Kebun Binatang Paksa Bayi Monyet Mengisap Rokok, Bikin Publik Geram

Ironinya, bayi monyet di sebuah kebun binatang di China ini merupakan model kampanye anti-merokok.

oleh Asnida Riani diperbarui 06 Nov 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi bayi monyet. (dok. pexels/Moon Bhuyan)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kebun binatang dikecam keras setelah video menunjukkan seekor bayi monyet mengisap rokok beredar di media sosial. Ironinya, bayi monyet bernama Banjin ini merupakan model kampanye anti-merokok dalam klip yang diamksud.

Melansir Daily Star, Sabtu (6/11/2021), Banjin merupakan salah satu penghuni baru di Taman Margasatwa Hengshui, Provinsi Hebei, China. Rekaman yang viral di aplikasi China Douyin ini menunjukkan Banjin kecil duduk di bangku dan memegang rokok yang menyala di mulutnya.

Beberapa detik kemudian, seorang wanita di belakang kamera mengambil rokok tersebut, membuat bayi monyet ini jatuh dari bangku dan menghantam tanah. "Ups, itu memukulnya. Merokok berbahaya bagi kesehatan seseorang," tulis keterangan klip tersebut.

Video tersebut memicu kemarahan penghuni jagat maya dan staf telah menghapus video tersebut. Pihaknya mengatakan, "Monyet-monyet yang ditangkap biasanya tidak merokok."

Pihaknya menyambung bahwa mereka mengunggah video tersebut untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya merokok. Tapi apa yang dilakukan pihak kebun binatang dianggap sebagai tindak kekerasan terhadap hewan.

"Kebun binatang seharusnya tahu lebih baik daripada melakukan ini," tulis seorang pengguna, sementara yang lain berkomentar. "Mereka seharusnya peduli dengan hewan."

Pengguna Douyin juga menemukan video lain di bawah akun kebun binatang yang menunjukkan penjaga membuat monyet melakukan trik di kandang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kata Otoritas

Ilustrasi monyet (pixabay)
Ilustrasi monyet (pixabay)

Seorang juru bicara unit perlindungan satwa liar di Otoritas Perencanaan dan Sumber Daya Alam Hengshui mengatakan, "Ada peraturan nasional mengenai penggunaan hewan liar untuk tujuan pameran dan tidak ada kekejaman terhadap hewan liar yang diperbolehkan."

"Kebun binatang memiliki izin administratif yang diperlukan untuk pameran," ujarnya. "Kami telah memberi tahu kebun binatang bahwa kekejaman terhadap hewan sangat dilarang."

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan, seperti dikutip dari Daily Mail, hewan yang terpapar asap rokok diketahui berisiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit. Ini termasuk pneumonia, masalah mata, penyakit jantung, dan kanker.

 


Menambah Daftar Panjang Kontroversi

Ilustrasi monyet
Ilustrasi monyet (Dok. Unsplash)

Video monyet merokok adalah yang terbaru dalam daftar kontroversi seputar kesejahteraan hewan di China. Mei lalu, kegilaan "boks misteri," di mana hewan peliharaan disegel dan dijual 1,5 dolar AS (Rp21 ribu) menyapu pembeli online di negara itu.

Aktivis hewan menyelamatkan sekitar 160 kucing dan anjing, beberapa di antaranya telah mati selama transit karena lemas. Sementara itu, Festival Daging Anjing Yulin tahunan di barat daya Tiongkok juga mendapat kecaman luas dari kelompok hak asasi hewan internasional dan lokal.

Lebih dari 10 ribu anjing disembelih dan dimakan dalam acara tahunan yang berlangsung selama 10 hari tersebut. Penduduk lokal percaya daging anjing akan membawa kesehatan dan keberuntungan bagi mereka yang mengkonsumsinya.


Infografis Sebar Hoaks demi Raup Untung di YouTub

Infografis Sebar Hoaks demi Raup Untung di YouTube. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Sebar Hoaks demi Raup Untung di YouTube. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya