Buku Rapor Keluarga, Cara Baru Atasi Kemiskinan di Yogyakarta

Menurut Kus, dengan buku Rapor Keluarga ini tidak hanya akan merubah ekonomi masyarakat, tapi juga mental masyarakat.

oleh Yanuar H diperbarui 14 Jun 2014, 08:27 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2014, 08:27 WIB
Buku Rapor Keluarga, Cara Baru Atasi Kemiskinan di Yogyakarta
(Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta - Berbagai cara dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Namun di Kota Yogyakarta ada satu langkah menarik yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan. Yaitu dengan buku Rapor Keluarga.

Sekretaris tim koordinasi penanggulangan kemiskinan Kus Wijaya mengatakan, buku Rapor Keluarga ini baru kali pertama di Indonesia, untuk melihat kondisi ekonomi keluarga. Sehingga warga dapat melakukan langkah-langkah untuk merubah kondisi warga sendiri.

"Rapor Keluarga ini tujuannya untuk menilai keluarga itu sendiri. Yang nanti dia bisa mendeteksi dirinya sendiri, kondisi saat ini dan besok harus seperti apa. Seperti rapor sekolahan, jadi saya harus merubah apa sehingga ke depan jadi lebih baik," ujar Kus kepada Liputan6.com Jumat (14/6/2014).

"Ini seperti itu, kalau sekarang mengalami kemiskinan maka ke depan saya harus merubah apa saja gitu," tandas Kus.

Kus mengatakan, buku Rapor Keluarga ini akan menjadi panduan warga yang tergolong miskin, agar keluar dari zona tersebut. Saat ini sudah diterapkan di 32 kelurahan dari 45 keluarahan yang ada. Rapor Keluarga ini bisa menjadi solusi penanggulangan kemiskinan di Yogyakarta.

"Kalau sudah dilakukan oleh warga miskin di Yogya yang berjumlah 37.600 itu, maka saya yakin penurunan angka kemiskinan jadi lebih cepat," ujar Kus.

Menurut Kus, dengan buku Rapor Keluarga ini tidak hanya akan merubah ekonomi masyarakat, tapi juga mental masyarakat. Karena banyak dari warga yang mengaku miskin, padahal secara kategori warga tersebut masih tergolong mampu.

Hal ini juga menurut Kus sudah menjadi hal yang sering terjadi di Indonesia. "Rapor Keluarga ini merubah dirinya sendiri. Jika mengetahui dirinya miskin, dia ada niat berubah nggak? Sekarang miskin apa tahun depan ya mau miskin lagi?"

"Nanti kita pantau lagi beberapa bulan kemudian. Adakah perbedaan, ini nantinya tidak hanya merubah ekonominya tapi mental dari KK itu sendiri," sambung Kus.

Kus menjelaskan, rapor ini di dalamnya menyebutkan kategori warga dengan beberapa kriteria dan tuntunan apa saja untuk keluar dari zona tersebut, selama 6 bulan ke depan. Rapor ini juga melihat poin penting mana yang harus dilakukan warga dari masing-masing masalah ekonomi.

Bagi Kus, buku ini juga menjadi motivasi bagi anak turunannya. Melihat rekam jejak keluarga leluhurnya, maka akan memotivasi anak turunanya agar terhindar dari kategori miskin. "Di sana ada modul penilaian sendiri masuk kategori apa apakah masuk miskin, fakir miskin atau rentan miskin."

"Lalu 6 bulan ada keinginan merubah seperti apa itu ada tuntunannya. Bagaimana saya harus berembug dengan keluarga dan titik beban masalah kemiskinan saya. Lalu saya akan merubah di titik yang terberat itu. Jika disimpan, maka cucunya bisa melihat kondisi keluarga leluhurnya seperti apa sehingga memotivasi mereka," pungkas Kus.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya