Tren Wisatawan Berkualitas, Memastikan Berwisata Sesuai Kebutuhan

Pengamat pariwisata sekaligus akademisi Robert Alexander Moningka menyebut bahwa berwisata tak melulu sekadar mencari segala sesuatu berbiaya murah. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan terciptanya wisatawan berkualitas.

oleh Putu Elmira diperbarui 26 Agu 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2023, 10:00 WIB
Dampak Gunung Agung, Pura Lempuyang Sepi Pengunjung
Wisatawan berkunjung ke Pelataran Agung Pura Lempuyang, Karangasem, Bali, Kamis (7/12). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat pariwisata sekaligus akademisi Robert Alexander Moningka menyebut bahwa berwisata tak melulu sekadar mencari segala sesuatu berbiaya murah. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan terciptanya wisatawan berkualitas.

"Orang yang paham kebutuhannya. Bukan mencari tur yang murah, tapi sesuai kebutuhan dia, jadi sepadan," kata Robert saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 22 Agustus 2023.

Bob, begitu ia akrab disapa, menyampaikan makna "berkualitas" ditujukan kepada wisatawan yang tahu kebutuhannya dalam berlibur hingga misinya pun dapat terpenuhi. Ada sederet motif seseorang bepergian, dikatakan Bob, mulai dari ingin berlibur, menambah pengetahuan dan keterampilan, mempererat hubungan di keluarga, mencari ketenangan dan lainnya.

"Sering sekali orang lebih ke arah jalan murah, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan. Terkadang orang tidak tahu mau wisata seperti apa, apa yang mereka butuhkan," tambah pria yang juga Ketua Umum Indonesian Tour Leaders Association (ITLA) tersebut.

Ia menjelaskan bahwa berwisata sesuai kebutuhan tidak tren di Indonesia. Banyak wisatawan Nusantara masih berwisata berdasarkan keinginan semata.

"Wisata murah tidak serta merta berkorelasi dengan wisata berdasarkan kebutuhan. Wisata karena tren, lihat yang massal, sebenarnya bukan itu, murah itu ada yang puas dan tidak puas," tambahnya.

Ia menjelaskan, "Padahal wisata itu tidak ada yang murah, yang pantas adanya. Ada harga, ada barang." Lantas, bagaimana upaya untuk mendorong terciptanya tren wisatawan berkualitas yang kian terdengar gaungnya?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukan soal Murah

Bali menyambut kembali penerbangan pertama dari China
Wisatawan mancanegara (wisman) asal China membawa barang bawaan mereka saat tiba di bandara internasional Ngurah Rai di Bali, Minggu (22/1/2023). Kedatangan kembali turis Chiba ini diharapkan dapat mendukung target kunjungan wisatawan mancanegara yang tahun ini mencapai 3,5 juta hingga 7,4 juta kunjungan. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Bob menyebut pentingnya kolaborasi pentahelix atau multipihak, yakni pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media. Menurutnya penting pula untuk mengedukasi masyarakat, bukan hanya profesional.

"Saat wisata berkualitas, berarti bukan harga murah jadi tujuan utama. Impact-nya berarti pada komunitas lokal ada, terjadi transaksi ekonomi, otomatis (bertambahnya) devisa dan pajak," tambahnya.

Bob juga menyebut, "Wisata yang berkualitas itu perlu perencanaan, program dan destinasi berkualitas sesuai dengan kebutuhan dia."

Perencanaan wisata sendiri termasuk dengan menyusun jadwal perjalanan, akomodasi, dan transportasi yang akan digunakan di destinasi tujuan. Di sisi lain, perencanaan juga sesederhana memberi ruang antara momen berwisata dengan kembali beraktivitas.

Misalnya, penting untuk wisatawan kembali ke rumah setelah berlibur setidaknya sehari sebelum bekerja keesokan harinya. Memaksa untuk pulang diwaktu yang sangat mepet dengan kembali beraktivitas justru akan membuat tubuh tak dapat benar-benar istirahat hingga berujung pada kelelahan.


Spending Lebih

Keindahan Pantai Kelan di Samping Bandara Ngurah Rai
Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Kelan dengan latar belakang pesawat yang mendarat di Tuban, Badung, Denpasar, Kamis (5/5/20222). Kunjungan wisatawan domestik (Wisdom) ke Pulau Bali, saat libur Lebaran Idul Fitri tahun 2022 terus meningkat. Per hari kedatangan wisdom rata-rata 40 ribu. (merdeka.com/Arie Basuki)

Wakil Ketua Umum Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Budijanto Ardiansjah menjelaskan bawa wisatawan berkualitas dikenal dengan mereka yang pengeluaran untuk liburannya tinggi. "Dalam arti, mereka masuk ke suatu destinasi mereka tinggal di hotel, dalam jangka waktu yang cukup lama, at least tiga malam," kata Budijanto saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 22 Agustus 2023.

Wisatawan berkualitas, dikatakan Budijanto, juga tertuju pada mereka yang makan di restoran, berbelanja, menggunakan transportasi lokal dan tidak menggunakan kendaraan pribadi. Traveler ini diketahui pula dengan menggunakan transportasi umum, seperti kereta api atau pesawat untuk berwisata ke satu daerah.

"Tidak tinggal di rumah kos atau saudara, mereka belanja mengunjungi destinasi wisata, jadi secara total spending mereka besar daripada mereka yang hanya singgah," tambahnya.

Budijanto menuturkan konsep wisatawan berkualitas kerap disampaikan pihaknya ke pemerintah daerah maupun pusat. "Pemerintah daerah promosi masuk ke destinasi yang punya direct flight sehingga wisatawan akan datang," jelasnya.


Dampak Positif

Melihat Para Turis Berlibur di Pantai Kuta Bali
Dua turis berjemur di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Promosi dikatakannya menjadi salah satu upaya mendorong terciptanya wisatawan berkualitas. "Biasanya diambil yang jaraknya jauh atau antar-pulau, mereka biasanya tinggal agak lama dan pindah-pindah ke beberapa tempat," lanjut Budijanto.

Ia mengungkapkan dampak positif dari terciptanya wisatawan berkualitas dapat dirasakan langsung oleh berbagai pihak. "Ketika bisa menciptakan kondisi wisatawan makan, belanja, sewa kendaraan, pakai guide, yang dapat keberkahan banyak, pelaku pariwisata dan UMKM," ungkapnya.

"Yang kita khawatirkan sering kali kemacetan di mana-mana, hal ini sudah terjadi di beberapa negara, yang kita sebut overtourism, itu berarti warga setempat sudah menolak karena mereka terganggu," tambahnya.

Di sisi lain, tren wisatawan berkualitas belum sepenuhnya menjadi mayoritas, termasuk di Indonesia. "Apa yang dilakukan Bali saat ini sudah mau ke arah situ," terangnya.

Ia melihat pemerintah daerah Bali telah menerbitkan beberapa kebijakan wisata untuk menjaring wisatawan berkualitas. Ini juga didorong untuk menekan jumlah turis asing yang kerap berulah di Bali.

Infografis Destinasi Favorit Backpacker
Infografis Destinasi Favorit Backpacker.  (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya