6 Fakta Menarik Kabupaten Wajo yang Terkenal dengan Kain Tenun Sutra

Kabupaten Wajo masih menyimpan berbagai jejak kerajaan di masa lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2021, 08:30 WIB
6 Fakta Menarik Kabupaten Wajo yang Terkenal dengan Kain Tenun Sutra
Museum Saoraja Mallangga di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. (dok. direktoripariwisata.id)

Liputan6.com, Jakarta - Wajo merupakan kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang luas wilayahnya 5,36 persen dari total luas provinsi. Tepatnya, luas wilayah kabupaten ini 2.506,19 kilometer persegi. 

Nama Wajo dapat diartikan sebagai bayangan atau bayang-bayang (wajo-wajo) berdasarkan bahasa Bugis. Ibu kota kabupaten ini berada di Sengkang.

Wajo terbagi menjadi 14 kecamatan. Kecamatan Keera merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Wajo, dengan 368,36 kilometer persegi, sedangkan Kecamatan Tempe menjadi yang terkecil dengan luas 38,27 kilometer persegi. 

Kabupaten Wajo berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap di sebelah utara, Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng di sebelah selatan, Kabupaten Sidrap di sebelah barat, dan Teluk Bone di sebelah timur. Sebanyak 379.079 jiwa tercatat mendiami Wajo pada 2020.

1. Museum Saoraja Mallangga

Museum yang berada di Kecamatan Tempe, dulunya bernama Museum Sengkang pada 1990. Nama museum yang dibangun pada 1933 ini diartikan sebagai rumah raja yang bertingkat.

Bangunan ini menempati bekas kediaman Datu Raureng Bettempola ke-27, seorang pembantu dekat dari Datu Wajo (setingkat menteri). Pada museum ini tersimpan beberapa koleksi, salah satunya alat-alat rumah tangga yang digunakan oleh raja-raja Mallangga.

Arsitektur bangunan dua lantai ini merupakan perpaduan rumah panggung khas Bugis dan bangunan khas Belanda. Proses pembangunannya memakan waktu lebih dari dua tahun. 

Bangunan ini menggambarkan kedekatan raja dengan rakyatnya. Hal itu terlihat dari tidak diperkenankannya ada pagar pembatas bangunan ini, tidak boleh menampilkan kemegahan atau terlalu besar, dan tidak boleh tinggi, serta pintu harus selalu terbuka lebar. Bentuk bangunannya secara umum masih dipertahankan seperti di awal, hanya bagian atapnya sudah diganti tujuh kali.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2. Masjid Agung Ummul Quraa

6 Fakta Menarik Kabupaten Wajo yang Terkenal dengan Kain Tenun Sutra
Tari Bosara. (dok. kikomunal-indonesia.dgip.go.id)

Masjid Agung Ummul Quraa yang berada di Kecamatan Tempe mulai dibangun pada 1964. Menurut sejarah, peletakan batu pertama masjid ini dilakukan oleh Presiden Sukarno.

Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 5.500 meter persegi. Bangunan masjid dibangun bernuansa putih dengan kubah berwarna emas yang dirancang oleh Friedrich Silaban. Ia terkenal sebagai perancang Masjid Istiqlal Jakarta.

3. Situs Geddonge

Situs Geddonge yang dibangun sejak 1718 merupakan sebuah gudang mesiu yang dibangun pada masa pemerintahan Arung Matoa La Salewangeng. Pada situs yang berada di Desa Lagosi dan Langkanangnge Desa Simpursia, Kecamatan Pammana, tersimpan berbagai alat perang dan warisan dari Dari Pammana.

Selain itu terdapat pula batu pelantikan atau yang disebut sebagai Allantikeng. Pemandangan di sekitar situs ini yaitu terdapat pohon ire atau aju ara. Tidak hanya tempat gudang, pengunjung dapat melihat makam para Raja Pammana terdahulu, salah satunya Petta Datu Balla Tinggi.

4. Tari Bosara

Bisa dibilang Tari Bosara adalah tari piring-nya Wajo. Mereka membawa piring khas Sulawesi Selatan yang bernama Bosara. Di atasnya ditata kue-kue tradisional, seperti kue cucur, bolu peca, dan kue lapis. Para penari juga mengenakan pakaian adat Makassar saat tampil.

5. Kain Tenun Sengkang

6 Fakta Menarik Kabupaten Wajo yang Terkenal dengan Kain Tenun Sutra
Kain Tenun khas Sengkang yang berada di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. (dok. disbudpar.sulselprov.go.id)

Kain Tenun Sengkang merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat asli Kota Sengkang, sejak dahulu. Sentra tenun berada di Kecamatan Tanasitolo. Konon, Desa Pakkanna dipenuhi oleh para peneliti ulat sutera dan pengrajin tenun sutra.

Zaman dahulu, kain ini hanya diproduksi untuk keperluan pribadi. Kain ini juga digunakan untuk mendidik anak perempuan pada masyarakat Bugis karena terdapat anggapan bahwa jika orang Bugis tidak pandai menenun, dianggap belum sempurna.

Biasanya, motif garis-garis kain tenun dibuat dengan motif garis-garis vertikal dan motif kembang. Pembuatan kain ini menggunakan benang sutera dengan warna yang mencolok.

6. Danau Tempe

Danau Tempe berada di Kecamatan Tempe, sekitar 7 kilometer dari Kota Sengkang. Di pinggir danau terdapat perkampungan nelayan di sepanjang tepi danau.

Pemandangan yang disajikan berupa matahari terbenam dan matahari terbit. Di tengah danau dapat pula menyaksikan burung belibis yang mencari makan di danau ini. Danau ini menjadi habitat ikan air tawar, antara lain gabus (Channa striata), sepat siam (Trichogaster pectoralis), dan betok (Anabas testudineus).

Luas danau ini 13.000 hektare. Di danau ini rutin digelar acara ritual nelayan bernama Maccera Tappareng, yaitu upacara menyucikan danau dengan mengadakan berbagai atraksi wisata.(Gabriella Ajeng Larasati)

9 Strategi Antisipasi Gelombang III Covid-19

Infografis 9 Strategi Antisipasi Potensi Gelombang III Covid-19 Saat Libur Nataru. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 9 Strategi Antisipasi Potensi Gelombang III Covid-19 Saat Libur Nataru. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya