Liputan6.com, Jakarta - Adalah Nurul Akmal Sulaiman, seorang anak perempuan yang hanya bisa memeluk nisan ayahnya karena ia tidak bisa pulang tepat waktu untuk menghadiri prosesi pemakamannya. Perempuan Malaysia berusia 29 tahun ini merupakan asisten perawat yang bekerja di Bukit Saujana, Johor Bahru, lapor Harian Metro, dikutip dari Says, Kamis, 17 Agutus 2023.
Kamis, 10 Agustus 2023, pukul 04.40 waktu setempat, ayahnya, Sulaiman Mohd, meninggal dunia karena serangan jantung. "Saat itu saya sudah tidur dan tidak sadar kakak saya menelepon. Saya bangun pukul 6.30 pagi, dan langsung pergi ke terminal bus untuk membeli tiket," ujar dia.
Baca Juga
Kampung halamannya, Kampung Parit Che Ha, terletak di Kuala Terengganu, Terengganu. Saat itu, ia berada sekitar 550 km jauhnya dari rumah. Nurul Akmal ingin segera pulang melihat sang ayah untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan, namun takdir berkata lain.
Advertisement
Tiket bus ke Kuala Terengganu habis terjual karena pemilihan negara bagian di Malaysia. Tidak punya pilihan, ia kemudian membeli tiket bus yang akan membawanya ke Kuantan, Pahang, sebelum dijemput kakaknya.
"Saya tiba di pemakaman pukul 16.30. Saya tidak sempat (melihat untuk terakhir kalinya) karena ayah saya dimakamkan setelah salat Zuhur," kata Nurul pada Harian Metro. Menurut tradisi pemakaman Muslim, anggota keluarga disarankan menguburkan orang yang mereka cintai sesegera mungkin, sebaiknya dalam waktu 24 jam setelah kematian mereka.
Sebelum ayahnya meninggal, ia mengunjunginya di bangsal saraf saat menerima perawatan.
Pertemuan Terakhir
Nurul Akmal bercerita, "Saya menjenguk ayah saya di rumah sakit, tapi ia tidak dapat berbicara saat itu. Itu terakhir kali saya melihat wajahnya. Saya sedih karena ayah saya sekarang sudah tiada."
"Selama perjalanan pulang, saya sedih dan menyesal karena tidak bisa bertemu, memeluk, dan menyalaminya," keluhnya.
Nurul Akmal mengatakan bahwa ia adalah anak bungsu di keluarga dan memiliki hubungan dekat dengan ayahnya. Ibunya meninggal dua tahun lalu karena serangan jantung juga.
Kontras dengan itu, sebelumnya, momen haru reuni keluarga justru jadi konten yang menarik perhatian di media sosial. Seorang sopir truk berbagi momen emosional antara ia dan keluarganya, yang sempat ia temui sebentar di jembatan penyeberangan orang (JPO) di sela perjalanan panjangnya.
Melansir Says, 5 Juli 2023, ayah empat anak berusia 30 tahun itu mengunggah video mengharukan itu di TikTok pada 24 Juni 2023. Klip singkat itu menunjukkan anak-anaknya melompat kegirangan di JPO yang melintang di aras jalan tol. Mereka melihat ayahnya memarkir trailer kargo yang ia kendarai untuk bekerja di sisi jalan.
Advertisement
Momen Menyentuh Hati
Pria asal Johor Bahru, Malaysia ini kemudian berlari menaiki tangga untuk menemui istri dan anak-anaknya, memberi mereka pelukan erat. "Rindunya sopir truk untuk istri dan anak-anaknya. Maafkan anak-anakku, karena ayah jarang pulang," tulisnya sebagai keterangan video.
Setelah viral, sang ayah mengatakan ia sangat tersentuh melihat begitu banyak orang berdoa untuk keselamatannya dan kesejahteraan keluarganya di kolom komentar. Dalam wawancara dengan Harian Metro, sang ayah, Muhammad Ghaffar Ilham Kamaruddin, mengklarifikasi bahwa video itu sebenarnya diambil dua tahun lalu, ketika ia hanya bisa pulang setiap dua minggu sekali karena bekerja.
Ia menceritakan, dulu tinggal terpisah dari istri dan anak-anaknya. Karena harus memenuhi sebagian besar pengiriman kargonya dari Johor Bahru, ia tinggal di dekatnya di Pasir Gudang, sementara keluarganya di Batu Pahat.
Ia berkata, "Setiap ada pesanan di Melaka atau Senawang, Negeri Sembilan, saya akan meminta istri saya menunggu bersama anak-anak kami di lokasi (yang akan saya lewati) agar kami bisa bertemu sebentar, jadi saya tidak sangat merindukan mereka."
Pengorbanan Seorang Ayah
Ghaffar mengatakan, ia sekarang lebih sering bertemu keluarganya karena mereka semua pindah ke Kota Masai. "Kami tinggal bersama sekarang, tapi waktu bersama keluarga saya masih tidak pernah cukup. Kadang-kadang, saya hanya pulang dua hari sekali," ia bercerita pada Harian Metro.
Ia juga menceritakan bahwa ini adalah pengorbanan yang harus ia lakukan untuk mencari nafkah bagi keluarganya dan dalam membesarkan anak-anaknya, yang saat ini berusia antara 11 bulan hingga tujuh tahun. Ia berbagi, "Pekerjaan saya sebagai sopir trailer berarti saya menghabiskan banyak waktu saya di jalan, dan saya akan kehilangan banyak kesempatan untuk melihat anak-anak saya tumbuh dewasa."
"Terkadang, saya merasa mereka tumbuh terlalu cepat, seperti ketika saya pulang mereka merangkak, dan ketika saya kembali nanti, mereka sudah berjalan dan segera bersiap-siap pergi sekolah," imbuhnya. "Saya menganggap ini sebagai pengorbanan yang harus saya lakukan dan saya berharap mereka menghargainya dengan belajar sungguh-sungguh."
Advertisement