Liputan6.com, Jakarta - "Bahkan hewan pun tidak mau menyentuhnya. Namun manusia terpaksa memakannya," tulis akun resmi TRT World @trtworld, situs berita yang sering jadi bahan rujukan untuk berita terbaru tentang warga Palestina di Jalur Gaza pada Jumat (17/1/2025).
Mengungsi di Khan Younis, Gaza bersama keluarganya, Um Ibrahim menghadapi tantangan besar dalam mengamankan pasokan makanan pokok karena Israel terus membatasi masuknya bantuan ke daerah kantong tersebut. "Ini adalah tepung yang suami saya dapat dengan risiko dari Rafah. Tidak layak makan dan kotor," ungkapnya.
Baca Juga
Sambil memperlihatkan bagaimana kotornya tepung itu, Um Ibrahim mengayaknya agar kotoran serta kutunya bisa dibersihkan. "Kita tidak ingin makan ini, tapi terpaksa memakannya," sambung wanita berhijab itu.
Advertisement
"Kamu lihat itu, ini benar-benar kotor. Tapi tak ada lagi makanan alternatif," wanita itu tampak putus asa.
Ia bercerita bahwa sehari-hari mendapatkan makanan dan minuman dari dapur umum, berupa sup. Anak-anaknya masih kecil, salah satunya yang paling besar berusia delapan tahun.
Tapi ketika makanan tak cukup tersedia, tepung yang tadinya penuh kutu dan kotor itu harus ia olah menjadi makanan yang terlihat layak. Meskipun begitu, ketiga anaknya tetap lahap makan apa yang disediakannya dari olahan tepung dan kacang-kacangan yang tersedia.
Ia pun mengatur bagaimana satu keluarga bisa tetap makan. Hal ini sungguh menyesakkan bagi warganet dunia yang melihat nasib para pengungsi Palestina di Jalur Gaza.
Warganet Terenyuh
"Padahal pemerintah Turki adalah pemasok utama minyak dan barang Israel, memalukan 🔥🔥🔥dan sekarang Turki dan Israel menghancurkan Suriah untuk melemahkan perlawanan, memalukan 🔥," tulis seorang warganet.
"Dapatkah Anda membayangkan ini ibu dengan tiga anak kecil," yang lain menyayangkan.
"Berkatilah anak-anak Zaitun. Semoga air mata mereka menjadi benih & dahan mereka menjadi pohon. Semoga buah mereka memberi makan generasi perdamaian ✌️," tulis warganet.
"Kehidupan tunawisma, kita adalah pelawak dan memalukan bagi orang kaya," sambung warganet. "Ya Allah, tolonglah anak-anakku, atau aku akan menjadi petani," yang lain menulis.
"KAMI MEMBUTUHKAN PEMBEBASAN TOTAL DAN LENGKAP BAGI PALESTINA DAN SELURUH RAKYAT PALESTINA SEGERA!," tulis warganet.
"Mereka menghancurkan koloni kita," yang lain menimpali. "Ya Allah tolonglah orang-orang Palestina," pinta seorang warganet. "Semoga Allah melindungi orang Palestina," balas warganet.
"Kita tidak akan lupa, kita tidak akan memaafkan," yang lain menulis, sementara warganet kebanyakan memberi emoji patah hati.
Advertisement
Genjatan Senjata Menanti Warga Palestina
Mengutip dari kanal Health Liputan6.com, 17 Januari 2025, kata “ceasefire” kerap terdengar selama pecahnya konflik antara Palestina dan Israel. Dalam bahasa Indonesia, ceasefire adalah gencatan senjata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gencatan adalah penghentian, sementara kata “senjata” dalam istilah gencatan senjata berarti tembak-menembak dalam konteks perang. Artinya, gencatan senjata dapat diartikan sebagai penghentian tembak-menembak (tentang perang).
Jika kabinet dan pemerintah Israel secara resmi menyetujui perjanjian tersebut, maka fase enam minggu pertama akan berlaku pada 19 Januari 2025.
Kesepakatan tersebut menyusul pertempuran selama 15 bulan antara Israel dan Hamas, kelompok bersenjata dan gerakan politik Palestina.
Melansir BBC, konflik saat ini dimulai ketika ratusan pejuang Hamas menyerbu perbatasan selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa lebih dari 250 sandera kembali ke Gaza. Israel menanggapi dengan kampanye militer, dimulai pemboman udara langsung dan kemudian invasi darat skala penuh yang diluncurkan pada 27 Oktober.
Korban Perang Israel Palestina
Sejak itu, Israel telah menyerang target di seluruh Gaza melalui darat, laut, dan udara, sementara Hamas telah menyerang Israel dengan roket. Lebih dari 46.700 orang - mayoritas warga sipil - telah tewas akibat serangan Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.
Sebelumnya, kesepakatan untuk gencatan senjata dilakukan pada 21 November 2023. Ini merupakan sebuah kesepakatan yang ditengahi oleh AS, Qatar, dan Mesir. Gencatan senjata ini membuat Hamas membebaskan 105 sandera sebagai imbalan atas pembebasan 240 tahanan Palestina di penjara Israel selama gencatan senjata.
Gencatan senjata ini berlangsung selama seminggu. Kemudian Israel dan Hamas saling menyalahkan karena menyebabkan runtuhnya gencatan senjata. Pada 28 Desember 2023, diplomasi bolak-balik untuk kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera baru dimulai.
Pada 31 Mei 2024, Presiden AS Joe Biden menguraikan usulan Israel untuk gencatan senjata tiga tahap dengan imbalan pembebasan sandera Israel. Usulan ini menjadi dasar kesepakatan yang disepakati delapan bulan kemudian.
Advertisement