Liputan6.com, Jakarta - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) tengah mengembangkan Kawasan Pariwisata Terpadu di Labuan Bajo yang dinamai Parapuar. Namanya diambil dari dua kata bahasa Manggarai, yakni Para yang berarti pintu atau gerbang dan Puar yang berarti hutan.
Lokasi kawasan pariwisata terpadu itu menempati lahan Hutan Nggorang Bowosie seluas 400 hektare. Lahan hutan produksi itu merupakan bekas lokasi perambahan liar dengan banyak pohon ditebang dan dibakar, serta digantikan tanaman semusim yang rendah mengikat air dan tanah.
Baca Juga
Sempat Tertahan dan Terjebak, Wisatawan Asing Berhasil Dievakuasi dari Labuan Bajo
Ditinggalkan Turis Imbas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Tingkat Okupansi Hotel Labuan Bajo Berkurang hingga Nol Persen
Viral Perjuangan Wisatawan Keluar dari Labuan Bajo Setelah Bandara Tutup Akibat Gunung Lewotobi Erupsi
Kawasannya diapit oleh dua desa, Desa Golo Bilas dan Desa Gorontalo, serta satu kelurahan, yakni Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Rencananya akan dibangun empat zona di lahan tersebut, salah satunya zona budaya (cultural district).
Advertisement
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 3 November 2023, dijelaskan bahwa zona budaya akan dibangun di area seluas 21,69 hektare dari total kawasan yang dikembangkan seluas 114,73 hektare. Di zona tersebut akan berdiri pusat budaya (cultural center) seperti Hikayat Komodo, Cultural Performance Park, museum, agriculture tourism, culture gallery, Ring of Fire Flores View, Bukit Doa, dan beragam fasilitas penunjang wisata lainnya.
"Pembangunan zona ini bertujuan untuk menjadi showcase kebudayaan Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama), serta mengangkat keunikan dan keragaman budaya setempat sebagai daya tarik wisata," kata Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina.
Ibarat Taman Mini-nya NTT
Shana menjelaskan bahwa kawasan Zona Budaya akan menjadi miniatur budaya Floratama. Karena itu, mereka akan melengkapinya dengan berbagai narasi budaya terkait sejarah Manggarai, Flores, Alor, Lembata, dan Bima, termasuk sejarah komodo yang berkembang menjadi cerita rakyat.
Di zona budaya tersebut, mereka akan banyak menyajikan pertunjukan budaya, baik tarian, musik, nyanyian, struktur bangunan, kuliner, hingga permainan tradisional. Ibaratnya area tersebut akan menjadi Taman Mini-nya Nusa Tenggara Timur.
Dengan semua fasilitas dan daya tarik tersebut, Zona Budaya Parapuar akan ditawarkan dalam berbagai paket wisata sehingga para pengunjung bisa mendapatkan pengalaman jelajah budaya Floratama. BPOLBF menggandeng masyarakat di desa-desa wilayah penyangga Parapuar untuk mempersiapkan diri dikembangkan sebagai desa wisata.
"Kami persiapkan masyarakat di desa-desa penyangga Parapuar untuk nantinya bisa terlibat dalam mengembangkan kawasan wisata di sekitar Parapuar melalui berbagai program pelatihan agar dapat meningkatkan keahlian parekraf masyarakat setempat," jelas Shana.
Advertisement
Menambah Jumlah Destinasi Wisata
Ia menyatakan Parapuar dihadirkan untuk menambah jumlah destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo. Diharapkan hal itu bisa menambah jumlah wisatawan dan lama tinggal mereka semakin panjang.
"Letak Parapuar yang sangat strategis di tengah kota Labuan Bajo ini juga tentunya akan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan membuka pasar baru bagi produk-produk lokal Floratama," dia menambahkan.
Labuan Bajo sejak lama diidentikkan dengan keberadaan Taman Nasional Komodo yang menjadi habitat hidup satwa endemik Komodo (Varanus komodoensis) sebagai daya tarik utamanya. Pemerintah berupaya menambah destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo selain di Taman Nasional Komodo, agar wisatawan tidak hanya berkunjung ke laut dan pulau, tetapi juga menghabiskan waktu di dalam kota Labuan Bajo dan berbelanja oleh-oleh khas lokal.
Sebagai langkah aktivasi, BPOLBF akan mulai memperkenalkan kawasan Parapuar kepada masyarakat dengan melaksanakan soft launching berupa mini event Picnic Over The Hill (POTH) di Zona 1 Parapuar. Mini event ini akan diselenggarakan selama dua hari, yakni 11--12 November 2023.
Â
Piknik Bersama di Parapuar
Kegiatan piknik itu akan memanfaatkan area yang telah dibangun dan layak pakai di zona yang menjadi titik nol view point Parapuar. BPOLBF menargetkan mini event tersebut bisa mendatangkan 1.000 pengunjung. Mereka bisa menikmati pemandangan Kota Labuan Bajo dari sore dengan matahari terbenam hingga malam sambil memandangi bintang. Dengan catatan, langit cerah saat acara berlangsung.
Sementara, pengembangan kawasan baru dimulai dengan membangun infrastruktur dasar, yaitu jalan aspal sepanjang 1,5 km. Pembangunan kawasan pada setiap zona direncanakan akan dimulai pada 2024 yang dimulai dari pembangunan infrastruktur dasar seperti air, listrik, dan jaringan komunikasi.
Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan Perpres Nomor 32 Tahun 2018 sebagai landasan pengelolaan sebagian wilayah Hutan Bowosie Labuan Bajo menjadi wisata alam oleh Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF). Berdasarkan rancangan awal, destinasi wisata di kawasan seluas 400 hektare itu akan dibagi menjadi empat zona.
"Pengembangan kawasan ini akan dibagi dalam empat zona, meliputi zona cultural district, adventure district, wildlife district, dan leisure district," kata Shana, Maret 2022.
Advertisement