Liputan6.com, Jakarta - Masalah sampah di tempat wisata bukan hanya dialami Bali, Indonesia, tapi juga Phuket, selatan Thailand. Destinasi wisata yang dikenal dengan pantai-pantai yang alaminya itu kini dipenuhi tumpukan sampah, terutama botol plastik dan kaleng bir kosong yang menggelinding sampai ke dasar laut.
Mengutip AsiaOne, Senin (20/1/2025), di salah satu sudut pulau, truk dan traktor berlalu lalang memindahkan tumpukan sampah di sekitar tempat pembuangan akhir, tujuan bagi sebagian besar dari lebih dari 1.000 ton sampah yang dikumpulkan di Phuket setiap hari. Dalam beberapa bulan, tempat pembuangan sampah telah meluas hingga menggantikan pemandangan gunung yang tenang.
Advertisement
Baca Juga
"Tidak ada kehidupan di luar rumah, (kami) hanya tinggal di rumah, katanya. Baunya sangat kuat, Anda harus memakai masker," kata Vassana Toyou, seorang warga Phuket yang rumahnya berdekatan dengan TPS.
Advertisement
Untuk mengatasi bau busuk tersebut, Vassana selalu menyalakan AC dan pemurni udaranya, yang menggandakan tagihan listriknya. Jika tidak dilakukan, organ pernapasannya yang dipertaruhkan.
Sektor pariwisata Phuket berkembang pesat sejak pandemi berlalu. Dari 35,5 juta kedatangan wisatawan asing ke Thailand pada 2024, sekitar 13 juta mengunjungi pulau tersebut.
Sektor itu berdampak positif pada pendapatan ekonomi Phuket, tetapi juga menimbulkan masalah baru yang tak sedikit. Pada akhir tahun lalu, sekitar 1.400 ton sampah per hari dihasilkan di pulau itu yang terpaksa ditampung satu-satunya tempat pembuangan sampah di pulau itu.
Solusi yang Masih Belum Solutif
"Pertumbuhan kota (Phuket) jauh lebih cepat daripada seharusnya," kata Suppachoke Laongphet, wakil wali kota kotamadya utama pulau itu. Ia menjelaskan bagaimana ledakan pariwisata dan konstruksi telah mendorong volume sampah di atas tingkat pra-Covid.
Pihak berwenang tengah mendorong rencana untuk mengurangi timbulan sampah sebesar 15 persen dalam enam bulan, memperluas tempat pembuangan sampah dan membangun insinerator baru, katanya, karena pulau itu berupaya menjadi tujuan wisata yang lebih berkelanjutan. "Tetapi meningkatkan kapasitas dan insinerator hanyalah sebagian dari solusi," kata para ahli.
"Jika Anda hanya terus memperluas lebih banyak insinerator sampah, saya tidak berpikir itu akan menjadi solusi," kata Panate Manomaivibool, asisten profesor manajemen sampah di Burapha University. "Mereka perlu fokus pada pengurangan dan pemisahan sampah."
Hal serupa juga dihadapi Bali sebagai pulau utama penyumbang pendapatan dari sektor pariwisata di Indonesia. Beberapa waktu belakangan, sampah laut kiriman mengotori sejumlah pantai utama di Bali, termasuk Pantai Kedonganan dan Pantai Kuta hingga aksi bersih-bersih laut terus dilakukan.
Advertisement
Sampah Laut Bali di Musim Angin Barat
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq menjelaskan bahwa sebagian sampah kiriman itu berasal dari Jawa. Ada juga yang berasal dari negara lain, meski ia tidak menyebutkan detail asal negara tersebut. Dia menjelaskan sampah laut itu terjadi saat angin musim barat yang berlangsung selama Oktober--Maret setiap tahun.
Ia memperkirakan jumlah sampah kiriman yang terdampar di pesisir Bali pada 2024--2025 lebih tinggi dibandingkan pada 2020--2021 yang mencapai sekitar 6.000 ton dan 2.900 ton sampah pada 2023. Peningkatan timbunan sampah itu, menurut Hanif, dipicu peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas yang tidak ramah lingkungan.
Selain mendarat di pesisir Bali, lanjut dia, sampah laut yang terbawa arus tersebut juga sampai di pesisir Afrika, tepatnya di Madagaskar. "Jadi, ini perjalanan sampah dari hilir Pulau Jawa sampai Madagaskar," ucapnya di sela seremonial Aksi Bersih Sampah Laut di Pantai Kuta pada Sabtu, 4 Januari 2025.
Sampah kiriman di Pantai Kuta Bali muncul dalam beragam bentuk, seperti plastik, karet, dan kayu. Sampah-sampah itu dipungut dan ditampung dalam karung dengan dibantu sedikitnya empat alat berat dan sejumlah truk.
Sudah Diangkut, Sampah Datang Lagi
Sebanyak 2.115 peserta dari beragam unsur terlibat dalam aksi bersih-bersih itu. Sampah plastik yang dikumpulkan dipilah dan ditimbang untuk dibawa kembali ke tempat pengolahan sampah yang bekerja sama dengan mitra ketiga.
Hal yang sama dilakukan oleh lebih dari 500 relawan yang datang ke Pantai Kedonganan. Mengutip Instagram Story @sungaiwatch, hanya dalam setengah jam, sudah terkumpul 100 karung sampah. Itu pun selama proses pembersihan, sampah kiriman terus datang dari laut.
"Dan selama kami membersihkan, sampah plastik baru terus datang. Kapan ini akan berakhir?" tulis keterangan di unggahan tersebut seraya menunjukkan video sampah kiriman dimaksud.
Meski begitu, Hanif menyebut aksi bersih sampah laut sebagai salah satu langkah konkret yang dilakukan pemerintah dan beragam sektor untuk menanggulangi sampah kiriman sekaligus edukasi kepada masyarakat. Pihaknya juga akan membangun program kali bersih dari sampah dengan menyasar sungai-sungai utama.
Aksi bersih-bersih sampah juga digelar komunitas Sungai Watch di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali, sejak 24 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025. Sebanyak 66,3 ton sampah kiriman yang dikumpulkan lebih dari 2.989 relawan berhasil diangkut dari tersebut.
Advertisement