Liputan6.com, Jakarta - "Terima kasih banyak buat doanya 🙏🏼 Sehat-sehat yaa kalian semua 🤍," begitulah Alice Norin menuliskan keterangan unggahan pada Jumat (16/2/2024) yang mengungkap diagnosis kanker sarkomanya. Melalui video online, ia menceritakan kronologi menjalani pengobatan karena sakit yang diderita.
Di awal, Alice blak-blakan menyebut dirinya didiagnosis kanker sarkoma. "Enggak, ini lagi enggak bercanda, dan aku juga lagi enggak cari perhatian," sebut dia. "Buat apa penyakit dibercandain, kan? Walaupun awal dengar aku juga pikir begitu."
Perempuan berusia 36 tahun ini melanjutkan dengan menyebut bahwa sejak pertengahan Desember 2023 sampai Februari 2024, Alice mengambil waktu rehat "lumayan lama" untuk bolak-balik periksa ke dokter.
Advertisement
"Singkat cerita, aku sering ngalamin sakit di bagian perut bawah dari Agustus 2023, dan ketahuan kalau aku memang ada miom yang, menurut dokter, kalau enggak mengganggu, enggak usah dioperasi," bebernya. "Biasanya enggak terlalu aku rasain, tapi pas akhir tahun kemarin pas live promo 12.12 TikTok, baru buka, sakitnya bener-bener enggak ketahan."
Ia akhirnya memutuskan pergi ke dokter bersama sang suami di hari itu juga. "Karena ada rencana liburan akhir tahun, aku pikir, better dikeluarin aja miomnya, karena sudah mengganggu ke tahap yang nyerinya hebat banget," sebut dia.
"Dokternya tuh diam lama sebelum nanya, 'Bu Alice, maaf, ada riwayat kanker?' Itu aku sama suami diam lama, enggak tahu mau ngomong apa," kata Alice Norin.
Ibu Meninggal karena Kanker
Setelah terdiam cukup lama, Alice Norin akhirnya menjawab dengan mengatakan mendiang ibunya meninggal karena kanker. Dokter kemudian menjelaskan bahwa "miomnya ini enam centimeter besarnya, dan ada pembuluh darah di dekat miom," kata Alice menirukan.
"Harusnya tuh enggak ada (pembuluh darah dekat miom), dan ini bisa menandakan keganasan," sambungnya. Sesuai saran dokter, Alice melanjutkan pemeriksaan ke dokter fetomaternal yang membenarkan dugaan dokter pertama.
"Karena sifatnya darurat, langsung dijadwalkan bertemu lagi dengan dokter keesokan harinya sebagai pasien pertama," ungkap Alice. "Aduh itu malamnya susah banget tidur, kepikiran dan campur syok."
Pada 13 Desember 2024, dokter menyebut bahwa "sesuai dugaan, ini kanker sarkoma." Merujuk prosedur yang harus dijalani, Alice menyebut bahwa ia akan menopause dini dan pasti tidak bisa punya anak lagi.
Operasi akhirnya dijalani Alice pada 16 Desember 2023. "Aku sama suami kayak enggak dikasih waktu mencerna. Ini beneran? Is this real?" tandasnya.
Advertisement
Apa Itu Kanker Sarkoma?
Melansir Mayo Clinic, Jumat, sarkoma adalah salah satu jenis kanker yang dapat terjadi di berbagai lokasi di tubuh Anda. Sarkoma adalah istilah umum untuk sekelompok besar kanker yang dimulai di tulang dan jaringan lunak.
Sarkoma jaringan lunak terbentuk di jaringan yang menghubungkan, menopang, dan mengelilingi struktur tubuh lain. Ini termasuk otot, lemak, pembuluh darah, saraf, tendon, dan lapisan persendian. Ada lebih dari 70 jenis sarkoma, dan perawatannya tergantung pada jenis sarkoma, lokasi, dan faktor lain.
Tanda dan gejala sarkoma meliputi:
- Benjolan yang dapat dirasakan melalui kulit yang mungkin terasa nyeri atau tidak
- Sakit tulang
- Patah tulang yang terjadi secara tidak terduga. Misalnya, dengan cedera ringan atau tanpa cedera sama sekali
- Sakit perut
- Penurunan berat badan
Tidak jelas apa penyebab sebagian besar sarkoma. Secara umum, kanker terbentuk ketika terjadi perubahan pada DNA di dalam sel. DNA di dalam sel dikemas jadi sejumlah besar gen individu, yang masing-masing berisi serangkaian instruksi yang memberi tahu sel fungsi apa yang harus dilakukan, serta cara tumbuh dan membelah.
Faktor-Faktor Peningkat Risiko Sarkoma
Mutasi mungkin memerintahkan sel untuk tumbuh dan membelah secara tidak terkendali dan terus hidup ketika sel normal mati. Jika hal ini terjadi, sel-sel abnormal yang terakumulasi dapat membentuk tumor. Sel dapat pecah dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko sarkoma antara lain:
- Sindrom yang diwariskan. Beberapa sindrom yang meningkatkan risiko kanker dapat diturunkan dari orangtua ke anak. Contoh sindrom yang meningkatkan risiko sarkoma, termasuk retinoblastoma familial dan neurofibromatosis tipe 1.
- Terapi radiasi untuk kanker. Pengobatan radiasi untuk kanker meningkatkan risiko berkembangnya sarkoma di kemudian hari.
- Pembengkakan kronis. Limfedema adalah pembengkakan yang disebabkan cadangan cairan getah bening yang terjadi ketika sistem limfatik tersumbat atau rusak. Ini meningkatkan risiko sejenis sarkoma yang disebut angiosarcoma.
- Paparan bahan kimia. Bahan kimia tertentu, seperti beberapa bahan kimia industri dan herbisida, dapat meningkatkan risiko sarkoma yang mempengaruhi hati.
- Paparan virus. Virus yang disebut human herpesvirus 8 dapat meningkatkan risiko sejenis sarkoma yang disebut sarkoma Kaposi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Advertisement