Liputan6.com, Jakarta - Para TikTokers tengah berburu tren diet terbaru dan sekarang mereka menantang diri untuk "Diet Singa" yang juga sering disebut diet singa lapar. Jenis diet ini disebut sebagai diet eliminasi penyembuhan, orang yang menerapkannya hanya makan daging, garam, dan air selama 30 hari.
Orang-orang telah mendokumentasikan saat mereka menguji mode terbaru itu. Ada pula yang mengklaim diet singa membantu alergi, sakit kepala, kulit buruk, dan menyeimbangkan suasana hati.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari New York Times, Jumat (23/12/2022), seorang pengguna TikTok dari Brisbane memutuskan mencoba diet yang dipertanyakan tersebut untuk melihat apakah itu membantu daftar panjang alerginya. Ia mendokumentasikan kemajuannya selama ini. Sementara itu pengguna lain dengan akun @roryskitchen yang memiliki 220.900 pengikut dan 2,8 juta suka mengatakan progresnya saat mencoba diet selama 30 hari.
Ia ingin mengetahui tiga hal, apakah ususnya bisa membaik, gejala autoimun, dan kondisi kesehatan apa yang akan terjadi pada tubuhnya setelah hanya makan daging selama 30 hari dan seperti apa rutinitas buang air besarnya. Dia menyiapkan makanannya untuk minggu ini dan mulai makan daging cincang yang dimasak dalam kaldu dan dibumbui dengan garam setiap hari.
Ketika pertama kali memulai diet karnivora, dia berkata bisa memiliki "tidur malam terbaik" tetapi mulai merasa tidak enak badan segera setelah itu. Seiring berjalannya diet, dia mengatakan kulitnya mulai terlihat lebih baik, sinusnya mulai bersih dan dia buang air besar lebih teratur. Menurut video terbarunya, dia sedang menjalani diet hari ke-23 dan berkata dia merasa "apa yang saya lakukan benar-benar berhasil."
Berawal dari Podcaster
Diet singa ditemukan oleh seorang podcaster dan pembicara TedEx Mikhaila Peterson, yang menyebutnya sebagai diet eliminasi pamungkas dan obat untuk semua, menurut Daily Mail. "Ini menghilangkan semua variabel diet lainnya, dan menopang kebutuhan nutrisi tubuh Anda, memungkinkan Anda untuk berkembang," tulis Peterson di situs webnya.
Peterson (28), mengatakan dia menangani berbagai masalah kesehatan sejak masa kanak-kanak. Dia sakit kronis sampai dia berusia 23 tahun dan kemudian menderita penarikan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors) sampai berusia 25 tahun.
Dia didiagnosis dengan rheumatoid arthritis remaja ketika baru berusia 7 tahun meskipun gejalanya dimulai ketika dia berusia 2 tahun dan memakai penekan kekebalan ketika berusia 8 tahun. Lalu Peterson didiagnosis dengan depresi berat dan diobati dengan SSRI ketika dia berusia 12 tahun.
Pada usia 14 tahun, Peterson mengalami kelelahan kronis dan mulai gatal di sekujur tubuhnya. Tiga tahun kemudian, dia menjalani penggantian sendi pinggul dan pergelangan kaki karena radang sendi.
Advertisement
Toleransi Diet Singa
Dia menderita sakit kronis selama 10 tahun sejak penggantian pergelangan kaki. Podcaster itu juga menghabiskan satu tahun di OxyContin pasca operasi dan mengalami penarikan yang "tidak menyenangkan".
Ketika dia berusia 21 tahun, dia didiagnosis menderita Idiopathic Hypersomnia (kelelahan kronis). Dia mengalami ruam yang terkait dengan penyakit Celiac dan memutuskan untuk beralih ke perubahan pola makan untuk membantu masalahnya.
Dia mulai dengan apa yang saat ini mirip dengan diet paleo yang ketat dan akhirnya beralih ke diet semua daging. "Otak dan usus saya sangat rusak sehingga pola makan semua daging sapi atau ruminansia seperti domba dan bison, yang saya sebut Diet Singa, adalah satu-satunya yang dapat saya toleransi,” tulisnya di situs web Lion Diet.
Peterson telah menjalani diet selama lima tahun, sekarang "sehat" dan berharap untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka sendiri dapat meningkatkan kehidupan mereka.
Diet Ekstrem
Menurut Healthline, para pendukung diet mengklaim bahwa diet ini mengurangi peradangan, memperbaiki suasana hati, dan meredakan masalah seperti sakit kepala, insomnia, dan alergi. Namun, yang lain mengatakan itu tidak berkelanjutan, tidak sehat, tidak efektif, terlalu membatasi serta terbilang ekstrim.
"Diet Singa menghilangkan semua makanan kecuali garam, air, dan daging dari hewan ruminansia,” kata para peneliti. "Selain tinggi lemak jenuh, itu tidak berkelanjutan dan cenderung menyebabkan kekurangan nutrisi,"
Juga hampir tidak mungkin untuk makan, perusahaan informasi kesehatan memperingatkan. "Selain berpotensi sangat tidak sehat, Lion Diet sulit diikuti dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang,".
Sementara itu, mengutip kanal Health Liputan6.com, 17 Desember 2022, melakukan diet ekstrem atau begitu membatasi asupan makanan bisa menyebabkan konsekuensi lain untuk kesejahteraan dan kesehatan seseorang.
Konsekuensi tersebut pernah pernah dibahas pada studi berjudul "The Complicated Relationship between Dieting, Dietary Restraint, Caloric Restriction, and Eating Disorders: Is a Shift in Public Health Messaging Warranted?" yang dipublikasikan National Library of Medicine.
Memang benar, mengikuti program diet berbasis bukti yang sah dapat berlangsung aman dan efektif untuk menurunkan berat badan. Tetapi jika yang Anda lakukan adalah praktik diet yang ekstrem, iseng, dan tidak sehat, maka perlu berhati-hati pada masalah yang mungkin mengikuti.
Advertisement