Liputan6.com, Jakarta - Wisatawan yang hendak menjajal naik Gunung Fuji Jepang harus merogoh kocek lebih dalam. Pemerintah Prefektur Yamanashi bakal menaikkan biaya naik gunung yang disakralkan itu dua kali lipat, menjadi 4.000 yen, sekitar Rp414 ribu, per orang.
Kebijakan itu akan berlaku mulai musim panas 2025. Langkah ini diambil untuk mengatasi masalah kepadatan pendaki, menurut sumber yang dekat dengan masalah ini pada Kamis, 19 Desember 2024, dikutip dari Kyodo.
Baca Juga
Pemerintah prefektur juga berencana untuk mempercepat waktu penutupan gerbang masuk di stasiun ke-5 jalur pendakian dua jam lebih awal menjadi pukul 14.00, untuk mengurangi bullet climbing, yakni pendakian sehari semalam atau mencoba mencapai puncak gunung tertinggi di Jepang tanpa istirahat.
Advertisement
Rencana ini muncul saat Prefektur Shizuoka, yang mengelola tiga jalur menuju puncak 3.776 meter, juga bersiap untuk memberlakukan biaya pendakian 4.000 yen sambil membatasi akses jalur mulai pukul 14.00 mulai musim panas mendatang. Gunung Fuji, yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO pada 2013, menarik ratusan ribu pendaki setiap tahun selama musim pendakian resminya dari Juli hingga awal September.
Pendapatan dari biaya pendakian akan digunakan untuk menutupi biaya staf dan langkah-langkah keselamatan. Prefektur Yamanashi berencana untuk berhenti meminta sumbangan terpisah 1.000 yen dari pendaki yang digunakan untuk membantu dalam pemeliharaan gunung, kata sumber tersebut.
Mulai tahun ini, pemerintah Yamanashi memberlakukan biaya 2.000 yen (sekitar Rp207 ribu) dan biaya sukarela untuk pendakian Yoshia serta membatasi 4.000 pendaki per hari tahun ini. Sebuah gerbang dipasang di stasiun ke-5 Jalur Yoshida, membatasi akses dari pukul 16.00 hingga 03.00 hari berikutnya, kecuali untuk pendaki dengan reservasi di penginapan gunung.
Bantu Kendalikan Jumlah Wisatawan
Kebijakan yang diambil ternyata berdampak pada jumlah pendaki Gunung Fuji Jepang, turunnya sampai 14 persen pada musim pendakian tahun ini. Tren penurunan itu terlihat sejak awal Juli hingga awal September. Hal ini terjadi setelah pemerintah Jepang menerapkan kebijakan baru untuk menangani mengatasi masalah overtourism.Â
Mengutip AFP, Jumat, 13 September 2024, penurunan jumlah pendaki terjadi meski jumlah wisatawan asing yang datang ke Jepang meningkat, mencapai hampir 18 juta tepatnya paruh pertama tahun 2024. Langkah-langkah pengetatan dirancang untuk menjaga kelestarian dan kualitas pengalaman pendakian di Gunung Fuji yang dikenal sebagai destinasi ziarah dan simbol budaya Jepang.
Kebijakan baru ini juga berdampak positif terhadap pemeliharaan dan pengelolaan jalur pendakian. Dengan jumlah pendaki yang terbatas, pihak berwenang bisa lebih efektif dalam mengawasi dan mengatur penggunaan fasilitas serta menjaga kondisi jalur tetap optimal.Â
Selain itu, pengurangan jumlah pendaki membantu meminimalkan dampak lingkungan yang disebabkan oleh kerumunan yang besar, misalnya kerusakan vegetasi dan pencemaran. Upaya ini termasuk bagian dari strategi berkelanjutan untuk memastikan bahwa Gunung Fuji tetap dapat dinikmati oleh generasi masa depan tanpa mengorbankan keindahan alam maupun nilai-nilai budaya yang ada.
Advertisement
Data Jumlah Pendaki
Menurut Kementerian Lingkungan Jepang, data jumlah pendaki dikumpulkan menggunakan perangkat inframerah yang dipasang di empat jalur utama pendakian Gunung. Musim panas ini, kementerian mencatat sekitar 178.000 pendaki, turun cukup banyak dari 200.000 pada tahun sebelumnya maupun masa pandemi.
Data akan terus diperbarui untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai efektivitas kebijakan baru. Evaluasi mendalam akan dilakukan untuk menilai dampak terhadap kebijakan ini. Pihak berwenang berharap informasi ini dapat membantu untuk perencanaan kebijakan selanjutnya, serta dalam menjaga keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan pengelolaan jumlah pendaki.
Sementara itu, gerbang menuju jalur pendakian Gunung Fuji ditutup kembali pada Selasa, 10 September 2024. Itu menandai akhir musim pendakian tahun ini. Gunung ini tertutup salju hampir sepanjang tahun, namun selama musim panas banyak orang yang berjalan dengan susah payah sepanjang malam untuk melihat matahari terbit dari puncak setinggi 3.776 meter.
Pemasangan Kembali Pagar Penghalang
Pagar baru didirikan pada Selasa, 17 Desember 2024, untuk mencegah orang berjalan sembarangan di depan toko serba ada di Jepang tengah yang telah menjadi tempat populer untuk memotret Gunung Fuji. Situs di Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi, telah menarik banyak wisatawan asing yang ingin menangkap gambar gunung ikonik yang bertengger di atas toko serba ada Lawson.
Kyodo melaporkan, pemerintah kota memasang pagar dan layar hitam untuk memblokir pandangan di sisi jalan yang berlawanan pada Mei 2024 untuk mengurangi kepadatan dan perilaku buruk pengunjung, seperti berlama-lama dan membuang sampah. Meskipun layar tersebut dilepas pada Agustus tahun ini, pagar tambahan didirikan di sisi yang sama pada Oktober setelah munculnya kembali orang berjalan sembarangan.
Pada Selasa pekan lalu, kota tersebut memasang dua pagar logam, masing-masing berukuran 3 meter panjang dan 80 sentimeter tinggi, di sisi jalan yang paling dekat dengan toko serba ada untuk mencegah orang berjalan sembarangan. Kota itu juga berencana untuk mengecat ulang penyeberangan pejalan kaki terdekat dengan warna hijau dan putih pada akhir Desember untuk meningkatkan visibilitas dan mendorong penggunaannya.
Advertisement