Kemasan Jamu Indonesia Harus Lebih Menarik Agar Tak Terkesan Kuno

Selain kemasan harus lebih menarik, aspek keamanan kemasan jamu juga perlu menjadi perhatian.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jul 2023, 05:02 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2023, 05:02 WIB
[Fimela] jamu
ilustrasi jamu | unsplash.com/@fauzanazhima

Jakarta - Kemasan jamu Indonesia perlu lebih menarik sehingga tidak terkesan kuno. Hal itu dikatakan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania

"Saya sepakat jamu kita packaging-nya harus lebih baik, menarik lagi sehingga tidak terkesan kuno," terangnya dalam diskusi daring yang diselenggarakan PDPOTJI, dilansir dari Antara, Senin, 24 Juli 2023. Menurut Inggrid, aspek keamanan kemasan juga perlu menjadi perhatian.

Dia mencontohkan, jamu dalam kemasan botol ada ditemukan dalam kondisi tidak tersegel baik. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran adanya zat-zat yang masuk mencemari jamu. Meski begitu, aspek yang lebih penting ialah bagaimana jamu yang ada bisa dipertanggungjawabkan khasiatnya untuk kesehatan tubuh.

Di Jepang, obat herbal atau Kampo yang dari sisi kemasan relatif terlihat kuno, tapi ada kepastian dalam kualitas bahan bakunya terstandarisasi. Jamu sendiri di Indonesia saat ini, belum masuk dalam bahan yang diresepkan dokter untuk pasien.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Mohammad Faqih mengatakan, jamu bisa diresepkan dokter bila sudah memiliki kualitas obat.

Walaupun begitu, dokter masih bisa sebatas menganjurkan dan mengajarkan cara membuat jamu pada pasien mereka. "Dokter belum diberikan legalitas untuk memberikan ramuan jamu tetapi kita bisa menganjurkan pada pasien, mengajarkan cara membuatnya," ujar Inggrid.

Dokter bisa mengajarkan jamu sudah mempunyai bukti empirik seperti ramuan yang biasanya dijual penjaja jamu gendong. Untuk mengobati nyeri otot misalnya, bisa memanfaatkan ramuan membuat cabai puyang yang berbahan cabai jawa, lempuyang, jahe, lada hitam.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bahan Jamu Tidak Tercemar

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih. ( Foto: Dokumentasi BNPB)

Namun, tak sembarang pasien bisa dianjurkan meminum jamu. Mereka ini khususnya tidak boleh memiliki alergi terhadap bahan-bahan dari tanaman obat yang dipakai dalam ramuan jamu tersebut

Dalam sebuah webinar kesehatan, Inggrid mengatakan bahwa dalam membuat jamu, Anda harus memastikan bahan yang digunakan segar dan tidak tercemar misalnya bakteri, jamur, rumput dan hama penyakit.

Menurut Inggrid, meski terbuat dari bahan segar, tetap ada risiko jamu dapat tercemar. Oleh karena itu, upaya pertama untuk membuat jamu segar yang baik, dimulai dari memilih bahan baku yang bagus seperti rimpang, kulit batang, daun, bunga, biji dan buah. Selain itu, bahan pembuatan juga bisa didapatkan dari pasar, bukannya menanam sendiri.

Pada ramuan yang memanfaatkan rimpang-rimpangan seperti jahe, maka pastikan kulit rimpang tampak halus, tidak kisut, tidak mengkilat, tidak ada patahan, tidak bertunas, tidak rusak, penampang melintangnya cerah, tidak busuk dan tidak ada bagian lunak atau bonyok. Memotong sedikit bagian rimpang dapat menjadi cara memastikan kondisinya bagus.


Alat Pembuatan Jamu

Cara Pilih Bahan dan Alat yang Tepat untuk Membuat Ramuan Jamu Herbal
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si.  foto: Instagram @pdpotji_official

Melansir akun Instagram @pdpotji_official, untuk daun, pilih yang segar, tidak layu, sementara untuk bunga atau biji, buah-buahan carilah yang tidak kisut dan kulitnya tidak mengkilat. Bahan-bahan yang sudah dipilih itu kemudian disortir kembali lalu dicuci dengan air mengalir dan tiriskan.

Sumber air bisa dari sumur, PAM, atau air isi ulang asalkan tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Untuk herbal-herbal yang tidak direbus atau mentah, pastikan air yang digunakan dalam kondisi matang.

Sementara untuk alat-alat, Inggrid merekomendasikan peralatan yang sudah terstandarisasi layak digunakan (food grade) atau aman untuk kesehatan. Panci yang dipakai untuk merebus, misalnya, terbuat dari stainless steel, panci kaca, gerabah atau tanah liat.

Dia melarang penggunaan panci berbahan aluminium karena bisa berinteraksi dengan zat aktif di dalam herbal. Lalu, wadah untuk menyimpan jamu sebaiknya dalam botol kaca atau botol plastik yang food grade. Botol kemasan air mineral tidak boleh dipakai karena ada risiko zat-zat karsinogenik keluar dari plastik dan bercampur dengan jamu. 


Jamu Segar

Bubuk kunyit
Ilustrasi bubuk kunyit (Credit: Freepik/jigsawstocker)

Selain itu, jagalah kebersihan saat menyiapkan dan lingkungan di sekitar. Inggrid mengatakan dari sisi manfaat, jamu sudah terkonfirmasi secara empirik dan eksperensial. Tetapi dia mengaku, efeknya tidak secepat obat kimia konvensional.

"Jamu biasanya takarannya tidak berupa konsentrat, jadi kandungan senyawa walau banyak tapi dalam volume yang sedikit. Tidak seperti obat konvensional yang satu zat aktif tetapi sebetulnya besar, berupa konsentrat," terangnya.

Ramuan herbal yang biasanya dibuat pada level rumah tangga termasuk jamu segar yaitu baru dibuat, segar dari sisi bahan ramuan tumbuhan obat, segera dikonsumsi dan dibuat untuk satu hari konsumsi. Jamu gendong termasuk dalam jenis ini. Namun sebenarnya jamu segar dapat dibuat untuk tiga hari, asalkan disimpan dalam kulkas.

Selain jamu segar, ada juga dalam bentuk lain seperti jamu godogan yakni rebusan dari bahan-bahan herbal yang sudah dikeringkan. Jenis lainnya berupa seduhan, olesan, pil, tablet atau kapsul. Jamu segar bagi yang dewasa dapat dicampur anggur jamu, kuning telur, madu ataupun produk jamu bungkusan asal tahu persis campuran yang dimasukkan sehingga tidak ada kandungan yang berlebihan.

 

 

Disclaimer: Jamu adalah ramuan tradional berbahan alami yang bisa membantu kesehatan tubuh. Bila ada keluhan kesehatan, sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya