Liputan6.com, Jakarta - Hari Kesehatan Pikiran dan Tubuh Internasional diperingati hari ini, Selasa (3/1/2023). Tujuannya adalah menjadi "kesempatan untuk merayakan bagaimana pikiran dan emosi yang sehat membentuk tubuh yang sehat."
Melansir National Today, dikatakan bahwa koneksi antara pikiran, tubuh, dan jiwa memainkan peran integral dalam kesehatan dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan. Emosi, tujuan, spiritualitas, pengalaman, tujuan, keyakinan, kebiasaan, dan tindakan berdampak penting pada keharmonisan pikiran dan tubuh.
Advertisement
Baca Juga
Hari Kesehatan Pikiran dan Tubuh Internasional diperingati di awal setiap tahun, karena "tidak ada yang lebih penting daripada menciptakan versi terbaik dari diri Anda," dengan tahun baru dinilai sebagai "waktu terbaik." Dalam catatan sejarahnya, konsep kesehatan tubuh dan pikiran telah ada selama ribuan tahun.
Ada banyak cara untuk meningkatkan kesehatan pikiran dan tubuh, serta kesejahteraan secara keseluruhan. Segala sesuatu, termasuk tingkat perhatian, meditasi, perubahan pola makan, spiritualitas, rasa syukur, pola pikir, tujuan, bahkan dekorasi dan warna dapat memengaruhi kesejahteraan mental, emosional, dan fisik Anda.
Manusia dinilai unik dalam hal tujuan, sasaran, keinginan, keyakinan, bahkan tipe tubuh secara fisik. Sistem penyembuhan yang paling kuno termasuk ayurveda dan pengobatan tradisional Tiongkok mengakui hal ini.
Metode-metode itu membuka jalan bagi pendekatan pribadi lain untuk membawa pikiran, emosi, dan jiwa ke dalam keadaan harmonis. Pakar kesehatan mental dan tubuh, Jaya Jaya Myra, memiliki beberapa tips tentang bagaimana Anda dapat merayakan Hari Kesehatan Pikiran dan Tubuh Internasional hari ini dan setiap hari.
The WELL Method
Myra merekomendasikan The WELL Method dalam membuat rencana yang dipersonalisasi untuk pola pikir yang sehat. Ia menciptakan cara tersebut untuk membantu orang menciptakan pola pikir yang positif dan sehat.
Keunggulannya, yakni setiap orang dinilai dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan, keyakinan, gaya hidup, dan etos pribadi mereka. Kerangka kerjanya adalah sebagai berikut:
W – Work-Life Harmony: keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan
E – Expect/Enable Excellence: harapkan atau aktifkan keunggulan
L – Live Your Purpose: hidup sesuai tujuan
L – Love, Not Fear: pahami cinta, bukan ketakutan
Apa pun tujuan Anda, The WELL Method disebut dapat membantu Anda sukses dan menjaga hal-hal penting dalam hidup tetap fokus, sambil mengingatkan bahwa Anda kuat, berharga, dan mampu melakukan apa saja. Myra menyadari kekuatan penuh dari menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa, dan dampaknya terhadap kesehatan fisik.
Menggunakan hanya strategi holistik, termasuk tujuan dan kesadaran, ia menyembuhkan dirinya sendiri dari fibromyalgia, kecemasan, dan depresi ketika pengobatan alophaty gagal membantunya. Hal ini membawanya untuk menciptakan The WELL Method dan menulis The Soul of Purpose, dengan melihat hubungan langsung antara spiritualitas, tujuan hidup, dan kesehatan.
Advertisement
Catatan Pandemi
Kesadaran akan kesehatan tubuh dan pikiran khususnya telah naik akibat pandemi COVID-19. Disrupsi ekstrem periode krisis kesehatan global telah memaksa orang-orang hidup dengan kebiasaan yang tidak familiar bagi mereka.
Berdasarkan laporan kanal Health Liputan6.com, merujuk data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), gangguan kesehatan mental dilaporkan naik 64,3 persen saat pandemi COVID-19. Angka ini mencakup masyarakat yang menderita penyakit COVID-19 maupun masalah sosial ekonomi akibat dampak dari pandemi.
Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes, Vensya Sitohang, menjelaskan, pihaknya telah melakukan upaya preventif kesehatan jiwa sejak dini sampai usia lanjut. Edukasi juga dilakukan sejak usia sekolah sampai universitas.
"Kami juga melakukan edukasi dan sosialisasi kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan primer. Lingkungan masyarakat juga perlu jadi penggerak dalam preventif gangguan kesehatan jiwa," katanya dalam webinar pada 4 Desember 2022.
Kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat isolasi, serta pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial selama pandemi berdampak pada peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat.
Juga Terjadi pada Gen Z
Masalah kesehatan mental mulai dapat porsi lebih di kalangan Gen Z. Indikasinya terlihat dari aktifnya mereka mencari bantuan profesional saat merasa sudah tidak tahan. Hal itu disampaikan Karina Negara, chief physchologist dan co-founder KALM, platform penyedia layanan konsultasi psikologi online.
"Karena mereka (Gen Z) dapat support dari masyarakat. Sekarang informasi jaga kesehatan mental sudah lebih banyak. Di zaman milenial awal, orangtua mereka mana ada anjuran merawat kesehatan mental," ujarnya pada Liputan6.com di Depok, Jawa Barat, 28 Oktober 2022.
Dari sederet masalah yang dikeluhkan para klien dari kalangan Gen Z, ada dua faktor pemicu utama. Karina menyebut masalah keluarga, khususnya terkait relasi antara anak dan orangtua, sebagai masalah pertama. "Entah itu susah komunikasi sama mama papanya, atau dituntut sesuatu yang membuat tertekan," imbuhnya.
Kedua adalah kecemasan akan masa depan. Manurut Karina, banyak Gen Z yang berpikir berlebihan tentang masa depan mereka. Literasi keuangan yang semakin merata, misalnya, bisa memicu mereka menetapkan target tertentu untuk dikejar pada usia tertentu. Padahal, itu bukan hal yang prioritas.
"Bukan enggak boleh memikirkan masa depan, tapi juga jangan overthinking. Hari ini memikirkan 10 tahun lagi, buat apa? Cemas itu wajar, asal kadarnya tepat," imbuhnya.
Advertisement