Apakah Buku Digital Bisa Tingkatkan Minat Baca atau Justru Sebaliknya?

Buku digital punya banyak kelebihan seperti bisa dibawa kemana-mana sehingga memudahkan kita untuk membacanya kapan saja dan dimana saja, Tapi benarkah bisa lebih meningkatkan minat baca?

oleh Henry diperbarui 25 Mei 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2024, 10:00 WIB
Cabaca Bagikan 5 Keuntungan Baca Buku Secara Digital
Ini 5 Keuntungan Baca Buku Secara Digital/ Photo by freestocks on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini ada berbagaiu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Salah satunya dengan kehadiran buku digital atau electronik book (e-book). Buku digital merupakan salah satu alternatif bagi orangtua,, guru maupun tenaga pengajar lainnya untuk meningkatkan minat baca anak dan generasi muda.

Tak bisa dipungkiri lagi, sekarang anak-anak maupun remaja lebih banyak memegang ponsel daripada buku mereka. Hal itu diakui oleh pengamat buku dan salah seorang pendongeng senior Indonesia, Paman Gery.

Menurut pemilik nama asli Gery Saleh Puraatmadja ini, buku digital punya banyak kelebihan seperti bisa dibawa kemana-mana sehingga memudahkan kita untuk membacanya kapan saja dan dimana saja, sehingga diharapkan bisa meningkatkan minat baca anak dengan lebih efektif dan efisien.

"Mereka yang tinggal di pelosok atau yang selama ini tempatnya sulit dijangkau untuk mendistribusikan buku fisik, kini bisa membaca berbagai macam buku lewat buku digital lewat gawai atau perangkat elektronik lainnya," terang Gery pada Liputan6.com, Jumat, 24 Mei 2024.

"Tapi kelemahannya, buku digital iini kan perlu perangkat elektronik yang buat sebagian orang mungkin agak sulit diperoleh. Selain itu bisa mempengaruhi perkembangan motorik anak karena mereka tidak merasakan bagaimana bentuk biku yang mereka baca. Kalau kita membaca buku biasa ada sensasi tersendiri waktu membolak-balik tiap halaman dan bisa merasakan bentuk kertasnya seperti apa, itu tidak bisa kita rasakan dengan buku digital," tambahnya.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Gery mengakui perkembangan teknologi tak bisa diabaikan dan kita harus bisa beradaptasi Meski perkembagan buku digital semakin pesat, belum berarti minat baca otomatis bakal meningkat.

 

Buku Digital Harus Dikemas Lebih Menarik

Paman Gerry (kiri) salah satu pendongeng senior Indonesia
Paman Gerry (kiri) salah satu pendongeng senior Indonesia.  foto: Instagram @paman_gery

Menurut Gery pria yang sudah menekuni profesi pendongeng selama 30 tahun lebih ini, kita juga harus bisa memahami bahan bacaan apa saja yang disukai dan menarik minat anak-anak dan remaja. Bila mereka sudah suka dengan materi atau isinya, maka tak perlu meminta apalagi memaksa mereka untuk membaca.

"Jadi jangan kita salahkan anak-anak kalau minat baca masih rendah meski mereka sudah bisa membaca buku digital lewat berbagai perangkat elektronik. Kita harus sajikan materi yang sekiranya mereka suka dan minati, maka itu akan lebih mudah untuk menumbuhkan minat baca," ungkapnya.

Tak hanya buku populer seperti bukiu fiksi, menurut Gery, bahkan buku pelajaran pun bisa dibiat lebih menarik asalkan dikemas dengan menarik dan kreatif Kesimpulannya, kita harus lebih peka dengan kebutuhan dan kesukaan mereka.

Pendapat hampir senada diungkapkan pemerhati pendidikan Doni Koesoema. Ia menhatakan perkembanga buku digital maupun bahan bacaan digital lainnya memang semakin tunbuh pesat. Tapi hal itu tidak menjamin minat baca terutama di kalangan anak-anak dan remaja akan semakin tinggi.

Minat Baca Makin Rendah

cerdas
Ilustrasi orang yang sedang membaca buku. (Foto: Unsplash/Priscilla Du Preez)

"Kalau membaca buku itu kita akan lebih paham dan merasa terikat dengan bentuk fisik buku. Kalau buku digital yang dibaca lewat gadget misalnya, kesannya cuma membava sekilas saja, sebagai selingan saja jadi tidak fokus pada kegiatan membaca," terang Doni pada Liputan6.com, Jumat, 24 Mei 2024.

"Sekarang ini kita memang punya banyak akses dan lebih mudah mendapatkan buku-buku maupun bahan bacaan berkualitas, tapi biasanya hanya dibaca sekelebat saja, hal itu justru membuiat minat baca justru semakin rendah. Jadi buku fisik jauh lebih efektif untuk bisa meningkatkan minat baca terutama anak-anak," sambungnya.

Untuk meuumbuhkan minat baca bisa juga dengan mengadakan kegiatan interaktif secara serentak baik di tingkat nasional, provinsi, kota maupun kebupaten. Doni mencontohkan, bisa dengan membuat lomba menulis, menulis buku atau mendongeng. Kegiatan tersebut dilakukan secara serentak sehingga bisa mendorong minat baca secara lebih masif.

"Kalau dulu ada banyak lomba menulis cerpen atau novel, nah itu bisa diadakan lagi dengan kemasan yang lebih menarik dan kreatif sehingga dampaknya bakal lebih terasa lagi,” tuturnya.

Perpustakaan dan Toko Buku

FOTO: Taman Baca Kampung di Masa Pandemi COVID-19
Anak-anak membaca buku di Taman Baca milik Karang Taruna Tunas Karya, Kampung Cibarengkok, Desa Pengasinan, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Senin (24/8/2020). Taman Baca yang didirikan pada masa pandemi COVID-19 ini untuk hiburan serta meningkatkan pengetahunan anak-anak. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Sementara fasilitas penunjang untuk meningkatkan minat baca seperti perpustakaan dan toko buku situasinya juga kurang menggembirakan. Jumlah perpustakaan memang masih banyak seperti perpustakaan sekolah tapi kondiisnya lebih banyak terkesan kurang menarik dan koleksinya tidak terlalu banyak.

Kondisi toko buku lebih mengenaskan lagi. Sudah banyak toko buku yang tutup dan yang masih bertahan pun hanya segelintir saja dan lebih mengandalkan penjualan barang-barang selain buku.

"Toko buku sekarang lebih banyak jual buku-buku yang harganya mahal biasnaya diatas Rp100 ribuan, itu kan nggak banyak yang mampu atau mau beli buku dengan harga seperti itu. Di toko buku lainnya yang lebih terjangkau, mereka lebih mengandalkan penjualan barang-barang lain seperti mainan, alat musik," kata Doni.

"Kita tidak bisa salahkan toko buku, mereka pasti ingin dapat untung dan biaya operasional. Sedangkan keuntungan dari penjualan buku tidak seberapa karena harga buku mahal yang diakibatkan biaya produksi yang mahal. Jadi selama ekosistemnya seperti ini, dan harga buku tidak turun maka akan sulit mendapatkan keuntungan dari penjualan buku," pungkasnya.

 

Infografis rekomendasi buku best seller 2024
Infografis rekomendasi buku best seller 2024. (Dok: Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya