Saat Lukisan S. Sudjojono Sang Bapak Seni Rupa Modern Indonesia Direproduksi Jadi Koleksi Fesyen

Kebanyakan lukisan S. Sudjojono dimiliki kolektor dan tidak banyak bisa diakses masyarakat luas, khususnya para generasi muda.

oleh Putri Astrian Surahman diperbarui 16 Jun 2024, 11:04 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2024, 10:00 WIB
Pagelaran Busana Hasil Reproduksi Lukisan Karya S. Sudjojono
Pagelaran Busana Hasil Reproduksi Lukisan Karya S. Sudjojono. (dok. Putri Astrian Surahman/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - S. Sudjojono adalah salah satu pelukis paling berpengaruh di Indonesia. Dikenal sebagai "Bapak Seni Rupa Modern Indonesia", ia telah menghasilkan sekitar seribu karya sepanjang hidupnya. 

Lukisannya tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menyampaikan pesan yang mendalam tentang kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman dulu. Lukisan karya sang maestro ini selalu laku terjual baik dalam lelang nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya dipajang di galeri bergengsi, seperti Galeri Nasional Indonesia dan National Gallery Singapura.

Founder Djon & Rose sekaligus putri bungsu dari S. Sudjojono, Maya Sudjojono, mengatakan bahwa lukisan-lukisan ayahnya kebanyakan dikoleksi oleh para kolektor lukisan yang seringkali tidak dapat diakses bebas oleh semua masyarakat, khususnya generasi muda. Ia pun memikirkan cara agar lebih banyak orang bisa menikmati karya sang maestro.

Karena itu, dia mereproduksi lukisan ayahnya menjadi sederet koleksi fesyen dan merchandise berlabel "Djon & Rose".

"Kita ingin supaya generasi muda bisa memajang karya S. Sudjojono, seperti (lukisan) Pura Kembar dan Gerak Baru yang jadi inspirasi desain kita. Kita buat ini jadi bisa diakses, dan lebih banyak orang bisa melihatnya," tutur Maya dalam Pagelaran Busana Djon & Rose pada Jumat, 14 Juni 2024, di Tangeran Selatan.

Djon & Rose menghadirkan berbagai pilihan pakaian, aksesori, dan merchandise yang hadir dengan motif lukisan-lukisan terpilih karya S. Sudjojono. Jenis pakaiannya beragam, mulai dari gaun, kebaya kutubaru, kemeja, kaus, hingga abaya. Harganya bervariasi, mulai dari Rp1,2 juta hingga Rp2,5 juta.

Ada pula pilihan aksesori seperti scarf, tas belanja, tote bag, pouch, hingga jam tangan. Hadir pula pilihan merchandise seperti tumbler, buku catatan, buku sketsa, lanyard, juga e-money. Aksesori itu ditawarkan mulai dari Rp125 ribu.

Djon & Rose Pilih Lukisan yang Punya Nilai Sejarah

Pagelaran Busana Hasil Reproduksi Lukisan Karya S. Sudjojono
Pagelaran Busana Hasil Reproduksi Lukisan Karya S. Sudjojono. (dok. Putri Astrian Surahman/Liputan6.com)

Maya mengungkapkan nama 'Djon & Rose' diambil dari panggilan akrab sang ayah, Pak Djon, dan nama panggilan ibu saya, Rose. Gambar logonya pun disesuaikan dengan ciri khas sosok yang dihormatinya, yaitu kuas dan bunga mawar seperti dalam lukisan ‘Si Optimis’.

"Djon & Rose hadir untuk mengabadikan ekspresi "jiwa ketok" ayah saya akan kecintaannya pada seni dan pada Ibu saya. Ekspresi ini dihadirkan dalam berbagai lukisan yang dicetak ulang di atas pakaian, aksesori, juga berbagai merchandise," jelasnya.

Pihaknya memilih lukisan-lukisan S. Sudjojono yang bernilai sejarah untuk dicetak ke dalam berbagai produk. Beberapa lukisan yang dipilih seperti lukisan Cap Go Meh (1940), salah satu lukisan tertua S. Sudjojono. 

Ada pula lukisan "Gerak Baru" (1985), dengan warna-warni cerah yang menggambarkan sekelompok wanita muda yang berdansa dengan gaya dan busana tahun 80-an. Kemudian, ada lukisan "Tiga Wanita di Atas Bukit (1950-1970) dengan Rose Pandanwangi berdiri di tengah. Tak lupa, lukisan "Pura Kembar" (1972) koleksi seorang kolektor, yang laku terjual senilai Rp4 miliar di lelang seni Christie's pada 2006.

Salah Satu Lukisannya Laku dengan Harga Rp85 Miliar

Menilik Sejarah Indonesia Lebih Dalam Lewat Sketsa Lukisan Karya S. Sudjojono pada Pameran Mukti Negeriku
Pameran lukisan dan sketsa karya S. Sudjojono di Tumurun Private Museum, Solo, Jawa Tengah (Foto: dok. Tumurun Private Museum)

Bagi Anda yang masih belum kenal siapa sosok S. Sudjojono, ia lahir di Kota Kisaran, Sumatera Utara, pada 1913. Ia mengembuskan napas terakhirnya pada usia 71 tahun di Jakarta, pada 1986. Ia membuat banyak karya lukisan yang legendaris, salah satunya yaitu lukisan yang berjudul "Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro" (Our Soldiers Led Under Prince Diponegoro) yang saat ini milik kolektor senior Indonesia.

Lukisan tersebut laku dijual pada acara lelang internasional senilai Rp85 miliar, dan saat itu menjadi rekor penjualan tertinggi di Asia Tenggara. Lukisan-Lukisan karya maestro S. Sudjojono saat ini disimpan sebagai koleksi di berbagai galeri seni. 

Di Jakarta, khalayak dapat melihat langsung lukisan "Cap Go Meh' di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, dan lukisan "Tiga Wanita di Atas Bukit" dan "Seko" di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta Barat. Sedangkan, lukisan berjudul "Gerak Baru" saat ini dimiliki senior private collector Indonesia.

Pernah Tampil dalam Bentuk Video Projection Mapping di Jakarta Digital Art Festival

S. Sudjojono.
S. Sudjojono Immersive Experience Jakarta Digital Art Festival.

Selain pelukis, Sudjojono merupakan seorang pemikir, pendidik, dan penulis yang produktif dengan karya mulai dari lukisan, sketsa, gambar, seni publik, pematung dan relief, serta karya keramik dan furnitur. Sudjojono juga terkenal dengan keseriusan dan komitmennya dalam melakukan riset dan studi terlebih dahulu sebelum membuat suatu karya. 

Di Jakarta Digital Art Festival 2021 menggelar tribute untuk sang maestro seni rupa Indonesia tersebut. Melalui acara ini, karya lukis dari S. Sudjojono dikreasikan dalam bentuk karya seni digital video projection mapping.

"Ada beberapa alasan kenapa kami memilih S. Sudjojono. Event ini digelar di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta, di mana karya S. Sudjojono banyak dijumpai di sana, selain itu kami juga ingin memperkenalkan salah satu destinasi wisata prioritas, Kawasan Kota Tua yang telah selesai direvitalisasi dengan cantik dan menjadi kawasan rendah emisi," papar Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta Andhika Permata.

Seni lukis yang tergolong dalam subsektor seni rupa dalam 17 sub sektor ekonomi kreatif yang merupakan suatu peradaban yang menjadi kekayaan dan harus dimanfaatkan keberlanjutannya. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk bukti kehadiran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam upaya membentuk ekosistem di subsektor seni rupa.

Infografis Journal Titi, Seni Lukis Tubuh dari Mentawai
Infografis Journal Titi, Seni Lukis Tubuh dari Mentawai. (Triyasni/Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya