Liputan6.com, Jakarta - Milia, bintil atau benjolan kecil berwarna putih kekuningan di wajah ini kerap keliru dikira sebagai komedo. Namun, berbeda dari komedo, kondisi kulit umum ini sering muncul tanpa disadari, terutama di sekitar hidung, pipi, dan bawah mata. Benjolan-benjolan kecil ini sebenarnya adalah kista berisi keratin (sel kulit mati), protein pembentuk lapisan luar kulit.
Milia bisa muncul pada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja di tubuh, meskipun lebih sering di wajah. Lalu, apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?
Advertisement
Baca Juga
Penyebab pasti milia masih belum sepenuhnya dipahami, namun umumnya dikaitkan dengan penumpukan keratin yang terperangkap di bawah permukaan kulit. Beberapa faktor meningkatkan risiko munculnya milia, antara lain penggunaan produk perawatan kulit yang menyumbat pori-pori, kurang tidur, paparan sinar matahari berlebihan, kondisi kulit lain seperti rosacea atau eksim, bahkan faktor genetik juga berperan. Intinya, milia adalah kondisi yang kompleks dan penyebabnya bisa beragam.
Advertisement
Milia dibedakan menjadi dua jenis: milia primer dan milia sekunder. Milia primer, seperti milia neonatorum pada bayi baru lahir, muncul tanpa sebab yang jelas. Sementara milia sekunder muncul akibat kondisi kulit lain atau cedera. Jika hanya ada satu benjolan, disebut milium, sedangkan jika muncul berkelompok, disebut milia. Diagnosis milia biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter, dan biopsi kulit jarang diperlukan kecuali ada keraguan diagnosis.
Mengenal Lebih Dekat Milia dan Cara Mengatasinya
Meskipun sering muncul tanpa gejala, milia dapat mengganggu penampilan. Untungnya, dalam banyak kasus, milia akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Namun, jika milia mengganggu atau tidak kunjung hilang, ada beberapa pilihan pengobatan yang bisa dipertimbangkan.
Salah satu pilihan adalah ekstraksi, di mana dokter mengeluarkan isi milia menggunakan jarum steril. Selain itu, ada juga dermabrasi (pengelupasan lapisan epidermis), krioterapi (pembekuan dengan nitrogen cair), dan bahkan obat-obatan seperti antibiotik oral atau krim isotretinoin untuk kasus milia en plaque (milia dalam jumlah banyak).
Proses pengobatan milia disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Konsultasi dengan dokter atau dermatolog sangat penting untuk menentukan metode pengobatan yang tepat dan aman. Jangan pernah mencoba mengobati milia sendiri di rumah dengan cara yang tidak steril, karena dapat menyebabkan infeksi atau perburukan kondisi.
Penting untuk diingat bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Selalu gunakan produk perawatan kulit yang sesuai dengan jenis kulit, cukup istirahat, lindungi kulit dari paparan sinar matahari berlebihan, dan jaga kebersihan kulit untuk meminimalkan risiko munculnya milia.
Advertisement
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun umumnya tidak berbahaya, ada beberapa kondisi yang memerlukan konsultasi dengan dokter. Segera periksakan diri ke dokter jika milia menimbulkan rasa tidak nyaman, tidak kunjung hilang setelah beberapa bulan, muncul pada bayi dan tidak hilang setelah 3 bulan, atau Anda memiliki kekhawatiran tentang kondisi kulit Anda. Ingat, informasi ini bersifat umum dan tidak menggantikan konsultasi dengan profesional medis.
Milia adalah kondisi kulit yang umum dan biasanya tidak berbahaya. Namun, penting untuk mengetahui penyebab, jenis, dan pilihan pengobatannya agar Anda dapat mengatasinya dengan tepat. Konsultasi dengan dokter atau dermatolog adalah langkah terbaik untuk memastikan perawatan yang tepat dan aman bagi kulit Anda.
