2 Tipe Pelancong Saat Pilih Hotel, Anda Termasuk yang Mana?

Menyusun rencana perjalanan menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan pelancong sebelum bepergian liburan hingga perjalanan bisnis. Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah memilih hotel dan penginapan selama bepergian.

oleh Putu Elmira diperbarui 17 Okt 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi Hotel
Ilustrasi hotel. (dok. Unsplash.com/Nik Lanús @niklanus)

Liputan6.com, Jakarta - Menyusun rencana perjalanan menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan pelancong sebelum bepergian liburan hingga perjalanan bisnis. Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah memilih hotel dan penginapan selama bepergian.

Pertimbangan memilih hotel biasanya ada pada harga, jarak dengan destinasi tujuan, perlengkapan, pelayanan yang tersedia di hotel hingga estetika hotel. Hal tersebut mengingat hotel adalah sarana penawar rasa lelah setelah beraktivitas atau setelah puas menjelajah destinasi yang dikunjungi.

Menurut keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, berdasarkan hasil temuan RedDoorz dan Telkomsel tSurvey, tipe pelancong dapat dibagi menjadi dua kelompok ketika memilih hotel, yakni Essential Seeker dan Max Experience Seeker. Apa saja? Simak rangkumannya berikut ini.

1. Hotel itu hanya atau lebih dari sekadar tempat beristirahat.

Seorang Essential Seeker cenderung melihat hotel dan penginapan hanya sebagai tempat yang berlokasi strategis untuk beristirahat dan menaruh barang sementara. Saat menginap, seorang Essential Seeker sudah merasa puas akan fasilitas standar yang tersedia di kamar, seperti ukuran kasur yang sesuai dengan keinginan, adanya air minum, serta peralatan mandi.

Berbeda dengan Essential Seeker, Max Experience Seeker menganggap hotel sebagai bagian penting dari perjalanannya yang lebih dari sekedar tempat beristirahat. Namun, bagi mereka hotel juga tempat untuk memanjakan diri.

Pelancong tipe ini menginginkan hotel dengan fasilitas selengkap mungkin yang masih masuk dengan anggaran mereka. Biasanya, fasilitas yang diharapkan cenderung berupa penunjang hiburan seperti, kolam renang, pusat olahraga, restoran, hingga taman bermain anak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Prioritas

[Fimela] Hotel
Ilustrasi hotel di Bali | unsplash.com/@taylorgsimpson

Saat memilih hotel, seorang Essential Seeker akan mempertimbangkan jarak hotel dengan tempat yang akan dituju secara seksama. Mengingat, pelancong tipe ini menginginkan hotel yang bisa diandalkan untuk menghemat waktu dan tenaga ketika bepergian ke destinasi tersebut.

Selain itu, dengan menginap di hotel berlokasi strategis, Essential Seeker juga dapat lebih menekan pengeluaran. Sementara, Max Experience Seeker lebih mempertimbangkan pelayanan dan estetika hotel yang ditawarkan.

Hal tersebut mencakup pemandangan apa yang ditawarkan, apakah hotel tersebut memiliki pemandangan perkotaan atau alam yang indah. Tidak jarang, para max experience seeker juga mencari hotel yang memiliki pelayanan lengkap seperti therapy massage, airport shuttle, dan valet parking.

3. Anggaran untuk aktivitas di luar ruangan atau menginap di hotel idaman.

Seorang Essential Seeker cenderung menyisihkan sebagian besar anggarannya untuk menyambangi tempat-tempat yang ingin dituju, dibandingkan hanya untuk menginap di suatu hotel atau penginapan tertentu. Maka dari itu, pelancong tipe ini cenderung sudah puas dengan memilih hotel yang memiliki lokasi strategis, nyaman, dan bersih.

Namun, bagi the Max Experience Seeker, anggaran akan lebih dititikberatkan untuk menginap di hotel yang menawarkan fasilitas lengkap sesuai dengan ekspektasi mereka. Meski kamar yang berfasilitas lengkap dipatok dengan harga yang lebih tinggi, pelancong tipe ini cenderung sudah mempersiapkan dana tersendiri untuk menginap di hotel berfasilitas lengkap tersebut.


Healing

Ilustrasi hotel
Ilustrasi hotel (dok.unsplash/ reisetopia)

Industri pariwisata domestik kembali bangkit setelah pandemi Covid-19 menghantam dunia sejak 2020 lalu. Ketika kasus Covid-19 melandai di 2022, salah satu yang mencuri atensi adalah kata healing yang kerap disebut-sebut sebagai "pengganti" dari traveling atau bepergian.

"Tren travel lumayan unik untuk Indonesia karena di negara lain mungkin tidak ada, kita lihat ini terjadi di Indonesia. Satu tema yang kami lihat dari data Google search itu ada "healing" konsep traveling yang baru ada di Indonesia," kata Travel Industry Analyst Google Indonesia Vania Anindiar dalam bincang virtual "Press Briefing: World Tourism Day 2022", Senin, 26 September 2022.

Vania menjelaskan data tersebut diterima dari pengguna pencarian Google di Indonesia. Ia juga mengungkapkan fakta menarik lain dari penyebutan healing yang kian masif, terutama di media sosial.

"Orang-orang Indonesia sebut traveling itu healing, kata travelnya saja enggak disebut, kalau kita lihat di sosmed banyak ngomongnya tulisnya healing di Bali, bahkan healing menggantikan kata travel dalam pembicaran baik virtual ataupun verbal," terangnya.

Fenomena ini turut Vania sampaikan kepada rekan-rekannya yang juga pengamat travel di luar negeri. Tak sedikit dari mereka yang merasa ini adalah momen yang menarik.

"Ini adalah interpretasi kami, setelah pandemi berasa banget traveling itu sesuatu yang lebih penting dari cuma mau jalan-jalan lihat tempat baru atau jalan-jalan main, tapi ada meaning ke hidup lebih mendalam, sesuatu yang dianggap waktu untuk meditasi, memperbaiki kesehatan jiwa, traveling juga maknanya lebih dalam," tambah Vania.


Pencarian Healing Meningkat 500 Persen

Ilustrasi hotel
Ilustrasi hotel (Dok.Unsplash)

Vania mengungkapkan berdasarkan penelusuran kata healing pada 2022 telah naik 500 persen dibanding 2021. Kendati demikian, sebenarnya kata healing sudah lama dicari di pencarian Google.

"Menariknya, kalimat orang cari yang mengandung kata healing kelihatan banget bedanya di 2021, healing dicari yang umum, seperti self healing, healing artinya, trauma healing, tapi di 2022 waktu kita lihat top search yang mengandung kata healing, ini jelas banget healingnya maksudnya traveling, seperti tempat healing, healing di Bandung, liburan healing, healing di Bogor, healing Jogja, healing ke pantai," terangnya.

Berkaitan dengan tema healing tersebut, pihaknya menyelami lebih dalam kata healing yang berdampak ke destinasi atau tujuan wisata yang dicari. Efeknya terutama minat yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mencari tempat liburan yang lebih sepi, santai, damai, hingga tak terlalu banyak atraksi.

"Yang dicari justru yang mungkin agak terpencil bisa untuk yoga atau meditasi. Ini jelas banget terefleksikan di peningkatan pencarian untuk kata yang mengandung desa wisata ada peningkatan 68 persen di 2022 dibanding 2021," terangnya.

Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi
Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya