Liputan6.com, Jakarta - Semua orang tahu betapa sulitnya membuat kue lapis. Tiap lapisan kue yang merupakan alkulturasi Indonesia-Belanda ini dibuat dengan kesabaran, lantaran adonan bolak-balik dimasukan ke oven dan dilapis lagi satu per satu.
Membuat kue lapis saja sulit, tapi seorang pelanggan di Gpjkt Cakes Studio memiliki permintaan khusus dengan menambahkan motif tenun pada kue lapis tersebut. Saking sulitnya kue lapis motif tenun itu pun dihargai Rp1,2 juta per loyang
"Udah lah angkat tangan, ini kue paling susah yang pernah dibikin," ungkap pemilik akun @fajargpjkt di YouTube di awal video.
Advertisement
Ia mengungkapkan bahwa tim Gpjkt Cakes Studio memang spesialis membuat kue-kue dengan desain yang aneh. Namun, pelanggan yang meminta dibuatkan kue lapis motif tenuh satu ini membuat tantangan di level berbeda.
"Nggak pernah sama sekali dalam sejarah bikin kue basah kayak gini, karena itu memang bukan jualan kita," sambungnya lagi.
Ia coba menolak pesanan itu karena merasa tidak bisa mengakomodasi permintaan tersebut. Tapi, pelanggan tersebut tetap memaksa untuk dibuatkan. Ia bahkan membiarkan toko kue itu menetapkan harga sendiri agar pesanannya tetap dibuatkan.
"Ya udah akhirnya kita cobalah buat. Satu per satu, lapis per lapis, ya Allah panjang banget lah pokoknya perjuangan bikin kue lapis tenun ini. Belum lagi bikin motif tenun yang harus digaris satu per satu," jelasnya tentang kesulitan membuat kue tersebut.
Kue Lapis Tenun Jadi Dalam Sekali Buat
Satu per satu lapis demi lapis, warna yang diinginkan untuk kue lapis tenun itu dicetak dalam loyang. Kesulitan lainnya meski sudah menambahkan warna, pembuatnya tak begitu yakin apakah nanti motif tenunnya akan berhasil terlihat.
Pasalnya, motif tenunnya baru bisa diketahui setelah kue tersebut matang. "Duh motif tenunnya bakal kelihatan nggak ya, eh ternyata kelihatan dong," ucapnya.
"Akhirnya berhasil dalam percobaan pertama, karena jujur nggak mau bikin lagi, kalau salah mendingan balikin duitnya," sambungnya lagi.
Total waktu yang dibutuhkan untuk membuat kue lapis tenun tersebut adalah 6 jam. Karena itu, harganya dibanderol Rp1,2 juta. "Menurut kalian kemahalan nggak tuh?" tanyanya.
Konten yang disukai oleh 153 ribu pengguna YouTube itu pun mendapat banyak komentar. Kebanyakan menyebut harga tersebut sepadan dengan tingkat kesulitannya.
"Definisi susah makan ya ini, punya uang mampu beli tapi nunggu berjam-jam diukur pake meteran dulu wkwkwk. Tapi hasilnya caaakep jadi nggak tega makan wkwk," tulis warganet.
"1,2 juta buat 6 jam ya nggak mahal.. bikin lapis aja harus diukur , dipikir, ga kayak lapis biasa yang tinggal sor aja... sukse ya mas.. kalo dapet orderan susah nggak apa. Hitung-hitung pengalaman," sambung warganet lainnya.
Advertisement
Kue Lapis Buatan Diaspora
Pesanan kue lapis yang kerap dihidangkan untuk Lebaran biasanya membludak jelang Idul Fitri. Diaspora asal Indonesia di Amerika Serikat, Novia Rahmi dan Amanda Crough pun kebanjiran pesanan. Harganya pun juga tak murah karena dijual di negeri orang.
Mengutip dari laman Islami Liputan6.com, nastar, kastengel, putri salju, dan lidah kucing adalah sebagian kue-kue kering khas Lebaran yang ditawarkan oleh ‘Dapur Cinta’ usaha katering milik diaspora Indonesia, Novia Rahmi yang tinggal di Arlington, Virginia, Amerika Serikat. Deretan kue itu merupakan kue favorit yang kerap diburu warga Indonesia dari berbagai penjuru Amerika.
Ikatan erat di keluarga dan tradisi masak memasak di rumah saat besar dan tinggal di Bangka dulu menjadi inspirasi terbesar bagi Novia untuk menciptakan hal yang sama dalam keluarga kecilnya. Ia pun meninggalkan profesinya sebagai pramugari yang sudah ditekuninya selama 18 tahun.
"Saya mencoba bring that tradition to my small family jadi berusaha untuk menciptakan memori untuk anak-anak saya yang ‘oke kita bikin ini,kita bikin ini, kita bikin ini.’ Setelah ke kue Lebaran merambahlah ke makanan yang lain, salah satunya pempek," kata Novia Rahmi saat ditemui VOA dikutip Kamis, 27 April 2023.
Tradisi Keluarga di Bangka
Bermula dari sekadar berbagi dengan teman-teman di madrasah tempat kedua anaknya belajar agama Islam, Novia lalu mulai menerima pesanan saat memasuki bulan Ramadan tahun lalu.
“Ternyata momennya pas gitu. Ternyata last minute aku dikejar-kejar sama ibu madrasah dan (katanya) ‘iya enak nih, bisalah maksudnya masuk ke pasar kita, pasar Maryland, DC, dan sekitarnya'," kata perempuan yang hijrah ke Amerika bulan Oktober 2019 lalu.
Ia tak menyangka dengan “modal nekad,” akan terjun ke dunia kuliner di AS dan membuka ‘Dapur Cinta,’ nama yang ia pilih berdasarkan panggilan sayang antara dirinya dan suami. "Kalau dulu masa mudanya ya kayaknya masuk dapur cuman buat ngambil makanan sama minum," kata Novia sambil tertawa.
Untuk Novia, "Dapur Cinta" ini bagaikan sebuah hobi yang diterima dan mendapat apresiasi dari teman dan komunitasnya. Ia pun senang bisa melakukannya dan memberikannya sumber penghasilan.
Mengingat semuanya dikerjakan sendiri, untuk tahun ini Novia membatasi hingga 150 pesanan saja untuk kue-kue kering dengan harga sekitar 18 hingga 20 dolar per 500 gram atau setara dengan Rp270 hingga Rp300 ribu, ditambah juga dengan pesanan kue istimewa, seperti lapis legit khas Bangka.
Advertisement