Liputan6.com, Jakarta - Pengunjuk rasa Israel memblokir truk bantuan yang menuju Gaza pada hari Senin, 13 Mei 2024. Mereka melemparkan paket makanan ke jalan dan merobek kantong gandum di Tepi Barat yang diduduki.
Mengutip dari laman BBC, Selasa (14/5/2024), truk-truk tersebut, yang ditempatkan di pos pemeriksaan Tarqumiya di sebelah barat Hebron, datang dari Yordania dan menuju ke Jalur Gaza. Di sana merupakan tempat puluhan ribu warga Palestina menghadapi kekurangan makanan dan bantuan.
Baca Juga
Gedung Putih mengutuk serangan itu, dan menggambarkan "penjarahan” "konvoi bantuan sebagai “kebiadaban total”. Kelompok yang dilaporkan berada di balik protes tersebut mengatakan bahwa mereka berdemonstrasi menentang berlanjutnya penahanan sandera Israel di Gaza.
Advertisement
Rekaman yang belum diverifikasi dan dibagikan di media sosial menunjukkan para pengunjuk rasa menjatuhkan kotak-kotak truk ke tanah, dan menginjak-injaknya begitu kotak-kotak itu terjatuh. Beberapa video menunjukkan kendaraan dibakar pada malam harinya.
BBC melaporkan belum dapat memverifikasi hal ini secara independen. Namun menurut laporan di media Israel, kelompok aktivis Tzav 9 bertanggung jawab mengorganisir protes tersebut.
Laporan media Israel menggambarkannya sebagai kelompok sayap kanan yang berusaha menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza sementara sandera Israel ditahan di sana.
Seorang pengunjuk rasa mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia berada di pos pemeriksaan pada hari Senin. Mereka mendengar truk bantuan sedang dalam perjalanan ke tangan Hamas, yang mencoba membunuh tentara lain dan warga Israel lainnya.
Minta Sandera Israel Dikembalikan
Hana Giat (33), mengatakan "tidak ada makanan yang boleh masuk ke Gaza" sampai sandera Israel dikembalikan "dalam keadaan sehat dan hidup". Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Jerusalem Post, Tzav 9 menolak beberapa tindakan para pengunjuk rasa, dengan mengatakan bahwa, "tindakan yang dilakukan hari ini tidak sejalan dengan nilai-nilai gerakan kami."
Namun, ia menambahkan bahwa, "memblokir truk adalah langkah efektif dan praktis di mana kami menyerukan bahwa 'tidak ada bantuan yang diberikan sampai sandera terakhir kembali'".
Empat pengunjuk rasa, termasuk seorang anak di bawah umur, ditangkap dalam demonstrasi tersebut, menurut pernyataan dari pengacara mereka. Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan perilaku para pengunjuk rasa "sama sekali tidak dapat diterima" dan Gedung Putih menyampaikan keprihatinannya kepada "tingkat tertinggi pemerintahan Israel."
Situasi kemanusiaan di Gaza yang menjadi tujuan truk bantuan merupakan masalah yang sangat memprihatinkan di antara banyak komunitas internasional. Program Pangan Dunia PBB telah memperingatkan bahwa warga Palestina di Gaza utara sedang mengalami "kelaparan besar-besaran".
Advertisement
Situasi Memburuk
Sementara di wilayah selatan, tempat sebagian besar warga Palestina mencari perlindungan, situasi kemanusiaan semakin memburuk. Israel telah lama menyatakan komitmennya untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke dalam dan di dalam Gaza dan menuduh Hamas mencuri bantuan yang diperuntukkan bagi warga sipil.
Insiden hari Senin ini terjadi pada hari peringatan Israel, ketika negara tersebut berhenti untuk memberikan penghormatan kepada mereka yang kehilangan nyawa dalam perang. Menurut Kementerian Pertahanan Israel, nama 826 orang dari pasukan keamanan ditambahkan ke daftar korban tewas tahun ini, bersama dengan 834 korban serangan teroris.
Hampir semuanya berasal dari serangan Hamas pada 7 Oktober, dan perang yang terjadi setelahnya di Gaza. Israel melancarkan kampanye militer di Gaza untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan kelompok tersebut di Israel selatan tahun lalu.
Insiden tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan 252 lainnya disandera, menurut pihak berwenang Israel. Lebih dari 35.090 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
Israel Gempur Gaza Utara
Mengutip dari Tim Global Liputan6. com, 13 Mei 2024, eksodus warga Palestina semakin cepat pada hari Minggu, 12 Mei 2024, ketika pasukan Israel masuk lebih jauh ke Kota Rafah. Israel dilaporkan ikut menggempur wilayah Gaza Utara yang telah luluh lantak, di mana kelompok Hamas disebut kembali membangun kekuatan.
Beberapa bulan lalu, Israel mengklaim telah "membersihkan" wilayah Gaza Utara. Adapun Rafah, yang berlokasi di ujung selatan Gaza mereka sebut sebagai benteng terakhir Hamas.
Sekitar 1,3 juta warga sipil yang berlindung di Rafah, sebagian besar dari mereka melarikan diri dari pertempuran di tempat lain telah meninggalkan kota tersebut. Hal itu menyusul perintah evakuasi dari Israel, yang menyatakan mereka harus melakukan invasi untuk membubarkan Hamas dan mengembalikan sisa sandera yang diculik dalam serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Serangan itulah yang memicu perang terbaru di Jalur Gaza hingga hari ini. Kebanyakan disebut menuju ke Kota Khan Younis tepatnya Muwasi yang rusak parah, di mana tenda-tenda pengungsian berdiri di tepi pantai dan dihuni sekitar 450.000 orang hidup yang dalam kondisi kumuh seperti dilansir kantor berita AP.
Advertisement