Liputan6.com, Jakarta - Raja Charles III tengah menjadi pusat protes terbaru. Pada Senin, 24 Oktober 2022, setidaknya dua orang yang berafiliasi dengan koalisi lingkungan Inggris, Just Stop Oil, merusak patung lilin Raja Charles III di Madame Tussauds London.
Dikutip dari People, Selasa (25/10/2022), dalam sebuah unggahan video yang dibagikan di Twitter TalkTV, seorang pria dan perempuan mengambil alih patung lilin Raja Charles III di museum populer tersebut. Mereka melepas pakaian luar untuk memperlihatkan kaus "Just Stop Oil".
Menurut BBC, aktivis lingkungan itu menggelar demonstrasi untuk menyerukan diakhirinya perjanjian minyak dan gas. Si aktivis perempuan tampak menghancurkan kue beku ke wajah patung lilin Raja.
Advertisement
Kemudian, pria satunya melakukan hal yang sama. Sambil beraksi, ia meneriakkan pesan di tengah hiruk pikuk di belakang kamera. "Tuntutannya sederhana: Hentikan saja (perjanjian) minyak dan gas yang baru. Ini sangat mudah," kata salah satu aktivis pada BBC.
Madame Tussauds membahas insiden itu dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di media sosial. Pihaknya membenarkan kejadian tersebut dan sekarang, pameran di area itu ditutup sementara.
"Sekitar pukul 10.50 hari ini (24 Oktober) para pemrotes memasuki Zona 'Panggung Dunia' di Madame Tussauds London dan tampak melemparkan apa yang diyakini sebagai kue ke arah figur Keluarga Kerajaan kami," cuit pejabat museum.
Pihak Madame Tussauds London melanjutkan, "Tim keamanan kami menangani insiden itu dengan cepat dan kami bekerja sama dengan Polisi Metropolitan dalam masalah ini. Atraksi tetap terbuka, dengan Keluarga Kerajaan kami tutup sementara."
Bukan Kali Pertama
Patung Raja Charles III yang diserang menggambarkan ayah dua anak itu mengenakan tuksedo, berdiri di samping patung lilin istrinya, Permaisuri Camilla, yang mengenakan gaun biru pucat. Pasangan kerajaan diapit patung lilin Pangeran William dan Kate Middleton, juga mengenakan pakaian malam.
Just Stop Oil telah bergerak di London dalam beberapa hari terakhir. Awal bulan ini, dua aktivis yang berafiliasi dengan organisasi itu melemparkan kaleng sup tomat ke lukisan "Sunflowers" karya Vincent van Gogh di National Gallery, London.
Sup itu menyebabkan kerusakan kecil pada bingkai berlapis emas di sekitar lukisan. Namun, karya seni yang dilindungi lapisan kaca itu tidak mengalami kerusakan.
Dikutip dari The Guardian, kedua aktivis melepas jaket untuk memperlihatkan kaus Just Stop Oil sebelum menempelkan diri ke dinding di bawah karya seni, yang merupakan salah satu harta terpenting galeri. "Apa yang lebih berharga, seni atau kehidupan?" kata salah satu aktivis, Phoebe Plummer, dari London.
Advertisement
Aksi Protes Aktivis
Plummer ditemani Anna Holland yang berusia 20 tahun, dari Newcastle. "Apakah itu lebih berharga daripada makanan? Lebih dari keadilan? Apakah Anda lebih peduli tentang perlindungan lukisan atau perlindungan planet kita dan orang-orang?" katanya.
Ia menambahkan, "Krisis biaya hidup adalah bagian dari biaya krisis minyak, bahan bakar tidak terjangkau bagi jutaan keluarga yang kelaparan dan kedinginan. Mereka bahkan tidak mampu memanaskan sekaleng sup."
Staf National Gallery dengan cepat membersihkan ruangan. Galeri sejak itu mengonfirmasi lukisan itu tidak rusak, menyebut dalam sebuah pernyataan bahwa setelah para pengunjuk rasa melemparkan "apa yang tampak seperti sup tomat" di atas lukisan itu, "ruangan itu dibersihkan dari pengunjung dan polisi dipanggil."
Selama beberapa minggu terakhir, kelompok itu telah melancarkan protes duduk di jalan-jalan di sekitar pusat kota London. Aksi mereka membuat marah pengemudi dan penumpang, tapi tindakan pada Jumat, 14 Oktober 2022, tampaknya merupakan peningkatan taktiknya.
Aktivis Iklim Lempari Lukisan Monet
Selain aksi aktivis Just Stop Oil, baru-baru ini, sepasang aktivis iklim dilaporkan melempari lukisan Monet yang diperkirakan berharga puluhan juta dolar AS dengan kentang tumbuk. Insiden itu berlangsung di sebuah museum di Postdam, Jerman.
Kedua aktivis itu merupakan anggota Letzte Generation yang berarti generasi terakhir. Mereka melempari karya Monet berusia 130 tahun berjudul Les Meules dengan kentang tumbuk yang mencair. Selanjutnya, mereka mengelem tangan mereka di dinding bawah lukisan di Museum Barberini.
"Orang-orang kelaparan, orang-orang kedinginan, mereka sekarat. Kita ada di tengah bencana iklim," ucap salah satu pemrotes, Mirjam Hermann, sembari menempelkan tangannya ke dinding, menurut media Der Tagesspeigel, dikutip dari New York Post.
"Sains menyebut kita tidak bisa memberi makan keluarga kita pada 2050," ujar Hermann pada pengunjung lain. "Lukisan ini tidak ada harganya bila kita harus berebut makanan."
Lukisan Meules itu dijual 111 juta dolar AS ke pelindung Museum Barberini, Hasso Plattner pada 2019, menurut Der Taggesspeigel. Pejabat museum mengatakan tangan para aktivis itu "dengan mudah dilepaskan dari dinding."
Advertisement