Kronologi Penutupan Wahana Ngopi in The Sky di Yogyakarta yang Baru 4 Hari Beroperasi

Wahana Ngopi in The Sky di Yogyakarta yang dibuka pada 2 Januari 2022 mendapat kritik tajam soal aspek keamanan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jan 2022, 10:26 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2022, 10:26 WIB
Kronologi Ditutupnya Wahana Ngopi in The Sky di Yogyakarta yang Baru 4 Hari Beroperasi
Kronologi Ditutupnya Wahana Ngopi in The Sky di Yogyakarta yang Baru 4 Hari Beroperasi. foto: Instagram @ngopiinthesky

Yogyakarta - Di awal tahun ini, wahana Ngopi in The Sky yang terdapat di obyek wisata Teras Kaca Pantai Nguluran, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi perbincangan warganet. Di berbagai media sosial, wahana minum kopi atau ngopi di atas langit menggunakan gondola yang diangkut crane tersebut mendapat kritik tajam soal aspek keamanan.

Wahana ini baru dibuka pada 2 Januari 2022 lalu dan sifatnya masih uji coba. Pengunjung dibatasi maksimal 14 orang dan masih dari lingkup terdekat. Meski demikian, sudah ada wisatawan luar pulau bahkan mancanegara yang menjajal Ngopi in The Sky ini.

Baru beberapa hari dibuka, wahana tersebut sudah mendapat banyak sorotan. Pada 4 Januari 2022, dinas terkait di Yogyakarta kabarnya mulai melakukan inspeksi karena wahana itu belum mengajukan izin operasional.

Dari tanggapan di Twitter, sebenarnya banyak warganet yang memberikan respons positif terhadap adanya wahana tersebut. Mereka menyebut wahana gondola tersebut kurang lebih sama seperti wahana yang ada di Dubai maupun di London.

Namun, banyak juga yang menganggap bahwa wahana itu tidak aman digunakan oleh manusia apalagi dalam jumlah banyak. "Ya hampir sama sih kayak yang di Dubai Cuma kok kayaknya ini kurang safety gitu ya? Apa cuma perasaanku saja?" cuit seorang warganet.

Pakar Informatika dan Telematika Roy Suryo yang tinggal di Yogyakarta ikut menanggapi wahana tersebut.  "Maaf, sebagai warga DIY saya menilai wisata baru berjudul “Ngopi in The Sky” yang berada di Teras Kaca Pantai Nguluran, Kel Girikarto, Kec Panggang, Kab Gunung Kidul ini berbahaya," cuit Roy di akun Twitter-nya, Rabu, 5 Januari 2022.

Roy menilai, crane barang tidak bisa dipakai untuk mengangkut manusia, apalagi dipakai untuk objek wisata. "Crane barang bukan peruntukkan untuk mengangkat orang-orang awam, apalagi wisata, meski dengan double slink. Sekali lagi, Ngopi in The Sky yang hanya pakai crane barang ini berbahaya," sambungnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Keamanan Wisatawan

Kronologi Ditutupnya Wahana Ngopi in The Sky di Yogyakarta yang Baru 4 Hari Beroperasi
Kronologi Ditutupnya Wahana Ngopi in The Sky di Yogyakarta yang Baru 4 Hari Beroperasi. foto: Instagram @wonderfuljogja_id

Situasi itu mendorong Pemerintah Provinsi DIY menutup sementara wahana tersebut pada 6 Januari 2022 karena faktor keselamatan dan keamanan pengunjung jadi alasan utama. Itu artinya, baru empat hari beroperasi wahana Ngopi in The Sky sudah ditutup.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji, meski ide dan kreativitas pengelola sangat bagus, aspek keselamatan menjadi poin utama yang harus dipatuhi. "Keselamatan dan kenyamanan wisatawan harus kita jamin supaya kita tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman," kata Aji, dikutip dari Antara, Kamis, 6 Januari 2022.

Aji menuturkan dari hasil pemeriksaan, diketahui mobile crane yang digunakan pengelola adalah alat yang disewa dari luar kota. Menurutnya, perlu dicek, termasuk asal-usul dan guna operasionalnya apakah masih berlaku atau tidak.

"Informasi yang kami terima, pemakaian crane itu belum ada izin, penggunaannya tidak sesuai dengan spesifikasi barang itu tentu ini juga harus ada yang menjamin keselamatannya," lanjutnya. Penghentian operasional alat itu, menurut dia, merupakan salah satu upaya Pemda DIY menjamin keamanan para wisatawan.

Sertifikat CHSE

Ngopi In The Sky
Menikmati Kopi di atas ketinggian 30 meter, bahkan di atas laut merupakan sensasi yang berbeda. Hal ini yang membuat Teras Kaca ingin sekali memanjakan para pengunjung dengan panorama laut dengan nuansa yang berbeda.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahajo mengatakan selain penggunaan alat yang tidak tepat, lokasi wahana yang berada di bibir pantai juga sangat riskan bagi keselamatan wisatawan. Menurut Singgih, posisi di tepi pantai mengakibatkan tingkat korosi yang tinggi akibat angin laut yang membawa kadar garam yang tinggi.

Aspek kepemilikan sertifikat CHSE pelaku wisata itu, kata dia, sangat penting untuk dikantongi lebih dahulu. "SDM yang mengoperasionalkan harus bersertifikat juga punya lisensi khusus, dan ini semua harus dipenuhi kalau tidak ya sebaiknya dihentikan, karena kalau terjadi kecelakaan akan menimbulkan 'multiplayer effect' yang luar biasa," terangnya.

Sampai saat ini belum diketahui kelanjutan dari wahana tersebut, apakah akan diganti dengan wahana lain atau tetap diteruskan dengan melakukan berbagai perbaikan serta memenuhi sejumlah persyaratan yang sudah ditetapkan.

Tips Libur Panjang Bebas Covid-19

Infografis Tips Libur Panjang Bebas Covid-19
Infografis Tips Libur Panjang Bebas Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya