Liputan6.com, Jakarta - Di usianya yang hampir menginjak 99 tahun, Lucy Koenig masih siap berpetualang. Untuk merayakan ulang tahunnya yang akan datang, nenek itu memutuskan untuk menciptakan pengalaman yang tak terlupakan dengan melompat keluar dari persawat. Dia membawa cicit laki-lakinya dalam pengalaman terjun payung yang tidak akan pernah mereka lupakan.
"Dia pemberani, dia tidak takut sama sekali," kata Nicholas Tait, cicit laki-laki Koenig, yang juga merasa terhormat bisa terjun payung bersamanya. Sebelum terjun, Koenig mengaku tidak takut. "Saya tidak gugup sama sekali," jelasnya dengan percaya diri.
Dilansir dari CTV News Vancouver, orangtua pemberani itu sudah melakukan zipline, menunggang gajah, dan terjun payung untuk pertama kalinya beberapa tahun yang lalu. Pada Senin, 3 Juli 2023, dia siap untuk terjun payung lagi.
Advertisement
"Saya tidak mudah takut," katanya. "Saya berjanji kepada cicit saya bahwa saya akan melompat bersamanya dan sekaranglah waktunya," kata orang tua itu.
Bisa dibilang, dia belajar menjadi kuat sejak muda. Ia dibesarkan di Austria dan hidup cukup lama untuk berada di sana selama Perang Dunia II. "Ibu saya orang Yahudi dan ayah saya tidak akan menceraikannya sehingga dia dilindungi," jelas Koenig. "Tetapi, 17 anggota keluarganya dikirim ke kamp konsentrasi, dan tidak pernah kembali lagi," katanya.
Koenig mengatakan pengalaman itu mungkin membuatnya menjadi orang yang pantang menyerah. Ia juga percaya bahwa risiko itu layak diambil. Setelah mempersiapkan lompatan dengan instruktur di Skydive Vancouver di Abbotsford, Koenig dan cicitnya melompat dari ketinggian sekitar 10.000 kaki. Keduanya mendarat tanpa insiden.
Dia mengatakan bahwa meskipun sedikit kedinginan saat melayang kembali ke darat, nenek itu sangat menikmati pemandangan di atas sana. Koenig pun menasihati orang-orang di luar sana untuk terus menjalani hidup sepenuhnya dan lakukan apa yang membuat kita bahagia.
Sering Melakukan Kegiatan Ekstrem
Itu bukan pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir dia terjun payung. Koenig pernah terjun payung juga di pada hari ulang tahunnya yang ke-93, sebuah momen yang ingin dia lalui bersama dengan cicitnya, Nicholas Tait. Namun, cicitnya masih sangat muda saat itu sehingga Koenig melarang dia untuk ikut.
"Ketika saya pertama kali melakukannya, dia ingin ikut terjun, tapi tentu saja dia masih terlalu muda," katanya. "Jadi kami harus menunggu dan ketika dia sudah cukup besar, Covid datang dan kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sekarang kami ingin melakukannya."
Tait (21) merasa kagum dengan neneknya itu dan berharap akan menjadi seperti dia nanti. "Dia sudah pergi ke banyak tempat, aku bercita-cita menjadi seperti dia suatu hari nanti," kata Tait.
Koenig berimigrasi ke Kolumbia Britania 32 tahun lalu dan telah tinggal dan bepergian ke seluruh Kanada, termasuk Nova Scotia, Quebec, dan Ontario. Koenig juga menceritakan pengalamannya mendaki Gunung Alpen ketika remaja.
Penerbangan dan terjun payungnya pada kemarin Senin berjalan dengan cepat. Sekitar 15 menit setelah lepas landas, dia dan cicitnya kembali ke tanah dengan aman dan selamat. "Saya tidak akan pergi jika saya takut," katanya saat mendarat. "Ini pemandangan yang indah. Pemandangan di atas sana layak untuk dinikmati."
Dengan perayaan ulang tahun ke-99 yang begitu meriah, timbul pertanyaan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk ulang tahunnya nanti yang ke-100. "Aku tidak tahu," katanya sambil tersenyum. "Saya akan pikirkan lagi tentang hal ini."
Advertisement
Hobi yang Sama
Bukan hanya Lucy Koenig, nenek tua bernama Irene O’Shea juga memiliki hobi yang sama. Dilansir dari Mashable, Kamis, 23 Mei 2019, O’Shea pernah terjun dari ketinggian 1400 kaki atau sekitar 426 meter di atas permukaan bumi. Ia percaya bahwa ia menjadi wanita tertua yang melakukan sky diving dengan ketinggian tersebut. Dalam video yang diunggah oleh Mashable tersebut merupakan penerjunannya yang ketiga.
Ia terjun payung bersama tim SA Skydiving. O’Shea pertama kali terjun pada 2016 saat ia merayakan usianya ke 100 tahun. Kemudian ia melakukan sky-diving lagi setahun setelahnya pada 2017 dan yang ketiga pada 2018. Ia jadi menyukai aktivitas terjun payung dan selalu ingin melalukannya lagi. Kegemarannya tersebut kemudian membuatnya sebagai aksi kepedulian atau charity.
Anak perempuan Irene O’Shea meninggal akibat penyakit Motor Naurone Disease atau penyakit yang menyerang sel-sel yang mengendalikan otot-otot voluter dari tubuh. Maka itu, aksinya kemudian menjadi bentuk kepedulian dan meningkatkan kesadaran akan bahayanya penyakit ini. O'Shea menggalan dana untuk disumbangkan ke MNDSA.
Nenek Lain yang Rayakan Ulang Tahun dengan Terjun Payung
Dilansir dari kanal Global Liputan6.com, seorang wanita Florida merayakan ulang tahunnya yang ke-100 dengan mencoba sesuatu yang baru, yakni melompat dari pesawat. Raymonde Sullivan yang bertugas di garis depan sebagai perawat dalam Perang Dunia II, memberanikan diri untuk melompat dari pesawat di Skydive Sebastian dan terjun payung tandem untuk pertama kalinya untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-100.
"Saya belum pernah melakukannya, dan saya telah melakukan banyak hal dalam 100 tahun, jadi saya pikir saya harus melakukannya selagi bisa," kata Sullivan kepada WPTV, dikutip dari laman UPI, Jumat, 6 Mei 2022.
"Ini menakutkan, saya akan mengatakan itu," kata Sullivan mengungkapkan perasaannya.
Sullivan memutuskan terjun payung pertama kali, dan juga akan menjadi yang terakhir. Setelah mendarat, Sullivan merayakan ulang tahunnya bersama teman dan keluarga di The Castle di Fort Pierce.
Dilansir dari Daily Mail, Sullivan melompat dari ketinggian 10.000 kaki dari pesawat dan terbang seperti burung di atas pantai Florida, saat keluarga, teman, dan tetangganya berdiri di landasan, mengambil video, mengambil foto, dan menyemangati dia. Adegan yang menakjubkan ini difilmkan oleh perusahaan Skydive Sebastian yang berbasis di kota Sebastian di Indian River County, Florida.
Advertisement