Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga terjadi di mana-mana, termasuk di Prancis. Gara-gara biaya listrik naik, pemerintah kota Paris akan mulai mematikan lampu ornamen yang menghiasi sejumlah monumen, termasuk di Menara Eiffel.
Dikutip dari AFP, Rabu (14/9/2022), sistem pencahayaan kebanyakan monumen yang beroperasi di kota Paris biasanya mulai dinyalakan pada pukul 10 malam. Menara Eiffel , misalnya, biasanya bermandikan cahaya hangat dan bergantian dengan cahaya putih menyilaukan setiap jam itu itu akan tetap terang hingga pukul 1 dini hari.
Advertisement
Namun kini, pejabat setempat mengatakan pada Selasa, 13 September 2022, lampu di Menara Eiffel hanya akan dinyalakan hingga pukul 11.45 malam, tepat setelah pengunjung terakhir pulang. Tapi, Wali Kota Paris Anne Hidalgo memastikan lampu jalan akan tetap menyala untuk keamanan, begitu pun dengan penerangan jembatan kota di atas Sungai Seine.
Dalam jumpa pers, ia memprediksi hal itu akan mengecewakan puluhan juta turis yang datang ke Kota Cahaya tersebut. Namun, Hidalgo menjelaskan rencana 'ketenangan energi' itu bisa memotong penggunaan energi sebesar 10 persen. Dengan begitu, hal itu dapat meringankan beban kenaikan biaya listrik sekitar 10 juta euro atau sekitar Rp149 miliar.
Hidalgo, seorang sosialis, berupaya menghijaukan Paris selama kampanye pemilihan presiden yang gagal awal tahun ini. Dia juga akan mendorong pemerintah untuk melakukan hal yang sama untuk monumen nasional lain di kota itu, seperti Pantheon atau Arc de Triomphe.
Pada Agustus 2022, Presiden Emmanuel Macron memperingatkan warganya tentang biaya energi yang tinggi sebagai imbas perang di Ukraina. Hal itu menandakan 'berakhirnya kelimpahan' yang secara luas ditafsirkan sebagai langkah mempersiapkan publik atas musim dingin yang sulit di masa depan.
Mengenang Ratu Elizabeth II
Sebelumnya, Menara Eiffel sengaja gelap gulita untuk menghormati mangkatnya Ratu Elizabeth II pada Kamis, 8 September 2022. Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, lampu menara itu dimatikan pada Kamis malam, pekan lalu.
Warga Paris mengenang sosok ratu Inggris yang menambatkan negaranya melalui pergolakan dengan ketenangan dan keanggunan lebih lama dari yang dialami banyak orang. Paris juga dekat dengan Kerajaan Inggris akibat kematian Putri Diana pada 1997 di kota itu.
Di monumen Flame of Liberty di atas underpass tempat Putri Diana terbunuh, beberapa orang yang lewat berhenti sejenak untuk mengingat monarki yang paling lama memerintah Inggris. "Dia adalah orang yang mendefinisikan Inggris," kata ahli kacamata Salima Gersa.
Sementara, seorang pekerja museum Valerie mengatakan, kematian Ratu Elizabeth II menandai "akhir dari sebuah era". Ia menggambarkannya sebagai "wanita luar biasa yang melihat dunia di sekitarnya hancur."
Yang lain memberi penghormatan kepada seorang anggota monarki yang tetap menjadi simbol stabilitas dan kontinuitas bagi warga Inggris pada saat ekonomi nasional relatif menurun, sementara juga mengadaptasi institusi monarki kuno dengan tuntutan era modern. "(Tanda kematiannya) saat yang tragis, tetapi dia memiliki kehidupan yang hebat dan memiliki warisan yang hebat," kata turis AS Greg Shanon.
Advertisement
Kerusakan Parah
Pada awal Juli 2022, menara yang didesain oleh insinyur Gustave Eiffel dikabarkan tidak dalam kondisi baik. Ikon kota Paris sekaligus negara Prancis itu disebut membutuhkan perbaikan penuh.
Ali-alih ditutup, menara hanya dicat untuk mempercantik tampilan yang menghabiskan biaya 60 juta euro atau senilai lebih dari Rp928 juta. Hal itu didasarkan laporan rahasia yang dikutip oleh majalah Prancis, Marianne.
Menurut para ahli, kondisi menara setinggi 324 meter itu buruk dan berkarat. "Sederhananya, bila Gustave Eiffel mengunjungi tempat itu, dia akan terkena serangan jantung," kata seorang manajer yang tak disebutkan namanya di menara kepada Marianne, dilansir dari CNN.
Menara Eiffel kini sedang dicat ulang sebagai persiapan menyambut Olimpiade 2024. Ini menjadi kali ke-20 menara dicat ulang untuk memperbarui tampilan.
Sekitar 30 persen bagian menara semestinya telah dilucuti untuk kemudian dicat dua lapis. Tetapi, pengerjaannya tertunda disebabkan pandemi Covid-19 dan kandungan timbal dalam cat lama yang berarti hanya lima persen bagian menara yang akan dirawat, lapor Marianne.
Enggan Ditutup
Societe d'Exploitation de la Tour Eiffel (SETE), perusahaan yang mengelola operasional Menara Eiffel, enggan menutup tempat itu dalam waktu yang lama karena pendapatan dari kunjungan wisata akan hilang. Pihak SETE belum menanggapi laporan yang beredar hingga saat ini.
Menara Eiffel merupakan salah satu destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi turis dari seluruh dunia. Melansir laporan Euro News, menara yang diresmikan pada 1889 itu mencatat 22 ribu pengunjung per hari pada libur Paskah tahun ini, mendekati kapasitas maksimumnya. Mayoritas turis yang datang adalah warga lokal.
Struktur menara yang awalnya hanya akan berdiri sementara itu sengaja dirancang dengan bentuk dan epi yang melengkung. Itu agar beradaptasi dengan angin kencang. Meski begitu, saat kondisi cuaca tidak bersahabat, petugas akan menutup lantai atas dan bahkan seluruh menara sebagai langkah keamanan yang diperlukan.
Menara itu juga memiliki tingkat kemiringan berbeda antara musim dingin dan musim panas. Kemiringan itu disebabkan matahari hanya menyinari salah satu dari empat sisi menara sehingga menciptakan ketidakseimbangan pada tiga sisi lainnya. Dengan cara ini, pergerakan matahari selama hari yang cerah dapat menyebabkan puncak menara bergerak dalam kurva melingkar dengan diameter kurang lebih 15 sentimeter.
Meski berubah-ubah, perubahannya disebut sangat kecil dan tidak berdampak pada kekokohan struktur menara. Pengunjung dan pengamat bahkan juga tidak bisa benar-benar melihat perbedaannya dengan mata telanjang.
Advertisement