Ambisi Bangkok Kurangi Sampah Plastik dengan Menyediakan Lebih Banyak Stasiun Isi Ulang Air Minum Gratis

Sejak diluncurkan pada Agustus 2023, stasiun isi ulang air minum gratis di Bangkok, Thailand diklaim telah memangkas penggunaan sebanyak 456.894 botol plastik.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Apr 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2024, 08:30 WIB
Menanti Jamur dan Bakteri Potensial Pengurai Sampah Plastik
Ilustrasi sampah botol plastik. (dok. Tanvi Sharma/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bangkok berambisi memangkas volume sampah plastik lewat proyek Bottle Free Seas. Dalam praktiknya, Administrasi Metropolitan Bangkok (BMA) dilaporkan memperluas jangkauan dengan membangun 200 titik isi ulang air minum tambahan di seluruh kota.

Diluncurkan pada Agustus 2023, melansir The Thaiger, Sabtu, 20 April 2024, inisiatif ini diklaim telah berdampak signifikan terhadap konsumsi botol plastik, memangkas penggunaan 456.894 botol plastik. Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt mengungkap bahwa stasiun isi ulang air minum, yang didirikan bersama Environmental Justice Foundation, bertujuan memberi "alternatif yang nyaman bagi masyarakat."

"Setiap kali satu botol diisi ulang di stasiun-stasiun ini, satu botol plastik sekali pakai yang digunakan berkurang," sebut dia. Saat ini, stasiun isi ulang air minum gratis telah ada di berbagai tempat di seantero Bangkok.

Ini termasuk Taman Benjakitti, Pusat Seni dan Budaya Bangkok, CentralWorld, Seacon Square, Fortune Town, Taman Thanaburi Ramya, Taman Wachirabenchathat, Terowongan Na Phra Lan, dan pusat perbelanjaan Tha Maharaj, lapor The Nation. Perluasan proyek ini menargetkan pusat layanan kesehatan masyarakat, kantor distrik, dan lebih banyak taman umum.

Gubernur Chadchart mengaku telah meminta sektor swasta dan organisasi filantropi untuk bergabung dalam insiasi ini. "Jika semua orang berkolaborasi, kami akan mampu mencapai target pemasangan dalam sekejap," ia menyebut.

Dengan 70 juta botol plastik yang membanjiri Bangkok setiap bulan, inisiatif ini bertujuan memenuhi kota tersebut dengan dispenser air gratis, dimulai dengan pusat perbelanjaan ikonis Central World. Para mitra bertekad mengikuti perkembangan menuju ekosistem berkelanjutan, selaras dengan tujuan ambisius Thailand mencapai net-zero pada 2050.

 

Setop Pakai Plastik

Ilustrasi sampah plastik (pexels)
Ilustrasi sampah botol plastik. (dok. pexels.com)

Asisten Direktur Pelaksana Central Pattana, Uthaiwan Anuchitanukul, menyatakan bahwa komitmen perusahaannya adalah menghentikan penggunaan plastik sekali pakai sejak awal. "Central Pattana ingin melakukan gebrakan dalam mengurangi sampah plastik, dan itulah sebabnya kami dengan antusias bergabung dalam kampanye ini, memasang dispenser air tepat di jantung Central World," kata dia.

Ia menyambung, "Wisatawan dan penduduk lokal didorong memanfaatkan gelombang ramah lingkungan dengan mengisi ulang botol mereka di dispenser kami."

Tidak hanya di Bangkok, polusi plastik, termasuk dalam bentuk bekas kemasan air minum, telah jadi masalah global. Bahasannya tidak hanya tentang membebani lingkungan, namun juga mempertimbangkan nilai kesehatan.

Air minum dalam kemasan seratus kali lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya jika dikaitkan dengan jumlah potongan plastik kecil yang dikandungnya, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Menggunakan teknik yang baru ditemukan, para ilmuwan menghitung rata-rata ada 240 ribu potongan plastik yang terdeteksi per liter air dalam merek-merek populer, yang mana ini 10--100 kali lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, lapor AFP, dikutip dari Japan Today, 23 Januari 2024.

Meningkatkan Potensi Masalah Kesehatan

Sampah Plastik
Ilustrasi sampah botol plastik (Pixabay.com)

Ini meningkatkan potensi masalah kesehatan yang memerlukan penelitian lebih lanjut. "Jika masyarakat mengkhawatirkan nanoplastik dalam air kemasan, masuk akal untuk mempertimbangkan alternatif seperti air keran," profesor riset geokimia di Universitas Columbia dan salah satu penulis makalah tersebut, Beizhan Yan, mengatakan.

Ia menambahkan, "Kami tidak menyarankan untuk tidak meminum air minum dalam kemasan bila diperlukan, karena risiko dehidrasi lebih besar daripada potensi dampak paparan nanoplastik."

Dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan perhatian global terhadap mikroplastik, yang berasal dari sumber plastik yang lebih besar dan kini ditemukan di mana-mana, mulai dari lapisan es di kutub hingga puncak gunung. Polutan ini menyebar melalui ekosistem dan menemukan jalannya ke dalam air minum dan makanan.

Meski mikroplastik adalah segala sesuatu yang berukuran di bawah 5 milimeter, nanoplastik didefinisikan sebagai partikel dengan ukuran di bawah 1 mikrometer, atau sepersejuta meter. Itu sangat kecil sehingga dapat melewati sistem pencernaan dan paru-paru, memasuki aliran darah secara langsung dan dari sana ke organ, termasuk otak dan hati.

Berdampak pada Perubahan Iklim

Daur Ulang Kemasan Sekali Pakai Bukan Solusi Masalah Sampah Plastik yang Paling Utama
Ilustrasi botol plastik sekali pakai. (dok. Polina Tankilevitch/Pexels.com)

Di studi berbeda, para peneliti telah menemukan beberapa jenis polimer dan karet di dalam air awan yang mengelilingi Gunung Fuji dan Gunung Oyama. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemical Letters ini mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa polusi plastik telah menyusup ke sebagian besar ekosistem di Bumi.

Mengutip Euro News, 30 September 2023, fragmen plastik yang lebih kecil dari 5 mm atau kira-kira seukuran biji wijen telah ditemukan di bagian terjauh di planet ini dan di bagian paling intim tubuh manusia, termasuk darah, paru-paru, dan plasenta. "Sepengetahuan kami, penelitian ini adalah yang pertama mendeteksi mikroplastik di udara dalam air awan di troposfer bebas dan lapisan batas atmosfer," tulis para ilmuwan.

Mikroplastik di awan diduga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Plastik bersifat hidrofobik, tapi jadi hidrofilik setelah terpapar sinar ultraviolet dalam waktu lama, jelas para penulis.

Banyaknya polimer di beberapa sampel menunjukkan bahwa mereka mungkin bertindak sebagai "inti kondensasi" awan es dan air. Inti kondensasi adalah partikel kecil tempat uap air mengembun di atmosfer, sehingga penting untuk pembentukan awan.

"Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa mikroplastik di ketinggian dapat memengaruhi pembentukan awan dan, pada gilirannya, dapat mengubah iklim," menurut para ilmuwan.

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim
Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya