Liputan6.com, Jakarta - Maskapai baru India, Akasa Air, mencuri perhatian lewat desain seragam awak kabin mereka. Mereka tak lagi mengikuti pakem yang ada, yakni pramugari mengenakan rok, sari, dan sepatu hak, melainkan menciptakan gaya yang lebih kasual. Inovasinya juga memasukkan semangat ramah lingkungan, yakni dengan menggunakan material hasil daur ulang sampah laut.
Dikutip dari laman Conde Nast Traveller, Sabtu, 9 Juli 2022, seragam yang didesain oleh Rajesh Pratap Singh itu mengambil inspirasi dari bandhgala, yakni setelan formal dengan leher tertutup khas negara bagian Jodhpur, India. Desain itu memungkinkan seragam terkesan lebih menyenangkan, praktis, dan baik untuk planet Bumi.
Baca Juga
[https://www.liputan6.com/global/read/5009335/penghormatan-untuk-mantan-pm-jepang-shinzo-abe-meninggal-india-berkabung-nasional-1-hari](https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5006867/kisah-pelayan-hotel-dicari-petinggi-airasia-untuk-dijadikan-awak-kabin "https://www.liputan6.com/global/read/5007693/india-dan-indonesia-suarakan-pentingnya-hentikan-perang-di-dunia-pada-pertemuan-menlu-g20")
Advertisement
Awak kabin akan mengenakan setelan celana sporty hitam, atasan berwarna oranye, dan jaket yang nyaman selama dalam penerbangan. Material seragam terbuat dari poliester hasil daur ulang botol plastik PET hasil pengumpulan sampah laut. Materialnya lentur untuk menjami kenyamanan para pramugari selama jadwal penerbangan yang sibuk.
Seragam dilengkapi dengan sneakers buatan brand lokal India, Vania Moon. Sepatu dengan logo A itu disebut ringan dan memiliki bantalan ekstra dari ujung jari hingga tumit. Fungsinya untuk mendukung aktivitas pramugari yang berdiri dan berjalan dalam waktu lama. Sol sneakers itu terbuat dari karet daur ulang dan diklaim tanpa plastik sama sekali.
Seragam yang simpel dan nyaman itu diapresiasi positif oleh mayoritas warganet. Utamanya mereka menyoroti sneakers resmi para awak kabin.
"Terlihat nyaman dan trendi. sepatu kasualnya mempermudah untuk bekerja, berjalan dan melompat. Seseorang benar-benar memikirkan kenyaman kru sebelum mendesain seragam. Khususnya sepatu ketika berjalan dengan sepatu hak menyakitkanmu karena jauhnya pintu keberangkatan di Bandara Delhi Mumbai," tulis seorang warganet.
"Seragam yang sangat nyaman dengan sepatunya," imbuh yang lain.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tren Kasual
Di India, Akasa Air mungkin yang pertama. Tapi, maskapai lain di dunia banyak yang lebih dulu mengutamakan kenyamanan sebagai prioritas dalam merancang seragam awak kabinnya. Maskapai Ukraina, SkyUp Airlines telah memensiunkan penggunaan sepatu hak tinggi dan rok pensil setelah menerima masukan dari salah satu karyawan mereka. Para awak kabin kini mengenakan sneakers Nike, seragam oranye oversized, dan scarf sutra.
Dua maskapai yang diluncurkan semasa pandemi, Play dari Islandia dan ITA Italia, juga menormalisasi seragam yang nyaman dengan menghadirkan sweater dan celana untuk kru lelaki dan perempuan. Begitu pula dengan maskapai domestik Korea Selatan yang memperkenalkan sneakers dan kaus sebagai seragam mereka.
Dari dalam negeri, maskapai Super Air Jet juga mengadopsi gaya busana milenial. Desainnya mengadaptasi model semi jaket lengan panjang berkerah pendek dan digulung hingga pergelangan tangan. Bahannya tebal dan menggunakan resleting. Celana panjang model lurus mirip celana kargo dilengkapi karet elastis pada ban pinggangnya.
Warna kren yang dipilih untuk memberikan kesan natural, hangat, bersahabat, dan enerjik. Dilengkapi dengan sneakers karena jenis sepatu itu paling populer di kalangan anak muda.
Advertisement
Belum Mengudara
Kapan Akasa Air akan diluncurkan? Akasa Air kemungkinan akan menjadi maskapai baru berikutnya di langit India. Pada Juni 2022, maskapai itu mendaratkan pesawat pertamanya, Boeing 737 Max, dengan 71 lagi dalam perjalanan.
Pada Senin, 4 Juli 2022, maskapai menjalankan 'proving flight', yang hampir seperti simulasi operasi yang sebenarnya, lengkap dengan penumpang (tidak membayar) di pesawat dan awak di darat. Selanjutnya, mereka menunggu izin operator udara sebelum bisa beroperasi.
Maskapai ini mengatakan akan diluncurkan pada akhir Juli tahun ini. Akasa Air, yang didukung oleh investor miliarder Rakesh Jhunjhunwala, akan menjadi maskapai tanpa embel-embel. Maskapai ini memiliki mantan Presiden IndiGo Aditya Ghosh sebagai salah satu anggota komite.
Situasi pandemi yang sempat menghantam sektor penerbangan global perlahan mulai pulih. Hal itu ditandai dengan semakin tingginya permintaan tiket pesawat di seluruh dunia dan padatnya jadwal penerbangan yang ada. Kehadiran maskapai baru diharapkan bisa mempercepat pemulihan sektor transportasi udara yang jadi andalan bagi pemulihan sektor pariwisata global.
Terkendala Perawatan
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno optimistis kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia akan mencapai puncaknya pada Juli--Agustus 2022. Namun, pencapaiannya tergantung pada situasi pandemi di Indonesia serta jumlah penerbangan internasional ke Indonesia, khususnya Bali.
Ia menyebut saat ini frekuensi penerbangan internasional dan pembukaan kembali rute perjalanan ke Indonesia sudah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, angkanya belum sepenuhnya normal. Dibandingkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada 2019, angka kunjungan pada hari ini baru sekitar 30 persennya.
"Di 2019, kunjungan wisatawan per hari mencapai 20 ribu, sekarang baru sekitar 30 persen, dengan total 6.000 (kunjungan wisman per hari)," ujar Sandiaga dalam Weekly Press Briefing, Senin (13/6/2022).
Bila ingin mencapai angka ideal pada 2019, Sandi memperkirakan setidaknya dibutuhkan dua kali lipat armada yang sudah diutilisasi hari ini. Ia menyebut baru 350 dari total 550 pesawat yang bisa beroperasi di Indonesia.
"Maskapai telah melakukan revitalisasi, sekitar 350 pesawat dari 550 pesawat (yang beroperasi). Nah, ini perlu disikapi, banyak yang alami maintenance," ujarnya.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, Nia Niscaya menambahkan bahwa bahwa proses maintenance tidak bisa berjalan dengan cepat karena antrean yang panjang. Di sisi lain, banyak maskapai yang telah mengembalikan pesawat sewaannya kepada pihak lessor demi penghematan di masa pandemi.
"Untuk mengembalikan itu butuh waktu beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan. Untuk itu, bagaimana agar maskapai yang lebih besar seperti Turkish Air, Emirates, diberikan opsi untuk bisa angkut wisatawan masuk ke Indonesia," imbuh Sandiaga.
Advertisement