Liputan6.com, Jakarta- dr. Grace Nami Sianturi Wardhana, Sp.KK, FINSDV, FAADV, mendefinisikan eksim sebagai salah satu jenis peradangan kulit yang menyebabkan rasa gatal yang mengganggu. Tidak hanya orang dewasa, eksim juga bisa diderita bayi dan anak-anak. Dari sederet jenis eksim, ia mengaku keluhan yang mayoritas dialami pasiennya adalah eksim atopik, dari skala ringan sampai berat.
"Saya tekankan pada orangtua bahwa eksim atopik itu enggak akan berhenti, pasti kambuh-kambuh lagi. Jadi please, jangan andelin obat. Kalau andalkan obat saja, tapi enggak ngajarin merawat kulit, dia akan kembali kambuh," kata dokter yang fokus pada penanganan masalah kulit anak tersebut dalam peluncuran Atopy and Skin Disease Center ERHA Ultimate di Jakarta, Selasa, 30 Mei 2023.
Baca Juga
Menurut dr. Grace, eksim pada dasarnya dipengaruhi oleh kondisi genetik. Ada faktor alergi yang diturunkan orangtua, baik ibu dan ayah, atau bahkan dari kakek, nenek, hingga paman dan bibinya, kepada anak-anak itu. Kondisi atopi ini tidak hanya mewujud di kulit, tetapi juga bisa muncul di hidung yang diistilahkan sebagai rhinitis alergy dan tahap terparah adalah asma. Ketiganya termasuk sebagai atopic march.
Advertisement
"Rhinitis alergy itu ditandai dengan sering beler, bersin-bersin di pagi hari," ia menerangkan.
Anak-anak bisa mengalami satu dari tiga masalah atopi, atau bahkan bisa mengalami ketiganya terkait kondisi gen orangtuanya. Karena itu, semakin dini pasien dibawa konsultasi ke dokter, ia meyakini akan semakin mudah mengajarkan anak-anak merawat dirinya agar bisa hidup normal seperti orang lain. Orangtua bisa melatih anak-anak mereka merawat kulit dari kecil.
"Kalau dari kecil bisa lebih gampang, dan quality of life-nya lebih baik," ucapnya.
Karena kondisi genetik tersebut, anak-anak yang mengalami eksim atopik pada prinsipnya memiliki skin barrier yang jelek. Karena itu, hal utama yang harus dilakukan dalam mencegah kekambuhan adalah dengan memperbaiki skin barrier.
Bagaimana Cara Perbaiki Skin Barrier?
dr. Grace menjelaskan bahwa kekambuhan pasien eksim atopik itu tidak ditentukan musim, tetapi paling rawan terjadi dalam kondisi cuaca panas dan kering. Dengan skin barrier yang bagus, tingkat kekambuhannya bisa ditekan seminimal mungkin.
Skin barrier itu digambarkannya seperti semen pengisi di sela-sela batu bata. Orang dengan skin barrier yang jelek, polutan atau hal-hal pemicu alergi bisa dengan mudah masuk ke kulit karena struktur penguatnya tidak ada.Â
Kondisi itu bisa diperbaiki dengan beberapa cara. Pertama adalah rajin mandi, minimal dua kali sehari, terutama saat tinggal di negara tropis. "Dia harus lepaskan yang nempel itu (polutan, debu, keringat, dan lain-lain). Enggak bisa hanya ganti baju doang. Air mandinya juga ajarin dengan air biasa. Jangan manjakan dengan air hangat, karena air itu bisa melarutkan natural moisturizer. Nantinya malah makin parah lagi," ia menguraikan.
Sabun mandi yang digunakan juga harus dipilih dengan hati-hati. Ia menyarankan untuk menghindari sabun yang terlalu berbusa dan mengandung wewangian. Begitu pula dengan kandungan antiseptik di dalam sabun. "Yang organik juga. Orang mengira organik pasti aman, padahal tidak begitu," sambungnya.
Setelah mandi, biasakan untuk mengoleskan pelembab. Kandungan pelembab yang paling dibutuhkan oleh orang dengan eksim atopik adalah yang mengandung banyak ceramide. Pengaplikasiannya tidak hanya setelah mandi, tetapi sesering dan setebal mungkin, terutama bila yang bersangkutan bepergian ke tempat dingin.
Â
Advertisement
Kenapa Harus Pelembab dengan Ceramide?
dr. Grace menjelaskan pelembab itu secara umum terbagi menjadi tiga jenis. Pertama adalah oklusif, yakni yang berusaha menutup permukaan kulit sepenuhnya agar kulit tetap lembab. Jenis kedua adalah emolien yang cara kerjanya dengan mengisi skin barrier yang hilang. Terakhir adalah rumektan yang berusaha menyerap air dari luar supaya kulitnya tetap lembab.
"Pada orang atopik yang dibutuhkan emolien. Karena enggak bisa bikin struktur sendiri, supaya bisa diisi strukturnya... Sejak lahir, istilahnya ada mutasi filaggrin sehingga enggak bisa produksi struktur seperti orang normal," kata dr. Grace.
Umumnya setiap produk mengandung ketiga jenis pelembab di atas. Hanya saja, komponennya beragam. "Kita tinggal cari yang ceramide-nya paling tinggi," katanya.
Bila gatal tidak sampai meradang, pengaplikasian moisturizer sudah cukup. Tetapi bila sampai meradang, eksim harus diobati dulu. Penggunaan rutin pelembab itu berlaku baik untuk pasien laki-laki maupun perempuan.
"Karena itu pentingnya ajarin dari kecil. Kalau sudah besar, dia nanti merasa kayak perempuan aja pake moisturizer. Padahal, tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan, mereka perlu pembersih, pelembab, dan tabir surya," imbuh dr. Grace.
Orang dengan eksim atopik juga disarankan selalu berada di ruangan sejuk saat cuaca panas seperti beberapa bulan terakhir. Baju yang dipakai sebaiknya yang menyerap keringat, seperti katun, dengan warna terang, dan tidak terlalu tebal. Deterjen yang digunakan juga formulasinya yang lembut dan tidak banyak busa. Pakaian dipastikan dibilas dengan baik, tidak hanya sekali bilas.
"Sebaiknya juga gunakan air purifier. Alergen harus rutin dibersihkan," kata di lagi.
Tidak Gampang Pantang Makanan
Selain perawatan kulit, eksim atopik juga bisa ditekan dengan menghindari faktor alergen lainnya, seperti dari makanan. Hanya saja, alergi makanan, kata dr. Grace, harus dibuktikan dengan tes laboratorium. Membuat pantangan makanan tertentu, terutama saat periode emas, justru akan berefek negatif pada bayi dan anak.
"Apalagi usia 3 tahun ke bawah itu kan golden period. Mesti dapat nutrisinya yang baik," ucapnya.
Ia mencontohkan pasien anak yang ditanganinya yang menerapkan pantang banyak makanan sejak kecil. Sejak kecil, segala makanan yang dikhawatirkan memicu alegi atau hipersensitif itu sudah setop diasup. Tubuhnya pun jadi kurus karena tak cukup nutrisi. Tapi, kondisi eksim atopiknya juga tak kunjung membaik.
"Untungnya orangtuanya sangat kooperatif. Bolak-balik saya bilang jangan andalkan obat. Kalau enggak benerin skin barriernya, enggak akan sembuh. Kini perubahannya drastis, bahkan sudah chubby karena bisa makan apa saja," tutur dr. Grace.
Meski demikian, orangtua juga bisa membantu meneliti jenis makanan yang sebaiknya dihindari karena memicu alergi. Caranya adalah dengan tidak mencampur konsumsi protein hewani berbeda. "Saat anak MPASI, sebisa mungkin protein hewani jangan di-mix. Kalau perlu buat daily food journal," katanya.
Selama tiga hari berturut-turut, anak diberi jenis protein yang sama, semisal salmon. Selama pemberian nutrisi itu, orangtua bisa mengecek apakah jenis makanan itu memicu kemerahan atau gatal-gatal pada kulit anak atau tidak. Pola yang sama diulangi untuk berbagai jenis protein lainnya hingga bisa ditentukan mana makanan yang aman dan tidak untuk anak.
Advertisement