Liputan6.com, Jakarta - "Ini merupakan pertunjukan yang berani dan kritis bagi kami," sebut Happy Salma, produser pertunjukan teater "Ariyah dari Jembatan Ancol" saat jumpa pers di bilangan Jakarta Pusat, 13 Juli 2023. Lakon horor pertama Titimangsa, yang kembali bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation, dijanjikan tidak hanya mencekam, namun juga memberi perspektif baru.
Pementasan ini mengangkat legenda urban "Si Manis Jembatan Ancol" yang sudah ada sejak abad ke-19. Kisah ini memiliki berbagai versi yang berkembang tentang awal kisah Si Manis Jembatan Ancol. Namun, satu kesamaan yang mencolok adalah tokoh utama dalam cerita, yaitu Ariyah.
Melalui pementasan ini, penonton diajak merasakan atmosfer mencekam, sekaligus berkenalan lebih dekat sosok ikonis dari legenda urban yang telah dikenal luas. Happy berbagi, "Kami melalukan riset tentang hantu-hantu di Indonesia, khususnya urban legend."
Advertisement
"Dari sekian banyak cerita, ternyata ada benang merah yang kami temukan, yakni hantu sebenarnya representasi perasaan manusia yang tidak terlampiaskan," imbuhnya.
Memboyong cerita horor ke atas panggung dimaknainya sebagai keanekaragaman dari seni teater itu sendiri. "Dibangun lah cerita yang bikin deg-degan banget," akunya. "Prosesnya panjang, workshop naskahnya berbulan-bulan. Intens banget."
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian, menyambung, "Legenda urban merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya kita dan Titimangsa menghidupkan kembali kisah awal Si Manis Jembatan Ancol, lalu memadukannya dengan masa kini, sehingga memberi pengalaman berbeda pada para penonton."
"Pementasan ini juga jadi kebanggaan bagi kami karena melibatkan Gusty Pratama yang sebelumnya berhasil lolos audisi online untuk peran utama sebagai Maing dalam Serial Musikal Payung Fantasi," sambungnya.
Â
Siapa Saja Pemerannya?
Dalam menampilkan lakon yang menghadirkan ragam emosi dari para karakter, pementasan ini menghadirkan nama-nama besar dari panggung teater dan dunia seni peran layar kaca. Mereka adalah:
- Chelsea Islan sebagai Ariyah
- Mikha Tambayong sebagai Yulia
- Ario Bayu sebagai Tambas/Mintarjo Sasongko
- Gusty Pratama sebagai Karim/Yudha
- Lucky Moniaga sebagai Biqi/Bardi
- Derry Oktami sebagai Surya/Cakil
- Sarah Tjia sebagai Ipeh/Giwang
- Rahayu Saraswati sebagai Tante Mustika
- Ririn Ekawati sebagai Mak Sabilah
- Joind Bayuwinanda sebagai Hasan/Barzah/Narator
- Josh Marcy sebagai Hantu Putih
- Siko Setyanto sebagai Hantu Jenglot
Pementasan diawali dengan latar tahun 1817-an. Ariyah dikisahkan sebagai seorang wanita yang jadi jaminan utang ibunya pada Juragan Tambas. Ketika mereka tidak bisa membayar utang, Ariyah terpaksa jadi istri muda si Juragan.
Hal ini mendapat pemberontakan dari kekasihnya Karim yang akhirnya berujung pada tragedi dan kematian keduanya. Mayat Ariyah dibuang di Jembatan Ancol, sedangkan mayat Karim tidak diketahui keberadaannya.
Ariyah yang tidak pernah merasa dirinya mati akhirnya gentayangan mencari kekasihnya. Ia juga gentayangan karena tidak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya jadi jaminan utang berakhir petaka.
Di masa kini, Ariyah yang gentayangan bertemu dengan Yulia, Yudha, dan Tante Mus yang berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam rumah mereka. Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis jadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian.
Advertisement
Tidak Sekadar Cerita Horor
Naskah yang ditulis Kurnia Effendi ini akan ditampilkan di atas panggung dengan arahan sutradara Joned Suryatmoko dan Heliana Sinaga. Kurnia, yang menandai debutnya dalam menggarap naskah terater lewat lakon "Ariyah dari Jembatan Ancol," berkata, "Si Manis mau meninggalkan pesan, memberi pesan berbeda dari kesan legenda urban yang awal."
Sementara Joned, yang juga berperan sebagai direktur artistik, menyebut, "Pengalaman kita dengan cerita hantu sangat beragam dan semakin termediasi dalam budaya populer, mulai dari komik, novel, film hingga video di media sosial."
"Berlimpahnya bahan tentang cerita ini sering kali menumpulkan kepekaan kita pada hantu itu sendiri," sambungnya. "Pementasan Ariyah ingin memunculkan kembali pengalaman bertemu cerita hantu lewat medium langsung di atas panggung teater."
"Lebih dari pada itu, pementasan Ariyah memberi kita waktu untuk memikirkan ulang siapa dan apa sebenarnya hantu yang ada dalam kehidupan modern sekarang ini," katanya lagi.
Sejalan dengan itu, Heliana menyebut bahwa pertunjukan teater "Ariyah dari Jembatan Ancol" bermaksud merekonstruksi cerita hantu perempuan gentayangan. "Ini menciptakan tokoh hantu yang signature, berbeda. Jadi, cerita horor tidak selalu tentang hantu perempuan menjerit-jerit," sebutnya, menjanjikan nuansa mencekam ala lakon horor masih akan tetap dihadirkan.Â
Tidak Sekadar Pentas di Atas Panggung
Pradetya Novitri, yang juga berperan sebagai produser pertunjukan teater ini, bercerita bahwa "Ariyah dari Jembatan Ancol" membawa banyak momen perdana untuk pementasan Titimangsa. "Selain pementasan, ada juga backstage tour. Lihat panggung seperti apa, prosesnya bagaimana. Ini memberi pengalaman berbeda pada penonton," sebutnya.
Selain, ada pula meet and greet yang memungkinkan penonton mengobrol dan berfoto dengan para pemain setelah pementasan. "Ada pula diskusi seputar cerita hantu," sebutnya. "Selama ini, hantu perempuan dipotretnya jahat, seram, mau balas dendam, tapi belum cukup tergali mengapa dia sampai begitu. Makanya isu hantu dan perempuan kami angkat di diskusi kali ini."
Menambah panjang daftar aktivasi di luar pementasan, mereka juga melakukan banyak kolaborasi, termasuk dengan desainer lokal, Adrie Basuki. Perancang busana itu bercerita bahwa ini merupakan proses kolaborasi yang luar biasa. "Seru banget!" katanya.
"Enggak cuma ngedesain, tapi saya juga dikirimi naskah 70 halaman untuk menemukan esensi cerita. Benang merah dari masa lalu dan masa kini," imbuhnya.
Adrie menyambung bahwa ikut meeting artistik adalah salah satu pengalaman tidak terlupakan di kolaborasi kali ini. "Saya terkagum pada proses pembuatan teater. (Proses pelibatan) akhirnya memberi banyak ide buat merch. Bisa dikatakan, baju yang dirilis ini dibuat berdasarkan naskah," katanya, memperlihatkan produk kolaborasi, mulai dari boyfriend shirt sampai oversized shirt.
"Ada ikonnya Jembatan Ancol zaman dulu," imbuhnya. "Sekarang juga lagi buat tote bag dan pouch."
Advertisement
Detail Program Pendukung dan Harga Tiket
1. Diskusi "Hantu Perempuan dan Pertunjukan"
Tanggal 26 Juli 2023 Pukul 13.30 WIB
Lobby Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki
(GRATIS!) Reservasi : 085216578851
2. Tur Panggung "Ariyah dari Jembatan Ancol"
Tanggal 27 dan 28 Juli 2023 Pukul 11.00, 11.30, 13.00, 13.30 WIB
Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki
Â
Tiket: Rp350 ribu
Pemesanan Tiket 085172175949
3. Meet & Greet (Temu Salam) Pemain "Ariyah dari Jembatan Ancol"
Tanggal 27 dan 28 Juli 2023, Waktu : Setelah Pementasan
Lobby Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki
Bertemu, berfoto bersama dan ngobrol dengan para pemain Ariyah dari Jembatan Ancol.
- Berfoto bersama pemain 1-on-1
- Ramah Tamah
- Poster dan Booklet bertanda tangan
Tiket: Rp600 ribu
Dapatkan promo bundling discount lima persen untuk penonton yang sudah memiliki tiket pentas Ariyah dari Jembatan Ancol.
Pemesanan Tiket 085172175949
Produksi Titimangsa ke-63 ini akan berlangsung pada 27 dan 28 Juli 2023 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Tiketnya dijual secara online mulai dari Rp200 ribu hingga yang paling mahal Rp1,2 juta. "Sekarang tinggal 200-an (tiket) dari kapasitas 2.400 untuk dua hari pertunjukan," kata Renitasari.