Liputan6.com, Jakarta - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) resmi menutup operasinya pada Desember 2024 sesuai Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2020. BRGM merupakan lembaga non-struktural yang berada di bawah presiden dan bertanggungjawab langsung pada orang nomor satu di Indonesia.
Merujuk rilis pada Lifestyle Liputan6.com, Sabtu (22/3/2025), BRGM bertugas memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal restorasi Gambut di tujuh provinsi. Ketujuhnya adalah Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Papua.
Pihaknya juga melaksanakan percepatan rehabilitasi mangrove di sembilan provinsi, yaitu Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Papua, dan Papua Barat. Bertugas selama sembilan tahun, dari 2016 sampai 2024, laporan mereka, yakni:
Advertisement
- Berhasil merestorasi lahan gambut seluas 1,6 juta hektare di luar konsesi dan rehabilitasi mangrove seluas 84.396 hektare.
- Pembangunan 22.349 unit Infrastruktur Restorasi Gambut (IRG) yang terdiri atas sumur bor, sekat kanal, dan kanal timbun.
- Restorasi gambut oleh BRGM terbukti menurunkan kebakaran sebesar 29,59 persen.
- Rehabilitasi mangrove yang dikerjakan BRGM merupakan program mangrove terbesar di dunia, yang mampu meningkatkan tutupan lahan, meningkatkan produktivitas tambak, dan menciptakan lapangan kerja.
- Terbentuknya 1.185 Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dan Desa Mandiri Peduli Mangrove (DMPM).
- Menciptakan lapangan kerja bagi 102 ribu kepala keluarga dalam restorasi gambut, dan 41.352 orang terlibat dalam kegiatan rehabilitasi mangrove. Selain itu, BRGM membentuk dan melakukan pembimbingan pada 2.992 kelompok masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove.
- Menciptakan 1.413 unit usaha yang mendukung produksi pangan desa terfasilitasi melalui kegiatan pengembangan usaha masyarakat gambut. 2,3 juta HOK upah telah tersalurkan ke masyarakat untuk kegiatan restorasi gambut dan 4,5 juta HOK upah telah tersalurkan ke masyarakat untuk kegiatan rehabilitasi mangrove.
Tidak Hanya Memulihkan Lingkungan
Dengan demikian, BRGM mengklaim, restorasi gambut dan mangrove tidak hanya memulihkan lingkungan, namun juga meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar lahan gambut dan mangrove yang umumnya berada di wilayah terdepan Indonesia.
Pihaknya meningkatkan ekonomi dan sosisal masyarakat menggunakan skema padat karya. Praktiknya bertujuan menciptakan lapangan pekerjaan dalam pengembangan ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi kreatif.
Salah satunya melalui pengembangan usaha masyarakat, yaitu budidaya sagu, tanaman hortikultura, serta budidaya perikanan yang mendorong ketahanan pangan dan pemberantasan kemiskinan. Saat ini, BRGM sedang dalam proses likuidasi penyelesaian aset dan kewajiban pada kementerian yang terkait.
"BRGM berterima kasih pada seluruh mitra kerja mulai dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, NGO/LSM, aparatur sipil, universitas, hingga masyarakat tingkat tapak," sebut mereka.
Restorasi ekosistem gambut dan mangrove, kata pihaknya, bukan pekerjaan sekali jadi. Prosesnya memerlukan waktu dan konsistensi, serta bukan pula pekerjaan biofisik semata, namun mencakup kerja-kerja sosial dan ekonomi di daerah-daerah pedalaman, pelosok, dan batas terdepan negeri.
Advertisement
Hutan Mangrove di Indonesia
BRGM berharap, pelaksanaan restorasi lahan basah, gambut dan mangrove jadi perhatian bersama, terutama dalam menekan angka kebakaran lahan, mencegah potensi pelepasan karbon, terjaganya batas wilayah teritori laut NKRI, serta sumber kehidupan bagi masyarakat gambut dan pesisir.
"Restorasi gambut dan mangrove harus terus dilanjutkan agar jadi salah satu faktor tercapainya FOLU Net Sink 2030 dan Long Term Strategy Low Carbon Climate Resilience Compatible with Paris Aggreement (LTS-LCCP ) 2050," tandas mereka.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional Tahun 2023, luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,44 juta hektare, setara dengan 20 persen dari total luas mangrove dunia. Angka itu menunjukkan Indonesia merupakan pemilik ekosistem mangrove terbesar di dunia.
Dengan luas tersebut, ekosistem mangrove punya potensi luar biasa dari sisi ekologi hingga mata pencaharian masyarakat. Dari sisi ekologi, ekosistem mangrove jadi habitat dari tiga ribu spesies ikan. Akarnya yang besar dan panjang membuat mangrove berperan sebagai perangkap endapan maupun perlindungan erosi pantai dan menghambat intrusi air laut ke daratan.
Perawatan Berkelanjutan
Ekosistem mangrove juga berfungsi mampu menyerap karbon 3─5 kali lebih besar dari hutan tropis biasa. Berdasarkan penelitian yang ada, hutan mangrove Indonesia menyimpan 3,14 miliar ton karbon sepertiga dari seluruh karbon di dunia dan berperan krusial dalam mitigasi perubahan iklim.
Berdasarkan keterangan yang diterima Lifestyle Liputan6.com, 28 Juli 2024, pemerintah melalui BRGM berkomitmen merehabilitasi mangrove seluas 600 ribu hektare. Target 600 ribu hektare ini terbagi jadi dua, yaitu target 200 ribu hektare untuk rehabilitasi mangrove melalui kegiatan penanaman oleh masyarakat.
Kedua, target 400 ribu hektare berupa pengelolaan lanskap mangrove berkelanjutan, termasuk di dalamnya melindungi areal mangrove yang masih utuh lewat penguatan regulasi, kelembagaan, serta pemberdayaan masyarakat. Mangrove memang tidak lepas dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Pengelolaan mangrove secara berkelanjutan akan terwujud jika masyarakat di sekitarnya merasakan manfaat riil dari melindungi dan memanfaatkan bakau secara berkelanjutan. Sebagai pengingat, Hari Mangrove Sedunia dirayakan setiap 26 Juli setiap tahunnya.
Advertisement
