesuai namanya, diet nabati pada dasarnya merupakan pola makan yang berfokus pada makanan bersumber dari tumbuhan. Tidak hanya buah-buahan dan sayuran, tapi juga kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak.
Seiring popularitasnya yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, ahli gizi bersertifikat dr. Dion Haryadi mencatat beberapa kesalahan umum yang dilakukan orang saat baru memulai diet nabati. "Yang harus dipahami, ini tidak berarti bahwa Anda vegetarian atau vegan dan tidak makan daging atau susu," katanya dalam peluncuran virtual menu makanan berbahan nabati IKEA, Jumat, 27 Agustus 2021.
dr. Dion menambahkan, secara proporsional, pelaku diet nabati akan memilih lebih banyak makanan bersumber dari tumbuhan. "Jadi bisa dikombinasikan sedemikian rupa," imbuhnya.
Advertisement
Baca Juga
Kebanyakan orang yang memulai diet nabati cenderung "langsung terjun." Ini sama saja dengan fenomena olahraga, katanya, yang membuat banyak orang langsung kalang-kabut membeli berbagai peralatan penunjang.
"Biasanya terlalu terburu-buru, padahal (diet nabati) bisa dimulai dari hal-hal kecil," kata dr. Dion.
Misal, dalam satu piring, rasio daging bisa dikurangi sampai setengah porsi, jangan langsung tidak makan sama sekali. Di samping, ia berpesan untuk tetap menjaga rasio protein.
Trik lainnya untuk menjalani diet nabati secara lebih berkelanjutan adalah dengan memulainya dari satu waktu makan dulu. "Sejalannya waktu, nanti bisa di-improve jadi dua waktu makan sampai tiga waktu makan," ucapnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menu Nabati Juga Tidak Kalah Lezat
dr. Dion mengatakan, persepsi umum mengarah pada makanan berasal dari tumbuhan semuanya "harus hambar dan tidak enak." Padahal, sajian tersebut tetap bisa bercita rasa lezat dan memberi pengalaman makan yang menyenangkan.
"Ini balik lagi ke bumbu, bagaimana meracik, dan cara masaknya," ucapnya.
Di samping itu, ia juga menyarankan untuk mengatur rasio santapan dengan sebisa mungkin menambah banyak warna ke dalam piring. "Semakin berwarna, semakin baik. Menunya harus bervariasi, jangan itu-itu saja," katanya.
Â
Advertisement
Mengenalkan pada Anak
Pola makan memperbanyak makanan berasal dari bahan nabati itu juga dr. Dion terapkan pada anaknya. Itu, katanya, harus dibiasakan sedini mungkin. "Mindset sayur tidak enak itu harus diubah dulu," tuturnya.
Dengan pengenalan secara berkelanjutan, dia tidak serta-merta menetapkan pola makan nabati untuk buah hatinya. Ia kembali ke prinsip bahwa seseorang harus menjalani diet ini saat dirinya sudah siap.
"Dengan dibiasakan, saat nanti mulai (menerapkan pola makan nabati) anak sudah lebih siap," ucapnya.
Selain juga berkontribusi pada lingkungan, dalam kasus ini mengurangi emisi karbon akibat produksi daging, sayur sebagai salah satu makanan nabati dinilainya lebih ekonomis di Indonesia. "Sekarang mungkin pilihan menu nabati masih sedikit, tapi saya yakin ke depannya akan terus berkembang," tandasnya.
Infografis Benarkah COVID-19 Bisa Menyebar Melalui Makanan?
Advertisement