Liputan6.com, Jakarta - Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono berjanji akan memaksimalkan pengamanan Ibukota Jakarta. Hal ini terkait rekor Jakarta yang masuk ke dalam 50 kota besar paling tak aman sedunia, sesuai hasil survei Economist Intelligence Unit.
Unggung mengaku tak akan segan-segan melumpuhkan oknum yang ditemukan tengah bertindak aksi kriminal. Bahkan, kata dia, dalam beberapa kasus, polisi terpaksa menembak penjahat yang garang melawan.
Selain itu, sambung dia, Polda Metro Jaya juga akan intensif melancarkan Operasi Binakusuma (Operasi Anti-Premanisme) yang dilakukan pihak aparat sejak 19-28 Januari 2015 lalu.
"Dari hasil keseluruhan, (preman) yang kita amankan 2.785 orang dengan penanganan terpisah. Yang kita tahan 305 orang dan yang kita bina 2.480 orang selama 10 hari. (Pelaku kejahatan) Di Tangerang, Bekasi, dan Depok sudah kita lumpuhkan," jelas Unggung saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Sniper
Dalam kesempatan ini Unggung juga menanggapi wacana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang berencana menempatkan penembak jitu (sniper) di daerah-daerah rawan kriminal. Menurut Unggung, upaya patroli keliling dan menempatkan anggota Brimob di pos-pos pantau sebenarnya sudah cukup efektif sebagai upaya preventif pencegahan tindak kriminal. Namun, sambung dia, jika hal itu dinilai kurang, Polda Metro Jaya siap menurunkan sumber daya manusia (SDM) terbaik yang dimiliki Polri untuk mengamankan Ibukota.
"Kami (kepolisian) telah sering bertemu dengan Pak Gubernur. Hal yang kita bicarakan termasuk ketertiban Jakarta, yaitu tertib lalin (lalu lintas), pembuangan sampah, penertiban PKL (pedagang kaki lima), sampai masalah keamanan. Intinya saya dan Pangdam (Panglima Kodam) siap mem-backup Pak Gubernur untuk memberikan rasa aman (kepada masyarakat)," ucap dia.
Kasus pembegalan motor yang marak terjadi belakangan ini meresahkan warga ibukota, khususnya yang berada di pinggiran ibukota seperti Depok, Tangerang, Bekasi. Mengantisipasi hal itu terulang, Unggung telah mempersenjatai anggotanya dengan senapan api yang berjaga di pos pantau maupun patroli.
"Sebelumnya (wacana sniper), anggota-anggota (polisi) kita di pos pantau itu sudah menggunakan senjata untuk menjaga anggota kita yang bertugas di jalan dan untuk mengamankan masyarakat. Yang saya utamakan adalah saat jam berangkat kantor dan jam pulang kerja. Di samping itu kita laksanakan patroli, kadang kala dalam skala besar, yaitu gabungan Shabara, Brimob, dan ada TNI dengan peningkatan jam patroli," tandas Unggung.
Hasil survei yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU) menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota paling tidak aman sedunia. Survei yang meneliti 50 kota di dunia itu memasukkan 40 indikator kuantitatif dan kualitatif. Ke-40 indikator tersebut terbagi dalam 4 kategori tematik, yakni keamanan digital, jaminan kesehatan, infrastruktur, dan personal. Setiap kategori terbagi lagi ke dalam 3-8 subindikator, seperti langkah kebijakan dan frekuensi kecelakaan lalu lintas. (Riz/Ndy)
Advertisement