Liputan6.com, Jakarta - Dalam catatan sejarah, manusia saling memakan daging sesamanya yang diistilahkan sebagai kanibalisme atau antropofag. Ritual tersebut menjadi bagian dari perang untuk mendapatkan kekuatan musuh, atau alat menakut-nakuti lawan.
Selama beberapa tahun terakhir, para ahli menegaskan bahwa kanibalisme, yang dilaporkan dipraktikkan oleh banyak budaya pramodern, muncul dari tekanan nutrisi kronis, impuls psikoseksual atau dari mitos penciptaan tertentu dan simbol budaya lainnya.
Dilansir Britannica, Selasa (28/9/2021), istilah ini berasal dari nama Spanyol (CarÃbales, atau CanÃbales) untuk orang Carib, sebuah suku Hindia Barat yang terkenal dengan praktik kanibalismenya. Kanibalisme telah menyebar luas dan ditemukan di antara orang-orang di sebagian besar benua.
Advertisement
Praktik tersebut masih berlaku hingga zaman modern sekarang, seperti di beberapa bagian Afrika Barat dan Tengah, Melanesia (terutama Fiji), New Guinea, Australia, suku Maori di Selandia Baru, di beberapa pulau Polinesia, antar-suku di Sumatera, dan di berbagai suku di Amerika Utara dan Selatan.
Di beberapa daerah, daging manusia dipandang sebagai bentuk makanan, bahkan disamakan dengan makanan hewani, seperti yang ditunjukkan dalam istilah pidgin Melanesia, babi panjang. Biasanya, orang Maori memotong dan memakan lawannya yang telah gugur dalam pertempuran. Selain itu, orang Batak Sumatera dilaporkan pernah menjual daging manusia di pasar.
Baca Juga
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kanibalisme Sebagai Ritual
Dalam kasus lain, konsumsi bagian organ tertentu adalah sarana ritual untuk mendapatkan kualitas dari orang yang dimakan. Pembunuhan untuk ritual dan kanibalisme di Afrika sering dikaitkan dengan ilmu sihir, seperti memakan potongan tubuh atau kepala musuh yang telah meninggal sebagai sarana untuk menyerap vitalitas atau kualitas, dan mengurangi kekuatan untuk balas dendam.
Suku Aztec tampaknya mempraktikkan kanibalisme dalam skala besar sebagai bagian dari ritual pengorbanan tawanan perang dan korban lainnya. Sebagian orang telah mempraktikkannya untuk alasan yang berbeda, dan suatu kelompok juga mempraktikkan kanibalisme yang bertujuan untuk satu konteks tertentu.
Dalam beberapa kasus, tubuh orang yang telah meninggal, secara ritual dimakan oleh kerabatnya sebagai suatu bentuk yang disebut endokanibalisme. Beberapa orang dari suku Aborigin, Australia, melakukan praktik semacam itu sebagai tindakan penghormatan.
Namun, penyebaran di era modernisasi biasanya mengakibatkan pelarangan praktik-praktik semacam itu. Para ilmuwan berpendapat bahwa kanibalisme hampir tidak ada sama sekali kecuali dalam keadaan darurat.
Â
Penulis : Vania Dinda Marella
Advertisement