Resmikan Perpustakaan ke-250 di Nagekeo NTT, Taman Bacaan Pelangi Optimistis Kemampuan Membaca Bisa Meningkat Lewat Rutinitas

Menurut Bupati Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo Dr. Johannes Don Bosco, Taman Bacaan Pelangi berupaya membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan literasi anak-anak dan menumbuhkan minat baca anak-anak.

oleh Henry diperbarui 19 Nov 2023, 15:31 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2023, 15:15 WIB
Gabriel bersama Bapak Bupati Nagekeo Dr Johannes Don Bosco dan Pendiri Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil
Gabriel bersama Bapak Bupati Nagekeo Dr Johannes Don Bosco dan Pendiri Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil.  foto: dok. Taman Bacaan Pelangi

Liputan6.com, Jakarta - Bersama Pemerintah Daerah Nagekeo, Taman Bacaan Pelangi mengadakan serangkaian acara peresmian 20 perpustakaan ramah anak baru di 20 Sekolah Dasar di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 7 November 2023 hingga 18 November 2023.

Dengan diresmikannya ke-20 perpustakaan baru ini menjadikan total ada 109 perpustakaan ramah anak yang telah berhasil didirikan oleh Taman Bacaan Pelangi bersama dengan Kabupaten Nagekeo dan Room to Read di Kabupaten Nagekeo, NTT.  Hal itu juga menandai telah didirikannya 250 perpustakaan ramah anak oleh Taman Bacaan Pelangi untuk Indonesia.

"Literasi dasar termasuk salah satu fokus Pemerintah Kabupaten Nagekeo dalam peningkatan sumber daya manusia di daerah ini. Atas nama masyarakat di Nagekeo, kami mengapresiasi komitmen dari Taman Bacaan Pelangi yang berupaya membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan literasi anak-anak dan menumbuhkan minat baca anak-anak di wilayah kami," kata Bupati Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo Dr. Johannes Don Bosco saat meresmikan perpustakaan di SD Inpres Butata, menurut keterangan tertulis yang diterima Liputan6y.com, Minggu (19/11/2023).

Pengguntingan pita dilakukan oleh Dr. Johannes Don Bosco dan Nila Tanzil selaku Pendiri Taman Bacaan Pelangi sebagai simbolis peresmian perpustakaan di SD Inpres Butata dan juga di sekolah-sekolah dasar lainnya. Bupati Nagekeo juga menggunakan kesempatan ini untuk mengetahui kemampuan membaca anak di masing-masing sekolah dasar. 

Perwakilan 2 siswa dari masing-masing kelas diminta melakukan simulasi membaca buku di perpustakaan, salah satunya adalah Gabriel. "Saya sudah selesai baca 5 buku, senang sekali ada banyak buku disini (perpustakaan). Aku mau baca buku, karena aku pintar," kata Gabriel, siswa kelas 1 SD Inpres Butata, Kabupaten Nagekeo, NTT, dengan logat Floresnya yang kental saat berbincang di acara peresmian perpustakaan ramah anak yang didirikan oleh Taman Bacaan Pelangi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan Room to Read di sekolahnya.

Dengan suara lantang, Gabriel mulai membaca. Ia memang dikenal punya minat baca tinggi. Sayangnya, keterbatasan akses buku bacaan anak yang sesuai untuk usianya menjadi salah satu penghambat untuk menikmati hobi membacanya tersebut. Menurut ibunya, Angelina Owa, minimnya buku bacaan menjadikan Gabriel hanya membaca tulisan yang ada di sekitarnya, seperti tulisan bungkus makanan, papan informasi, ataupun tulisan-tulisan di baju.

 

a

Gabriel bersama Bapak Bupati Nagekeo Dr Johannes Don Bosco dan Pendiri Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil.
Gabriel bersama Bapak Bupati Nagekeo Dr Johannes Don Bosco dan Pendiri Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil. foto: dok. Taman Bacaan Pelangi

"Sebelum perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di sekolah ini diresmikan, dia selalu ikut saya ke perpustakaan, mau baca tapi saya bilang setelah acara peresmian baru bisa baca," ungkap Angelina Owa, yang juga merupakan guru kelas 4 di SD Inpres Butata, Nagekeo.

Bagi Gabriel dan teman-temannya, peresmian perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di sekolah mereka sudah ditunggu sejak lama. Mereka sangat antusias ingin membaca buku-buku bergambar yang ada di perpustakaan baru sekolah mereka. Akses buku bacaan anak menjadi salah satu penyebab tingkat literasi anak yang rendah di Indonesia.

Menurut Survei Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan Indonesia (SIPPI) yang dilakukan oleh INOVASI pada 2017, 68 persen buku anak yang tersedia di sekolah-sekolah dasar adalah buku pelajaran. Anak tidak bisa belajar membaca tanpa adanya bahan bacaan. Bahan bacaan yang paling efektif untuk anak adalah buku-buku cerita yang menarik dan berjenjang sesuai dengan kemampuan membaca mereka.

Hadirnya Taman Bacaan Pelangi melalui konsep perpustakaan ramah anak dengan buku-buku berkualitas yang berjenjang dan sesuai untuk anak-anak usia 7-12 tahun menjadi solusi peningkatan literasi anak di Kabupaten Nagekeo pada khususnya, dan di wilayah Indonesia Timur.

Menurut rapor pendidikan Kabupaten Nagekeo, kompetensi membaca teks sastra pada siswa SD mengalami peningkatan sebesar 7,8 persen dimana pada 2021 hanya 46 persen, sedangkan pada 2023 mencapai 54 persen. Meski begitu, rekapan secara keseluruhan pada rapor pendidikan Kabupaten Nagekeo terkait kemampuan literasi sekolah dasar masih masuk dalam kategori capaian rendah.

Kemampuan Membaca Masih Kurang

Taman Bacaan Pelangi di Ende. (Liputan6.com/Ika Defianti)
Taman Bacaan Pelangi di Ende. (Liputan6.com/Ika Defianti)

Berdasarkan hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) pada 2016, sebanyak 63-73 persen siswa-siswi di wilayah NTT dan Sulawesi memiliki kemampuan membaca yang kurang. Survei tersebut juga mengungkapkan data bahwa sebanyak 47 persen dari siswa kelas 4 Sekolah Dasar di Indonesia masih belum bisa membaca.

"Agar anak termotivasi untuk bisa lancar membaca, diperlukan buku bacaan yang sesuai. Untuk itulah Taman Bacaan Pelangi menyediakan berbagai buku cerita anak yang menarik dan sudah dijenjangkan sesuai kemampuan membaca mereka,” ujar Nila Tanzil.

"Kami percaya buku-buku yang kami sediakan di perpustakaan sekolah ini akan disukai oleh anak-anak dan bisa meningkatkan kemampuan membaca anak dan menumbuhkan minat baca anak-anak di setiap sekolah,” tambahnya. Taman Bacaan Pelangi melalui perpustakaan ramah anak terus berkomitmen mendukung Kabupaten Nagekeo dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa sekolah dasar dengan menyediakan buku-buku berkualitas untuk siswa di perpustakaan ramah anak.

Di sepanjang tahun 2023, Taman Bacaan pelangi telah meresmikan 40 perpustakaan ramah anak di 40 sekolah yang berbeda di Kabupaten Nagekeo. Setiap perpustakaan dilengkapi dengan buku-buku cerita anak berkualitas dengan gambar yang menarik sehingga mampu mendorong kebiasaan membaca siswa.

 

Pengelolaan Perpustakaan Ramah Anak

Taman Bacaan Pelangi di Ende. (Liputan6.com/Ika Defianti)
Taman Bacaan Pelangi di Ende. (Liputan6.com/Ika Defianti)

Selain itu, penataan ruang perpustakaan ramah anak sehingga siswa dengan nyaman dan memudahkah siswa menemukan buku yang ingin dibaca sesuai dengan kemampuan membaca mereka. Para guru maupun kepala sekolah dan pustakawan juga telah diberikan pelatihan tentang sistem pengelolaan perpustakaan ramah anak dan program literasi yang dapat dilakukan di perpustakaan.

Taman Bacaan Pelangi kata Nila Tanzil, berterima kasih atas dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo atas program perpustakaan kami. Mereka berharap perpustakaan ramah anak di sekolah-sekolah dasar ini dapat digunakan semaksimal mungkin baik oleh siswa, guru, maupun orang tua.

"Orangtua diperbolehkan meminjam buku cerita dengan harapan mereka dapat membacakan buku kepada anaknya sebelum tidur setiap malam. Kebiasaan membaca dapat tumbuh melalui rutinitas membaca yang dilakukan di sekolah dan di rumah”, tutur Nila Tanzil.

Taman Bacaan Pelangi fokus pada menumbuhkan minat baca siswa dengan rentang umur 7-12 atau usia sekolah dasar. Pendirian perpustakaan ramah anak di sekolah-sekolah dasar di Kabupaten Nagekeo, NTT, berdampak baik pada proyeksi daerah tahun kedepan, dan tentunya mampu mendukung minat baca anak-anak di Nagekeo seperti Gabriel.

Infografis Perpustakaan Kekinian di Berbagai Kota di Indonesia
Infografis Perpustakaan Kekinian di Berbagai Kota di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya