Cegah Stunting dengan Pemenuhan Nutrisi Berbasis Makanan Tradisional

Langkah mencegah stunting di Indonesia telah lama digalakkan tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga banyak komunitas.

oleh Putu Elmira diperbarui 18 Okt 2022, 07:02 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 07:02 WIB
Pemeriksaan balita secara rutin di posyandu Kota Palu
Pemeriksaan rutin balita di Posyandu Kota Palu. Posyandu dan Puskesmas menjadi tempat kontrol perkembangan balita untuk penanganan stunting di Kota Palu. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Langkah mencegah stunting di Indonesia telah lama digalakkan tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga banyak komunitas. Begitu pula dengan Indonesian Gastronomy Community yang memfasilitasi konsensus ahli melalui pendekatan gastronomi.

Ketua Umum Indonesian Gastronomy Community Ria Musiawan menyampaikan pihaknya memiliki misi sebagai pelestari makanan dan minuman Indonesia untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat dan bangsa Indonesia. Komunitas non-profit ini juga berkomitmen terhadap usaha penanggulangan stunting di Tanah Air.

"Stunting dan masalah gizi kronis menjadi isu prioritas negara, karena mengancam generasi masa depan Indonesia. Untuk itu, upaya peningkatan status gizi masyarakat menjadi prioritas pembangunan perlu didukung karena sasaran utama menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di 2024 tidak mudah bila digerakkan sendiri oleh pemerintah," kata Ria saat ditemui dalam "Deklarasi Konsensus: Nutrisi dan Hidrasi Berbasis Makanan Tradisional untuk Eradikasi Stunting" di kawasan Setiabudi, Jakarta, Senin, 17 Oktober 2022.

Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPS) mengenai Studi Status Gizi Indonesia 2021 menyebutkan angka prevalensi stunting di Indonesia telah menurun menjadi 24,4 persen pada 2021 dari yang sebelumnya 26,92 persen pada 2020. "Namun, angka tersebut masih dinilai tinggi jika dibanding standar dari WHO, yaitu tidak lebih 20 persen," lanjutnya.

"Maka dengan niat untuk mendukung peningkatan gizi di Indonesia, kami memfasilitasi konsensus para ahli melalui pendekatan gastronomi untuk menghasilkan suatu sikap dan kebijakan bersama dalam penanganan stunting dengan mengangkat kembali makanan tradisional," terang Ria.


Strategi Gastronomi

Ilustrasi anak stunting
Ilustrasi cegah stunting (Foto: Pixabay/PixelLoverK3)

Dewan Pakar Indonesian Gastronomy Community Hindah Muaris menjelaskan makanan tradisional sering kali dianggap angin lalu oleh banyak masyarakat. Kadang, kehadirannya hanya sebagai pengisi perut saja, padahal dari makanan tradisional banyak diketahui mengandung zat gizi yang bermanfaat untuk kesehatan masyarakat.

"Melihat potensi ini, strategi gastronomi adalah dengan menghadirkan menu gizi seimbang dari bahan-bahan pangan lokal yang diolah menjadi berbagai hidangan yang tidak hanya enak tetapi juga memiliki nilai gizi yang dapat berkontribusi pada zat gizi anak dan menurunkan angka stunting," jelasnya.

Hindah menerangkan bahwa gastronomi adalah seni memakan yang baik. Makanan bukan sekadar pengenyang perut, namun ada cerita di baliknya terkait filosofi, budaya, sejarah yang begitu besar dan panjang, hingga cerita hulu ke hilir sebelum makanan terhidang di meja makan.

"Upaya ini harus ditanamkan sejak dini, melalui gastronomi yang smart terutama pada kaum muda karena kaum muda memiliki kesadaran yang lebih terhadap konsumsi pangan yang beragam, terutama melalui pemanfaatan bahan pangan lokal yang juga tidak kalah kandungan gizinya," tutur Hindah.


Ragam Opsi Makanan Tradisional

Ilustrasi resep masakan, tempe
Ilustrasi resep masakan, tempe. (Image by Dian A. Yudianto from Pixabay)

Hindah mencontohkan protein yang bisa diperoleh dari kacang-kacangan seperti tempe. Konsumsi tempe hingga daging merah setidaknya dapat mencegah stunting sejak dini.

"Makanan tradisional Selat Solo, makanan alkulturasi dari Barat menjadi hidangan yang sangat populer di Solo memggunakan daging merah. Kemudian keong atau tutut yang punya protein tinggi, ini potensi daerah," katanya.

Hindah juga mengatakan soal makanan tradisional khas Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama katemak. Sajian ini berisi jagung dicampur kacang tanah, kacang hijau, dan labu sayuran.

"Di Kalimantan Barat ada bubur pedas, potensi dari Kalbar yang terbuat dari 20 jenis sayuran dicampur dengan ikan dan ditambah kacang-kacangan. Di Maluku Utara ada gohu ikan, sashimi ala Ternate," tambahnya.

Makanan tradisional lainnya seperti ikan bakar batu yang dicampur sayuran dari Papua. Di Sulawasi Tenggara ada sayuran daun kelor yang mengandung antioksidan.

"Di Kalimantan Utara ada lawa itu salad rumput laut diberi kelapa ditambah udang. Di samping gizi seimbang, jangan lupa batas dipenuhi untuk kecukupan minum air putih agar tubuh kita selalu terhidrasi dengan baik," tutupnya.


Makanan dari Bahan Pangan Lokal

telur
ilustrasi telur rebus/Tamanna Rumee/unsplash

- Pemenuhan makanan bergizi seimbang dari bahan pangan lokal. Menu kudapan yang berprotein tinggi, seperti bubur kacang hijau dan telur rebus.

- Menu makan siang sehat yang terbuat dari bahan pangan lokal untuk bayi, seperti, bubur campur sayuran ditambah dengan telur rebus.

- Menu sehat untuk balita yang terdiri dari nasi, ikan tongkol bumbu kuning, tumis sayuran dan buah pepaya.

- Menu makan siang bagi ibu hamil terdiri dari nasi ikan tongkol bumbu kuning, rempeyek teri, tempe goreng, tumis sayuran dan pisang ambon.

- Asupan protein sangat penting bagi anak sejak masa kandungan hingga anak berusia dua tahun yang berada dalam masa emas pertumbuhan. Sumber protein bisa didapat dari ikan, telur, daging, keju, susu, dan kacang-kacangan .

- Kunci pertumbuhan dan kecerdasan anak berada di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari masa kandungan hingga anak berusia dua tahun. Hal tersebut dikarenakan sel otak itu 80 persen baik tidaknya berkembang saat masih dalam kandungan hingga usia dua tahun, sehingga semua pihak perlu memberikan perhatian khusus.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya