Tebing Kapur di Pecatu Bali Dibuldozer untuk Membangun Hotel dan Ledakan Tambang Dekat Pulau Merah Banyuwangi

Serba-serbi problematika wisata di Indonesia pada pekan ini: Tebing Uluwatu dihajar dengan buldozer untuk buat hotel baru hingga Pulau Merah Banyuwangi yang sering dengar suara ledakan dari tambang.

oleh Rusmia Nely diperbarui 21 Mei 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2024, 03:00 WIB
Tebing Kapur di Uluwatu Dibuldozer untuk Membangun Hotel: Bali Sudah Berlebihan
Tangkapan layar yang menunjukkan tebing kapur di wilayah Uluwatu, Bali yang dibuldozer. (dok. Instagram @therahayuproject/https://www.instagram.com/reel/C7ETbMcRgEm/?utm_source=ig_web_copy_link/Rusmia Nely)

Liputan6.com, Jakarta - Bali terkenal akan wisata alamnya yang indah dan menawan serta mampu menarik perhatian berbagai wisatawan dari seluruh pelosok dunia. Namun, di balik keindahan yang ditawarkan ada aspek-aspek yang jarang diperlihatkan.

Setelah kemarin dilanda isu soal overtourism, kini beredar sebuah video yang menampilkan bentang alam yang dihancurkan dengan buldozer untuk membangun fasilitas penunjang pariwisata. Video dari udara tersebut menunjukkan penghancuran tebing kapur di wilayah Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Bali yang diduga akan dijadikan hotel baru.

Akun Instagram @therahayuproject yang mengunggah video tersebut menulis dalam keterangannya, "Bali, berapa banyak yang berlebihan?"

"Keuntungan di atas alam?" muncul pertanyaan dalam video yang sudah disukai lebih dari 33 ribu pengguna Instagram.

Video singkat tersebut membawa respons berisikan protes dari beberapa warganet yang menganggap pembangunan di Bali sudah tidak memperhatikan alam lagi. Bahkan, ada warganet yang menganggap Bali sudah seperti Hawaii yang dikuasai oleh turis dan tidak menguntungkan bagi warga asli Bali.

"Bali menjadi seperti hawaii, masyarakat lokal perlahan-lahan dijajah oleh wisatawan modern dan penduduk lokal kita terkikis," ucap seorang warganet dalam Bahasa Inggris.

"Gilanya apa tebing itu melindungi mereka dari laut dan mereka membangun dan menghancurkannya. Perusahaan apa ini? Bagaimana kita bisa mengetahui jaringan hotelnya?" ucap seorang yang lain mempertanyakan soal pembangunan tebing yang merupakan benteng alami menjadi resor atau hotel.

Diketahui bahwa kawasan tebing pinggir pantai di Pecatu Bali tersebut semula merupakan tebing kapur alami. Namun, pembangunan itu nyatanya bukanlah pembangunan pertama di kawasan tersebut. Pencarian singkat menggunakan mesin penelusuran menampilkan bahwa kawasan tersebut sudah dipenuhi dengan vila dan penginapan untuk turis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Semua Gara-gara Overtourism?

Turis di Bali
Turis di Bali. (dok. @niluhdjelantik/Instagram/https://www.instagram.com/reel/C38a7lqSuhS/?igsh=NmhnbnlwcmRkbmh5)

Pembangunan hotel-hotel dan resor untuk menampung lebih banyak wisatawan yang datang merupakan salah satu dampak dari overtourism yang menyerang sebagian tempat wisata dunia. Dilansir dari National Geographic, Minggu, 19 Mei 2024, permasalahan overtourism ini nyatanya bisa bersifat lebih mendasar dan berdampak terhadap penghuni lokal dan alam.

Penghuni asli akan terusir dan tempatnya demi mengubah lahan menjadi tempat hiburan dan akibatnya harga properti menjadi meningkat. Karena overtourism, komunitas menjadi hilang.

Meroketnya harga, antrean wisata yang berlebihan, pantai yang padat, tingkat kebisingan yang jadi sangat tinggi, kerusakan pada situs bersejarah dan dampak terhadap alam karena banyaknya orang yang kewalahan atau menyimpang dari jalur yang sesuai dengan pariwisata ramah alam juga menjadi alasan mengapa pariwisata bisa punya dapat berdampak negatif terhadap lingkungan secara alam dan kultural.

Respons pemerintah Bali sejauh ini adalah dengan memecah wisatawan yang terkonsentrasi di selatan Bali untuk pergi ke lokasi-lokasi wisata di daerah utara, timur, atau barat Bali. Namun, apakah hal ini akan ramah terhadap alam? Karena dengan membangun pusat-pusat pariwisata di lokasi lain artinya juga membangun kawasan penunjang baru yang akan memakan lahan hijau untuk kegiatan hiburan.


Ledakan di Pulau Merah Banyuwangi Kagetkan Pengunjung

Pantai Pulau Merah
Pantai Pulau Merah di Banyuwangi, Jawa Timur. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Tak jauh dari Pulau Dewata, dilaporkan adanya ledakan dan getaran yang terdengar hingga kawasan wisata Pulau Merah, Banyuwangi. Hal tersebut terjadi pada Rabu, 15 Mei 2024 kemarin. 

Beberapa wisatawan dilaporkan berhamburan meninggal area pantai karena kencangnya suara ledakan. Dikutip dari berbagai sumber, sumber ledakan tersebut ternyata berasal dari aktivitas tambang emas di Tumpang Pitu yang dekat dengan lokasi wisata Pulau Merah.

Diketahui bahwa peledakan tersebut dilakukan oleh perusahaan tambang emas, PT BSI dan sudah berlangsung cukup lama. Kejadian demikian nyatanya juga mengganggu kegiatan pariwisata setempat. Banyak turis yang belum tahu dan ketakutan karena ledakan tersebut hingga menimbulkan getaran.

Sedangkan, masyarakat yang beraktivitas di sana mengungkapkan bahwa mereka sudah terbiasa dengan hal tersebut. Banyak dari mereka merasa terganggu terutama para nelayan yang beraktivitas dan bergantung pada hasil alam yang ada di dekat lokasi tambang. Bagi para pedagang yang berada di lokasi wisata Pulau Merah, mereka sudah terbiasa dan tidak lagi kaget dengan suara ledakan tersebut, ungkap mereka pada media yang mewawancarai.


Eksploitasi di Pulau-pulau Kecil Kepri Diizinkan oleh Gubernur

Pulau Kecil Kepri
Ada sekitar 2.408 pulau kecil di Provinsi Kepulauan Riau yang harus dijaga dan dilestarikan. (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Kegiatan pertambangan yang menganggu masyarakat tidak hanya terjadi Pulau Merah. Sebelumnya, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com, ada sekitar 2.408 pulau kecil yang masuk dalam Provinsi Kepulauan Riau yang kerap dieksploitasi demi meningkatkan iklim investasi dan pemasukan daerah.

"Kalau Tata ruangnya sesuai pengembangan kawasan wisata dan industri, ya kita mesti dukung karena itu investasi," kata Gubernur Kepri Ansar Ahmad kepada Liputan6.com di Batam, Selasa, 4 Juli 2023.

Menurut Ansar eksploitasi pengembangan pulau-pulau kecil di Kepri lebih baik daripada tidak termanfaatkan sama sekali. Sementara itu, advokasi lapangan yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji, menyoroti sejumlah isu strategis maritim di Kepulauan Riau seperti pengelolaan pulau-pulau pesisir secara berkelanjutan.

Penolakan eksploitasi besar-besaran atas pulau-pulau kecil di Kepri bukan hanya datang dari kalangan aktivis dan Lembaga Swadaya Masyrakat (LMS), tapi juga mahasiswa. Mereka menyadari, pulau-pulau kecil menyangkut hajat hidup orang banyak di Kepri. Jika tak dikelola secara baik, dampaknya akan dirasakan masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.

Presiden BEM Universitas Maritim Raja Ali Haji Alfi Rivan Syafutra, mengatakan pihaknya mulai menyoroti kebijakan pemerintah yang belum memberikan grand desain yang kongkret untuk mengelola pulau-pulau kecil di Kepri.

 

Infografis 5 Destinasi Wisata Super Prioritas
Pemerintah telah menetapkan 5 Destinasi Super Prioritas, antara lain Borobudur, Likupang, Danau Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya