Studi: Perempuan Menanggung Beban Lebih Berat dalam Pekerjaan Rumah Tangga Walau Berpenghasilan Sama dengan Suami

Sebuah studi terbaru dari Pew Research Center menemukan bahwa istri masih menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak walaupun berpenghasilan sama dengan suami mereka atau lebih. Sementara itu, suami mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan yang dibayar dan untuk bersantai.

oleh Dyra Daniera diperbarui 18 Apr 2023, 03:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2023, 03:00 WIB
[Fimela] Akademi Suami Sejati
Ilustrasi suami istri memasak bersama | unsplash.com

Liputan6.com, Jakarta - Selama bertahun-tahun, perempuan atau istri selalu melakukan pekerjaan domestik lebih banyak dari suami. Tugas-tugas seperti memasak, mencuci, menyetrika, dan membersihkan rumah seakan menjadi tanggung jawab utama perempuan dalam keluarga. Hal ini telah menjadi salah satu isu yang selalu diperdebatkan dan menjadi perhatian para feminis dan pejuang kesetaraan gender. 

Meskipun upaya telah dilakukan untuk membuat pekerjaan domestik terbagi lebih rata antara suami dan istri, namun hingga saat ini belum banyak perubahan yang terjadi. Dikutip dari CNN pada Senin, 17 April 2023, sebuah studi terbaru dari Pew Research Center menemukan bahwa istri masih menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak walaupun berpenghasilan sama dengan suami mereka atau lebih. Sementara itu, suami mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan yang dibayar dan untuk bersantai.

"Bahkan ketika kontribusi keuangan menjadi lebih setara dalam pernikahan, cara pasangan membagi waktu mereka antara pekerjaan berbayar dan kehidupan rumah tangga tetap tidak seimbang," lapor Pew.

Pew menemukan bahwa dalam 29 persen pernikahan heteroseksual saat ini, perempuan dan pria berpenghasilan hampir sama (masing-masing sekitar 60.000 dolar AS atau Rp887 juta). "Suami dalam pernikahan egaliter menghabiskan sekitar 3,5 jam lebih banyak per minggu untuk kegiatan santai daripada istri. Istri dalam pernikahan ini menghabiskan sekitar 2 jam lebih banyak per minggu untuk mengasuh daripada suami dan sekitar 2,5 jam lebih banyak untuk pekerjaan rumah tangga," catat studi tersebut.

Laki-laki Masih Menjadi Pencari Nafkah Utama

Ilustrasi pria sukses
Ilustrasi pria sukses, kerja keras. (Photo by bruce mars on Unsplash)

Dalam 55 persen pernikahan lawan jenis, laki-laki adalah pencari nafkah utama atau satu-satunya, berpenghasilan rata-rata 96.000 dolar AS (sekitar Rp1,4 miliar) untuk istri mereka yang berpenghasilan rata-rata 30.000 dolar AS (sekitar Rp443 juta).

Sementara itu, dalam 16 persen pernikahan, istri yang mencari nafkah lebih banyak dari suaminya sebagai pencari nafkah utama berjumlah 10 persen atau sedangkan istri yang berperan sebagai pencari nafkah tunggal berjumlah 6 persen. Dalam pernikahan ini, perempuan mendapat penghasilan rata-rata 88.000 dolar AS (sekitar Rp1,3 miliar) untuk suami mereka yang berpenghasilan rata-rata 35.000 dolar AS (sekitar Rp517 juta).

Dari semua kategori ini, satu-satunya kategori di mana laki-laki dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengasuh daripada istri mereka adalah ketika perempuan adalah satu-satunya pencari nafkah. Waktu yang dihabiskan per minggu untuk pekerjaan rumah tangga dalam pernikahan tersebut dibagi rata antara suami dan istri.

Walaupun begitu, ini adalah sebuah kemajuan besar jika dibandingkan dengan situasi 50 tahun lalu, ketika suami adalah pencari nafkah utama dalam 85 persen pernikahan.

Suami Lebih Suka Berpenghasilan Lebih Besar Daripada Istri

Perceraian
Ilustrasi Pasangan Suami Istri Credit: unsplash.com/cottonbro

Saat ini, perempuan yang paling mungkin menjadi pencari nafkah utama atau satu-satunya dapat bervariasi menurut usia, status keluarga, pendidikan, dan ras.

Misalnya, Pew menemukan perempuan kulit hitam "secara signifikan lebih mungkin" untuk berpenghasilan lebih dari suami mereka dibandingkan wanita lain. Misalnya, 26 persen perempuan kulit hitam membawa pulang lebih banyak uang daripada suami mereka, sementara hanya 17 persen perempuan kulit putih dan 13 persen perempuan Hispanik yang melakukannya.

Tetapi perempuan kulit hitam dengan gelar sarjana atau lebih tinggi dan sedikit anak di rumah juga termasuk yang paling mungkin mendapatkan penghasilan yang hampir sama dengan suami mereka. Angka-angka ini dilaporkan dengan latar belakang sikap masyarakat tentang siapa yang harus mendapatkan lebih banyak dan bagaimana pengasuhan harus dibagi di antara pasangan.

Hampir setengah dari orang Amerika (48 persen) dalam survei Pew mengatakan suami lebih suka berpenghasilan lebih dari istri mereka, sementara 13 persen mengatakan pria lebih suka istri mereka berpenghasilan hampir sama dengan mereka.

Keluarga di Indonesia Tidak Masalah Berbagi Pekerjaan Domestik

Ilustrasi pasangan, suami istri
Ilustrasi pasangan, suami istri. (Photo by freestocks on Unsplash)

Jika lebih banyak laki-laki ingin berpenghasilan lebih daripada istri mereka, 22 persen perempuan Amerika mengatakan menginginkan suami yang berpenghasilan lebih, sementara 26 persen mengatakan sebagian besar menginginkan pria yang berpenghasilan hampir sama.

Sementara itu, dalam hal berkeluarga, 77 persen mengatakan bahwa anak-anak akan lebih baik jika kedua orangtua sama-sama fokus pada pekerjaan dan mengurus anak. Hanya 19 persen yang mengatakan anak-anak lebih baik ketika ibu mereka lebih fokus pada kehidupan rumah tangga dan ayah mereka lebih fokus pada pekerjaannya.

Studi Pew didasarkan pada tiga sumber data, data pendapatan dari Survei Penduduk Sensus AS saat ini, data dari Survei Penggunaan Waktu Amerika, dan survei sikap publik yang representatif secara nasional di antara 5.152 orang dewasa AS yang dilakukan pada Januari 2023.

Di Indonesia, Yayasan Pulih dan Aliansi Laki-laki Baru di 2018 melakukan survei terkait pembagian peran domestik. Hasilnya, pada dasarnya sebagian generasi muda saat ini tidak bermasalah dengan pembagian peran. Survei ini dilakukan terhadap 397 responden berusia 15--40 tahun, di Jabodetabek, dan sebanyak 97 persen responden menyatakan bahwa mereka mampu melakukan tugas domestik.

Pekerjaan domestik bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk laki-laki. Untuk mendorong laki-laki terlibat dalam pekerjaan domestik, mereka perlu didorong secara motivasi dan didukung oleh keluarga untuk mempelajari dan terlibat dalam pekerjaan domestik. Dengan terbiasa melakukan pekerjaan domestik, laki-laki akan melihatnya sebagai tanggung jawab bersama di dalam keluarga.

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya