Liputan6.com, Jakarta - Gelaran Abhinaya Abyakta Batik Jogja 2022, namanya diambil dari bahasa sanskerta yang artinya semangat, berkembang batik Jogja. Acara ini diselenggarakan untuk melestarikan batik yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagai bagian peringatan Hari Batik Nasional.
Batik ditetapkan UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi pada 2 Oktober 2009. Lalu, sejak 2014, Yogyakarta ditetapkan menjadi kota batik dunia oleh Dewan Kerajinan Batik Dunia atau World Craft Council (WCC).
Advertisement
Baca Juga
Acara yang digelar di The Phoenix Hotel Yogyakarta pada Minggu, 2 Oktober 2022 ini dibuka dengan penampilan tari Sekarpudyastuti, tari klasik gaya Yogyakarta yang ditampilkan oleh Roncensekar. Di sana juga terdapat 40 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang melihatkan pameran batik serta ada 11 fashion designer yang menyuguhkan karya mereka.
“Sore ini kita bersama-sama untuk merayakan tanggal 2 sebagai Hari Batik Nasional, ini merupakan momentum pada saat UNESCO menetapkan batik Indonesia menjadi warisan budaya tak benda untuk dunia,” ujar Singgih Raharjo selaku Kepala Dinas Pariwisata DIY.
“Saya berharap, seluruh tamu undangan ini akan menjadi ‘rojali’ alias rombongan yang jadi beli, jadi tidak hanya ‘rohana’ rombongan yang hanya nanya-nanya, sehingga UMKM ini kemudian akan bangkit menikmati tetesan dari para tamu undangan yang hadir pada kali ini,” tambahnya.
Singgih juga mengungkapkan ingin mendorong kepada semuanya untuk mengapresiasi batik ini. “Kita akan pakai sesuai dengan kebutuhan kita, artinya batik itu tidak hanya dipakai sebagai pakaian pada saat kita dapat undangan nikahan, tetapi bagaimana batik ini bisa dikenalkan pada anak-anak muda sehingga batik akan lebih familiar terhadap kita semua,” katanya. “Batik bukan hanya selembar kain, tetapi bagaimana proses itu bisa dihargai,” ungkap Singgih.
Dekat dengan Kehidupan Masyarakat
Indonesia tidak hanya memproduksi batik sebagai produk, tetapi juga mewarisi ilmu membatik, filosofi, cerita dari generasi ke generasi. Selain itu, batik juga sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, digunakan dalam kegiatan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik dalam lingkungan formal, bisnis maupun budaya.
“Sebagai ikon budaya Indonesia, batik adalah salah satu wastra nusantara bentuk seni indah yang telah resmi diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia. Sejak akhir abad 18, batik menjadi identitas bangsa yang tidak pupus dimakan waktu,” imbuh Dwi Andriani yang merupakan Asisten Deputi Pengembangan SDM dan UKM, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Dwi menuturkan, dari motif-motif batik yang beraneka ragam, keanekaragaman ini menunjukkan budaya dan suku dengan keunikan, adat istiadat di tiap daerah. Desain batik yang bicara tentang norma dan etis merupakan bentuk kreativitas yang harus diperkenalkan kepada seluruh masyarakat, tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri.
“Industri batik yang menyerap lapangan pekerjaan, ini patut untuk terus dikembangkan dan diperkenalkan, baik secara digital atau pun dengan kegiatan semacam ini akan membuka peluang pasar bagi UMKM,” ujar Dwi. “Saya rasa pemerintah akan mendukung kegiatan semacam ini untuk dilaksanakan secara lanjut,” sambungnya.
Advertisement
Kontribusi Besar UMKM
Dwi juga menjelaskan, struktur perekonomian Indonesia saat ini masih jauh dari ideal, di mana 99,99 persen atau sebanyak 64,2 juta lebih pada skala usaha mikro kecil dan menengah. Sedangkan, sebaliknya 0,01 persen atau 5.550 unit pada skala usaha besar yang menguasai lebih dari 40 persen produk domestik bruto (PDB). Sedangkan UMKM hanya berkontribusi terhadap PDB ini sebesar 61 persen.
“Padahal jumlah tersebut telah memberikan kontribusi besar bagi ekonomi Indonesia. Dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 97,2 persen atau 117 juta pekerja dari daya serap tenaga kerja dunia usaha,” jelasnya.
Dwi menuturkan, di sisi lain, jalinan kemitraan UMKM dengan usaha skala besar masih rendah yaitu pada 2021 mencapai 60 persen. Dirinya juga mengatakan, ditargetkan pada 2024 bisa mencapai 75 persen.
“Untuk itu, kepada para UMKM yang bergabung dalam kegiatan hari ini, teruslah berkarya untuk ide-ide yang kreatif, inovatif, menghasilkan produk yang premium mengikuti tren pasar,” imbuh Dwi.
Dalam gelaran Abhinaya Abyakta Batik Jogja 2022 ini juga ada kegiatan pemotongan kue batik raksasa berukuran 1 x 3 meter yang dilelang. Hasil dari lelang tersebut nantinya untuk yayasan sosial. Kue berukuran 20 x 20 meter rupanya berhasil dilelang dengan harga Rp2,5 juta kepada salah satu tamu undangan di sana.
Filosofi Batik Yogyakarta
Batik Yogyakarta terdiri dari berbagai motif yang memiliki filosofi. Motif utama batik khas Jogja dibagi menjadi dua, yaitu geometris dan non geometris. Kedua motif utama ini memiliki turunan mulai dari puluhan hingga ratusan jenis motif, mengutip dari laman sibakuljogja.jogjaprov.go.id.
Motif geometris pada batik khas Jogja terdiri dari motif ceplok, berwujud pola dari tatanan simetris dalam bentuk lingkaran, kotak, bintang, dan garis-garis miring. Selain itu, ada juga motif parang, yang polanya merupakan jalinan menyerupai huruf S dengan kemiringan diagonal 45 derajat dan motif lereng yang memiliki pola sama dengan motif parang, tetapi tidak memiliki ornamen pemisah (mlinjon).
Sementara yang termasuk dalam motif non geometris, yakni motif semen yang berasal dari kata “semi”, yang berarti tumbuh dan berkembang. Pola motif semen biasanya mengandung gambar meru ( tanah, bumi, gunung) beserta flora dan fauna yang hidup. Ada juga motif lung-lungan, bentuk pola berupa sulur-sulur dari pohon yang merambat.
Lalu motif boketan, yang menampilkan wujud pola satu pohon, mulai dari batang, daun, ranting, bunga dan hewan-hewan yang ada. Ternyata, motif Batik Yogyakarta ini banyak mengadopsi simbol kebudayaan Hindu. Simbol dan konsep budaya Hindu ini paling nampak dalam motif semen.
Dalam motifnya, tertuang gambar gurda – burung garuda yang melambangkan matahari, lidah api yang melambangkan Dewa Api yang sakti, dan juga gambar tentang konsep dunia bawah, tengah, atas, serta mandala. Ciri batik khas Jogja juga dapat dilihat dari seret-nya atau bagian putih pada pinggir kain batik. Seret batik khas Yogyakarta ini memiliki keunikan tersendiri karena dipertahankan agar tetap berwarna putih terang.
Advertisement