6 Fakta Menarik Suriname, Negara Bekas Koloni Belanda di Amerika Selatan

Suriname adalah salah satu negara terkecil di Amerika Selatan bekas koloni Belanda, populasinya salah satu etnis yang paling beragam di wilayah tersebut.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 10 Feb 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2023, 08:30 WIB
[Bintang] 5 Negara Ini Juga Berbahasa Jawa Sebagai Percakapan Sehari-hari
Ilustrasi warga Republik Suriname | Via: trekearth.com

Liputan6.com, Jakarta - Suriname merupakan negara yang terletak di pantai utara Amerika Selatan. Suriname jadi salah satu negara terkecil di Amerika Selatan, namun populasinya adalah salah satu etnis yang paling beragam di wilayah tersebut.

Mengutip dari Britannica, Kamis, 9 Februari 2023, perekonomiannya bergantung pada pasokan sumber daya alamnya yang melimpah, terutama bauksit yang merupakan salah satu produsen terbesar di dunia. Empat perlima bagian selatan negara ini hampir seluruhnya ditutupi oleh hutan hujan tropis yang masih asli.

Suriname berbatasan dengan Samudra Atlantik di utara, Guyana Prancis di timur, Brasil di selatan, dan Guyana di barat. Suriname terlibat dalam sengketa teritorial dengan Guyana dan Guyana Prancis yang merupakan warisan dari pemerintahan kolonial.

Masih banyak hal tentang Suriname. Berikut enam fakta menarik Suriname yang dirangkum Liputan6.com pada Kamis, 9 Februari 2023. 

1. Koloni Belanda

Suriname sebelumnya dikenal sebagai Guyana Belanda, Suriname merupakan koloni perkebunan Belanda yang memperoleh kemerdekaannya pada 25 November 1975. Sejak 1980 hingga 1987 negara ini diperintah oleh rezim militer yang suksesi. Sebuah konstitusi sipil baru disetujui pada tahun 1987.

Kudeta militer lainnya terjadi pada tahun 1990, tetapi negara tersebut kembali ke pemerintahan sipil pada tahun berikutnya. Ibu kota, Paramaribo, terletak 9 mil (15 km) dari Samudra Atlantik di dekat Sungai Suriname. Bagian dalam kota Paramaribo ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2002 karena tempat ini memiliki banyak bangunan penting historis dan signifikansi keagamaan. 

2. Etnis Campuran Asia dan Afrika

Keturunan Jawa di Suriname
Keturunan Jawa di Suriname (Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT))

Orang Asia Selatan, keturunan pekerja kontrak dari India merupakan kelompok etnis terbesar di Suriname, jumlahnya lebih dari seperempat populasi. Kelompok etnis besar kedua, terhitung sekitar seperlima dari populasi yaitu Maroon campuran dari keturunan budak asal Afrika yang melarikan diri.

Sementara etnis Kreol di Suriname adalah orang-orang yang sebagian besar keturunan Afrika, jumlahnya sepersepuluh dan seperlima dari populasi. Keturunan orang Jawa berasal dari pulau Jawa di Indonesia adalah buruh kontrak dan orang dari etnis campuran masing-masing berjumlah sepertujuh dari populasi.

Orang India, keturunan dari penduduk asli Suriname, hanya merupakan sebagian kecil dari populasi. Kelompok pesisir meliputi Karib dan Arawak, sedangkan Trio (Tiriyo), Wayana-Aparai, Warao (Warrau), Wayarekule (Akuriyo), Tucayana, dan Akurio tinggal di pedalaman.

Selain itu ada kelompok etnis kecil di Suriname termasuk keturunan Tionghoa, Lebanon, Portugis, dan imigran Belanda, serta Kreol dari Hindia Barat dan warga AS. Imigran yang lebih baru termasuk Tionghoa dikenal di Suriname sebagai "Tionghoa Baru" untuk membedakan mereka dari keturunan Tionghoa yang dibawa sebagai buruh pada abad ke-19 dan orang Brasil yang tiba pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21.

3. Sejarah Awal Orang Surinen

Kelompok asli telah mendiami Suriname selama ribuan tahun. Di antara yang lebih besar secara historis yaitu orang-orang Arawak dan Karib. Surinen merupakan asal nama negara itu, juga merupakan beberapa penduduk paling awal yang diketahui di daerah itu.

Namun, pada abad ke-16, orang Surinen telah diusir oleh kelompok India lainnya atau bermigrasi ke bagian lain Guyana, di mana wilayah termasuk Suriname, Guyana , dan Guyana Prancis. Orang Eropa mengetahui Suriname dan daerah lain di wilayah tersebut dari Christopher Columbus , yang melihat pantainya pada tahun 1498.

Ekspedisi Spanyol dipimpin oleh Amerigo Vespuccidan Alonso de Ojeda berlayar di sepanjang pantai Suriname pada 1499, dan penjelajah Spanyol Vicente Yáñez Pinzón mengunjungi wilayah tersebut pada 1500. Pemukiman yang dicoba oleh Spanyol, Belanda, Inggris, dan Prancis selama paruh pertama abad ke-17 semuanya gagal karena perlawanan oleh orang India.

 

4. Bahasa Belanda Sebagai Bahasa Resmi

Central Suriname Nature Reserve
Central Suriname Nature Reserve, salah satu hutan di Suriname warisan dunia UNESCO. (Dok: Instagram @johnmittermeier)

Bahasa Belanda merupakan bahasa resmi Suriname, namun sejauh mana anggota dari berbagai kelompok etnis dapat menggunakan bahasa tersebut berbeda-beda. Sebagian besar penduduk belajar bahasa Belanda sebagai bahasa kedua.

Bahasa tambahan termasuk Sranan dan bahasa kreol lainnya. Bahasa inggris, Sarnami, yang berasal dari bahasa Hindi dan Urdu, Jawa dan sejumlah bahasa Maroon dan Indian Amerika Selatan. Masyarakat Suriname bisa menggunakan bahasa Jawa lantaran pada zaman penjajahan dulu, Belanda membawa orang-orang Jawa dari Indonesia ke Suriname untuk dipekerjakan. 

Seiring waktu, kultur Jawa mulai menyatu di Suriname. Hal ini yang membuat masyarakat Suriname bisa berbahasa Jawa.

5. Wisata Central Suriname Nature Reserve

Central Suriname Nature Reserve ini memang memiliki pemandangan alam yang masih asri, dan menjadi warisan dunia UNESCO. Hutan ini memiliki luas 240 meter, yang menawarkan pemandangan alam memesona.

Selain pemandangan alam disini wisatawan dapat menjelajahi keindahan alam sambil naik perahu seperti berpetualang menyusuri hutan. Pengalaman menarik lainnya pengunjung bisa melihat satwa Ayam Guyana, Belut Listrik, dan Kera laba-laba. Selain flora dan fauna unik, wisatawan akan dimanjakan dengan pepohonan yang hijau, hutan yang lebat, air bersih.

Tak hanya itu yang menarik di ibu kotanya terdapat Fort Zeelandia yang merupakan benteng bagi Paramaribo. Fort Zeelandia ini dibangun sejak tahun 1640, di masa penjajahan Inggris tempat ini diperkuat sehingga terlihat sekali benteng ini sangat kokoh dan membuat siapa saja takjub dengan besarnya Fort Zeelandia.

Tempat tersebut juga bersejarah bagi Negara Suriname, menjadi lokasi yang dijaga peninggalannya. Sehingga saat berkunjung ke Suriname wajib untuk ke Fort Zeelandia.

6. Sup Khas Suriname

Pepre Watra makanan khas Suriname
Pepre Watra makanan khas Suriname. (Dok: Instagram @fantabulousyou)

Mengutip dari Taste Atlas, Kamis 9 Februari 2023, Pepre Watra adalah sup tradisional yang berasal dari Suriname. Sup biasanya dibuat dengan kombinasi ikan putih, bawang bombay, tomat, seledri, kaldu kubus, garam, lada hitam, dan cabai Madame Jeannette. Bahan-bahannya cukup dimasukkan ke dalam panci berisi air dan direbus hingga sup ikan matang.

Sup ringan dan pedas ini secara tradisional disajikan di atas nasi dan sangat populer saat malam musim panas. Pepre watra sering disajikan dengan roti singkong buatan sendiri di sampingnya.

Selain itu ada Murgi talkari, hidangan ayam tradisional yang dipengaruhi oleh masakan India dan berasal dari Suriname. Kari ayam ini biasanya dibuat dengan kombinasi ayam, bawang merah, bawang putih, garam masala, minyak, garam, gula, dan cabai.

Bahan-bahan tersebut ditumis dalam minyak kemudian disiram dengan air dan direbus dengan api sedang hingga daging empuk. Setelah selesai, Murgi Talkari biasanya disajikan dengan nasi, masala kentang, labu, buncis, atau kubis sebagai pendamping.

Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi
Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya