Pengakuan Ibu Remaja 19 Tahun Korban Tewas Kapal Selam Wisata Titanic: Saya Berikan Kursi Saya Untuknya

Christine Dawood tidak hanya kehilangan putranya yang berusia 19 tahun, tetapi juga suaminya Shahzada Dawood dalam insiden kecelakaan kapal selam wisata Titanic.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 27 Jun 2023, 09:02 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2023, 09:02 WIB
Shahzada Dawood (kanan) dan putranya, Suleman Dawood merupakan penumpang yang tewas dalam ledakan kapal selam wisata Titan. (Twitter/@AhsanKh15041654)
Shahzada Dawood (kanan) dan putranya, Suleman Dawood merupakan penumpang yang tewas dalam ledakan kapal selam wisata Titan. (Twitter/@AhsanKh15041654)

Liputan6.com, Jakarta - Insiden meledaknya kapal selam Titan yang mengangkut lima orang menuju bangkai kapal Titanic menyimpan duka mendalam bagi yang ditinggalkan. Christine Dawood termasuk salah satunya. Ia tak hanya kehilangan satu, tapi dua anggota keluarganya sekaligus, yakni sang suami Shahzada Dawood dan putranya yang berusia 19 tahun Suleman Dawood.

Berbicara kepada BBC pada Minggu, 25 Juni 2023, Christine mengungkapkan bahwa awalnya ia lah yang akan melihat bangkai kapal Titanic bersama suaminya. Namun, rencana itu dibatalkan karena situasi pandemi Covid-19.

"Lalu aku mundur dan memberikan ruang untuk (Suleman), karena ia benar-benar ingin pergi," tuturnya, dikutip dari People, Selasa (27/6/2023). "Aku sangat senang karena mereka berdua, mereka sangat ingin melakukannya sejak lama."

Perasaan gembira ini ditandai dengan keputusan Suleman untuk membawa kubus rubik bersamanya. "Dia berkata, 'Saya akan memecahkan kubus rubik 3.700 meter di bawah laut di Titanic," ucap Christine tentang putranya yang bisa memecahkan teka-teki dalam 12 detik.

Sebelum berangkat, Christine mengungkapkan mereka hanya berpelukan dan bercanda. Seperti sang anak, ia menyebut suaminya, Shahzada Dawood, sangat bersemangat untuk turun. "Dia seperti anak kecil. Jadi kalimatnya, kami kehilangan komunikasi, saya pikir itu akan menjadi kalimat yang tidak ingin saya dengar lagi dalam hidup saya," kata Christine.

Christine juga mengungkapkan momen saat dia kehilangan harapan untuk kembali menemui suami dan putranya dalam kondisi hidup. "Melewati tanda 96 jam, saat itulah saya kehilangan harapan," kata ibu dua anak, yang berada di kapal pendukung kapal selam Kanada Polar Prince. "Saat itulah saya mengirim pesan ke keluarga saya di pantai, 'Saya bersiap untuk yang lebih buruk.'"

"Aku merindukan mereka, aku sangat, sangat merindukan mereka," tambahnya.

Kehilangan Kontak hingga Puing-Puing Ditemukan

Penjaga Pantai AS Sebut Kapal Selam Wisata Titanic Meledak
Ada lima penumpang yang berada di dalam kapal selam wisata Titanic tersebut miliarder Pakistan dan anaknya Shahzada Dawood dan Suleman Dawood; miliarder Inggris Hamis Harding; dan ahli Titanic Paul-Henri Nargeolet. (INDRANIL MUKHERJEE / AFP)

Bibi Suleman, Azmeh Dawood sebelumnya mengatakan kepada NBC News bahwa keponakannya yang berlayar dengan kapal selam wisata pada Hari Ayah itu hanya ingin menyenangkan ayahnya. Ia dilaporkan mengaku kepada seorang kerabat mereka bahwa dia "tidak terlalu siap untuk itu" dan merasa "ketakutan. "

Pencarian Titan dimulai tak lama setelah kapal "kehilangan semua komunikasi" dengan kapal ekspedisi Pangeran Kutub "kira-kira 1 jam 45 menit" setelah menyelam pada 18 Juni 2023, kata Kapten Penjaga Pantai AS Jamie Frederick pada konferensi pers di Boston pada Selasa, 20 Juni 2023.

Frederick mengatakan Titan dilengkapi dengan cadangan oksigen untuk 96 jam di dalam laut pada awal ekspedisi. Dalam konferensi pers pada Kamis, Penjaga Pantai AS mengonfirmasi bahwa sebuah ROV menemukan puing-puing 1.600 kaki dari dahan tulang ekor reruntuhan Titanic di dasar laut. Penjaga Pantai mengatakan bahwa puing-puing yang mereka temukan konsisten dengan "kehilangan tekanan yang sangat besar" di Titan.

OceanGate, perusahaan yang mengoperasikan tur selam ke bangkai Titanic mengumumkan kematian lima penumpang mereka pada Kamis sore, pekan lalu. "Kami sekarang percaya bahwa CEO kami, Stockton Rush, Shahzada Dawood dan putranya Suleman Dawood, Hamis Harding, dan Paul-Henri Nargeolet, sayangnya telah meninggal dunia," demikian pernyataan perusahaan itu.

Pernyataan Kehilangan Pihak Keluarga Dawood

Kapal Selam Wisata Bangkai Titanic
Foto yang disediakan oleh OceanGate Expeditions ini menunjukkan sebuah kapal selam bernama Titan yang digunakan untuk mengunjungi lokasi reruntuhan Titanic. (OceanGate Expeditions via AP)

Keesokan harinya, keluarga Suleman dan Shahzada mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka "berkabung atas kehilangan yang tragis" dengan "kesedihan yang mendalam" dan terus memuji ikatan erat antara pasangan tersebut.

Dalam pernyataan resmi keluarga disampaikan bahwa hubungan antara ayah dan anak 'merupakan suatu sukacita untuk dilihat; mereka adalah pendukung terbesar satu sama lain dan menghargai hasrat yang sama untuk berpetualang dan menjelajahi semua yang ditawarkan dunia kepada mereka'.

Shahzada adalah seorang pengusaha Pakistan-Inggris, sedangkan Suleman adalah seorang mahasiswa di Universitas Strathclyde di Glasgow, Skotlandia. Shahzada juga bekerja dengan Prince's Trust International dan The British Asian Trust, yang didirikan oleh Raja Charles.

Dalam sebuah pernyataan yang diperoleh People, CEO Prince's Trust International Will Straw berkata, "Kami sangat sedih dengan berita buruk ini. Prince's Trust International telah memiliki hubungan jangka panjang dengan Shahzada Dawood dan keluarganya, dan kami menghargai dukungan mereka terhadap pekerjaan kami di Pakistan selama bertahun-tahun. Pikiran kami bersama keluarga Shahzada dan semua yang ada di dalamnya pada saat yang sangat tragis ini."

Shahzada Dawood Selamat dari Kecelakaan Pesawat

Kapal Selam Wisata Bangkai Titanic
Pihak Penjaga Pantai Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa kontak dengan kapal selam kecil tersebut terputus sekitar satu jam 45 menit setelah penyelaman. (OceanGate Expeditions via AP, File)

Sebelumnya, Shahzada dan Christine Dawood nyaris kecelakaan saat pesawat terbang yang mereka tumpangi menghadapi cuaca buruk karena beberapa kali terjadi petir pada 2019.

"Saya beberapa kali membaca saat orang-orang berada dalam situasi seperti itu seluruh hidup mereka seperti terlintas di depan bagaikan menonton sebuah film," kenang Christine yang mengakui kejadian tersebut mengubah pilihan kariernya dan cara pandang suaminya.

"Setelah kejadian itu berlalu, suamiku mengatakan kalau dia sempat memiirkan berbagai kesempatan dan peluang yang telah dilewatkannya. Dia juga bilang masih ingin mengajar anak-anak kami," terang Christine yang menuangkan pengalamannya itu dalam sebuah blog.

Menurut Christine, sejak awal tanda-tanda kurang baik sudah terasa. Pesawat yang mereka tumpangi sempat ditunda penerbangannya tapi kemudian tetap lepas landas. Cuaca buruk terus terjadi dalam penerbangan. Puncaknya terjadi petir beberapa kali sebelum pesawat akan mendarat.

"Saat itu sempat terjadi turbulensi yang sangat dahsyat hingga pesawat turun beberapa meter. Aku dan Shahzada sangat takut tapi kami hampir tidak mengucapkan kata-kata, kita terdiam dan saling mengenggam tangan kami," terangnya.

"Suamiku sempat akan mengatakan sampai kenatian memisahkan…tapi tidak melanjutkan kalimatnya. Kami tidak mau itu terjadi. Dan akhirnya situasi bisa kembai terkendali dan pilot bisa mendaratkan pesawat dengan selamat," sambungnya.

Infografis Skenario Pengangkatan Kapal Selam KRI Nanggala 402. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Skenario Pengangkatan Kapal Selam KRI Nanggala 402. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya