Cantiknya Alam Desa Wisata Tondok Bakaru di Kaki Gunung Mambuliling

Desa Wisata Tondok Bakaru yang berada di kaki Gunung Mambuliling menyimpan pesona alam yang memukau.

oleh Putu Elmira diperbarui 16 Mar 2022, 08:05 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2022, 07:01 WIB
Desa Tondok Bakaru Mamasa
Desa Tondok Bakaru berada di kaki Gunung Mambuliling, Mamasa, Sulawesi Barat. (Liputan6.com/ Abdul Rajab)

Liputan6.com, Jakarta - Industri pariwisata Indonesia kian bergeliat dengan kehadiran desa wisata. Salah satunya Desa Wisata Tondok Bakaru yang berada di kaki Gunung Mambuliling, di Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Dikutip dari Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kemenparekraf, Selasa, 15 Maret 2022, desa wisata ini memiliki potensi alam yang sayang untuk dilewatkan. Hijaunya persawahan dikelilingi perbukitan berpadu apik menyuguhkan panorama yang menyegarkan mata.

Wisatawan juga bisa mengabadikan momen keseruan dan swafoto di spot Chitol Hill. Pemandangan yang tersuguh indah dengan persawahan, rumah-rumah warga, hingga atraksi wisata menarik.

Sejak Desember 2021, di desa ini terdapat aktivitas pemuda desa yang mulai mengumpulkan dan mendata jenis-jenis anggrek yang tumbuh di Mamasa. Kala itu, banyak orang yang tidak yakin tanaman itu berkontribusi positif pada perekonomian desa karena sejak awal masyarakat menyebutnya sebagai rumput.

Sebuah komunitas anggrek lalu dibentuk pada 2017 di Desa Tondok Bakaru oleh pecinta anggrek desa tersebut dan dinamai Komunitas Tondok Bakaru Orchid (KTO). Komunitas ini beranggotakan 15 orang dan berhasil berdampak signifikan pada perkembangan anggrek di Mamasa khususnya dan Sulawesi pada umumnya.

Berlanjut pada 2019, komunitas ini terbagi menjadi tiga kelompok baru, dan hingga saat ini di Desa Tondok Bakaru dibangun laboratorium kultur jaringan. Ini bertujuan untuk perbanyakan jenis anggrek dan menjadikan anggrek sebagai ikon desa ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Daya Tarik

Desa Tondok Bakaru Mamasa
Komunitas anggrek Mamasa Orchid di Desa Tondok Babaru di kaki Gunung Mambulilling, Mamasa, Sulawesi Barat. (Liputan6.com/ Abdul Rajab)

Seiring berkembangnya anggrek, di desa ini juga terdapat beberapa spot wisata yang Instagramable yang wajib untuk dikunjungi. Wisatawan juga dapat menikmati beragam objek wisata, mulai dari objek wisata Sawo, objek wisata Tonbar Orchid, objek wisata Chitoll, villa Adelweis, objek wisata Lantang Mamase, objek wisata Andra, objek wisata hutan pinus Lenong, objek wisata RIAN dan objek wisata TAS.

Semuanya digagas secara mandiri oleh masyarakat desa. Tondok Bakaru sudah diresmikan menjadi desa sadar wisata oleh Wakil Bupati Mamasa dan desa wisata anggrek oleh Wakil Gubernur Sulawesi Barat pada Agustus dan September 2019.

Wisata Edukasi

ilustrasi anggrek (sumber: Pixabay)
ilustrasi anggrek (sumber: Pixabay)

Wisata edukasi budidaya tanaman anggrek ini pengunjung bisa belajar cara pembibitan anggrek melalui kultur jaringan sampai pada tahap aklimatisasi anggrek lokal. Wisatawan juga dapat mengunjungi kebun penangkaran anggrek di sekitar lokasi kawasan eduwisata yang dibangun oleh masyarakat sekitar.

Wisata edukasi anggrek dapat diikuti wisatawan dengan tarif mulai Rp50 ribu. Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Tondok Bakaru tersebut berpotensi besar menjadi daya tarik wisata unggulan, khususnya wisata alam, budaya dan edukatif.

Spot Swafoto

Citol Hill Mamasa
Citol Hill merupakan sebuah bukit yang berada di Desa Tondok Bakaru, Kecamatan Mamasa, tepatnya di kaki Gunung Mambuliling. (Liputan6.com/ Abdul Rajab)

Selain itu, ada pula spot swafoto dengan pemandangan hijau di Jendela Alam, Sawo (sawah dan orchid), hutan pinus lenong, sampai villa adelweis. Bagi wisatawan yang ingin menginap, terdapat Villa Anastasya dengan tarif mulai Rp250 ribu per malam.

Wisata edukasi rumah adat dapat diikuti dengan tarif mulai Rp5 ribu hingga kerajinan tangan dari tenun khas desa wisata ini yang dijual mulai Rp25 ribu. Tak ketinggalan, desa wisata ini menjual kopi edelweis dengan harga Rp50 ribu dengan berat 500 gram.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya