Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency untuk Maksimalkan Aset Museum dan Cagar Budaya

Indonesian Heritage Agency akan bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan 34 cagar budaya nasional, memastikan pelestarian dan pemanfaatan optimal warisan budaya Indonesia.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 16 Mei 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2024, 20:30 WIB
Para nara sumber yang hadir dalam konferensi pers Indonesian Heritage Agency (IHA), badan layanan umum yang beroperasi di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
Para nara sumber yang hadir dalam konferensi pers Indonesian Heritage Agency (IHA), badan layanan umum yang beroperasi di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. (Dok: Liputan6.com/dyah)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tata kelola dan pemanfaatan aset budaya Indonesia lewat museum dan cagar budaya selama ini belum terorganisir baik. Padahal aset tersebut bukan sekadar mengandung sejarah dan menjadi sarana edukasi masyarakat, tapi punya potensi lain yang bisa dikembangkan lebih jauh.

Untuk itu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia meluncurkan Indonesian Heritage Agency (IHA), sebagai badan layanan umum yang beroperasi di bawah naungannya. IHA bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan 34 cagar budaya nasional, memastikan pelestarian dan pemanfaatan optimal warisan budaya Indonesia.

Peluncuran IHA dilaksanakan bertepatan dengan momentum peringatan Hari Museum Internasional. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan selama ini kebanyakan museum hanya menjadi ruang diam dan sepi dan tidak jadi pilihan destinasi wisata masyarakat.

Untuk itu peluncuran IHA menurutnya menjadi langkah berani agar kedepannya museum dan cagar budaya bisa terkelola dengan baik. "Ini saatnya museum dan cagar budaya sebagai ruang belajar terbuka dan inklusif," sebut Nadiem Makarim dalam sambutan peluncuran IHA di Museum Vredeburg, Yogyakarta, pada Kamis malam, (16/5/2024).

Ia pun mengajak untuk mereimajinasi museum yang merupakan tantangan besar dalam pelestarian budaya. Nadiem bercerita bahwa sebelumnya ia telah mendatangi Museum Song Terus di Pacitan, Jawa Timur yang sudah tampil dengan konsep imersif dan 3D saat menceritakan sejarah tentang manusia purba. 

"Ini bisa menjadi contoh museum di kota-kota besar lainnya," sambung Nadiem.

Reimajinasi museum kata Nadiem, bisa menyalakan obor rasa ingin tahu anak-anak generasi muda tentang sejarah dan kebudayaan Indonesia. "Jadikan museum sebagai wisata edukasi untuk mengenal jati diri bangsa. Tapi agak sulit membawa pengalaman ini jika tidak menyenangkan karena tidak memberi inspirasi," paparnya. 

Museum Jadi Ruang Publik Inklusif

Pengunjung sedang berada di Museum Vredeburg, Yogyakarta yang telah direvitalisasi
Pengunjung sedang melihat-lihat di ruang pamer Museum Vredeburg, Yogyakarta setelah direvitalisasi pada Kamis, (16/5/2024). (Dok: Liputan6.com/dyah)

Untuk itu Nadiem mengatakan, museum harus menjadi ruang publik yang hidup senangiasa menjadi inklusif berarti masyarakat berpartisipasi ini harus jadi satu space yang dibagi ke masyarakat. Tidak hanya yang berhubungan dengan topik-topik sejarah, tapi segala aspek sosial di masyarakat.  

"Dengan adanya IHA kita bisa melompat ke masa depan dengan generasi muda yang bangga dengan identitasnya sebagai bangsa Indonesia," tandas Nadiem.

Sebagai informasi, IHA yang dibentuk pada 1 September 2023 sebagai Badan Layanan Umum, memiliki visi untuk menjadikan museum dan cagar budaya sebagai ruang kolaboratif terbuka yang memperkaya pengetahuan sejarah dan budaya. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan, dengan pendirian IHA, Indonesia telah meletakkan salah satu tonggak penting dalam upaya pelestarian warisan budaya di Indonesia.

"Hal ini bukan hanya tentang pengelolaan museum dan cagar budaya, tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai bangsa, memanfaatkan dan merawat kekayaan budaya yang kita miliki," ungkap Hilmar saat konferensi pers di Benteng Venderburg, Yogyakarta, Kamis, (16/5/2024).

Lebih lanjut Hilmar menjelaskan bahwa IHA diharapkan menjadi motor penggerak dalam mewujudkan masyarakat yang berbudaya. Menurutnya, museum dan cagar budaya harus dikelola dengan cara yang lebih profesional, sehingga betul-betul menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang menyenangkan bagi masyarakat.

"Sebagai warisan budaya, museum dan cagar budaya pasti harus dilindungi, namun lebih penting ia memberi manfaat bagi masyarakat," tegas Hilmar.  

Konsep Reimajinasi IHA

Pengunjung sedang melihat-lihat di ruang pamer Museum Vredeburg, Yogyakarta
Pengunjung sedang melihat-lihat di ruang pamer Museum Vredeburg, Yogyakarta setelah direvitalisasi pada Kamis, (16/5/2024). (Dok: Liputan6.com/dyah)

Pendapat senada datang dari Pelaksana tugas (Plt.) Kepala IHA, Ahmad Mahendra, menjelaskan terdapat dua upaya mewujudkan komitmen IHA dalam memelihara dan melestarikan warisan budaya dan sejarah Indonesia. "Optimalisasi standar pelayanan dan pengelolaan serta konsistensi upaya revitalisasi yang merata pada seluruh museum dan cagar budaya di bawah naungan IHA," ungkapnya.

Hal tersebut menurutnya kunci untuk meningkatkan pengalaman pengunjung, sekaligus mendekatkan diri kepada publik. Ia melanjutkan, melalui IHA, Kemendikbudristek berkomitmen mengembangkan dan menerapkan kaidah-kaidah pelestarian bangunan cagar budaya yang mencakup pemeliharaan fisik, pemahaman dan penyebaran ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek budaya.

"Melalui pendekatan ini, IHA berusaha memastikan bahwa warisan budaya Indonesia terlindungi secara holistik, mempertahankan nilai historis serta keotentikannya untuk generasi mendatang," imbuh Ahmad Mahendra.

Ahmad Mahendra menjelaskan bahwa konsep reimajinasi IHA digagas berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mencakup tiga pilar utama, yaitu reprogramming (pemrograman ulang), redesigning (perancangan ulang), dan reinvigorating (penyegaran kembali).

Perancangan Ulang Museum

Museum Vredeburg, Yogyakarta setelah direvitalisasi pada Kamis, (16/5/2024). (Dok: Liputan6.com/dyah)
Museum Vredeburg, Yogyakarta setelah direvitalisasi pada Kamis, (16/5/2024). (Dok: Liputan6.com/dyah)

Secara detail, Ahmad Mahendra menjelaskan tiga pilar Reimajinasi yang mencakup beberapa hal. Pertama, Reprogramming adalah tentang memprogram ulang koleksi dan kuratorial, mempertajam narasi besar dari setiap museum dan cagar budaya untuk memastikan bahwa kisah-kisah yang diceritakan tidak hanya berakar dalam sejarah, tetapi juga relevan dengan konteks sosial dan budaya saat ini.

Menciptakan sebuah narasi yang berkelanjutan dan dinamis, menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Kedua, Redesigning oleh IHA merupakan bentuk perancangan ulang untuk memperkaya pengalaman pengunjung, mengutamakan estetika, keselamatan, dan kenyamanan, serta penghormatan terhadap koleksi warisan budaya. 

Perancangan ulang akan mematuhi standar human design yang menghormati setiap koleksi, dengan memaksimalkan keterlibatan pengunjung. Lebih lanjut, IHA berkomitmen mengintegrasikan kaidah-kaidah konservasi Cagar Budaya, memastikan bahwa revitalisasi memelihara integritas warisan budaya. Ketiga, Reinvigorating bermaksud membawa semangat baru ke dalam kapasitas lembaga. 

Sebelum mengakhiri, Hilmar Farid menambahkan bahwa upaya pemerintah mereimajinasi Museum dan Cagar Budaya, akantutupnya. "Keterlibatan masyarakat, khususnya mereka yang hidup berdampingan dengan museum dan cagar budaya, menjadi prioritas. Hal ini kita lakukan untuk memastikan keberlanjutan menjadi kunci utama," tutupnya.  

 

infografis hari museum internasional
Hari Museum Internasional
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya