Tantowi: Penolakan Credentials oleh Brasil Pelecehan Diplomatik

Tindakan Brasil itu memicu protes dari Kementerian Luar Negeri Indonesia dan juga DPR.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 21 Feb 2015, 13:53 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2015, 13:53 WIB
Tantowi Yahya
Tantowi Yahya (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya angkat bicara terkait sikap Pemerintah Brasil yang menolak credentials atau surat kepercayaan dari Dubes Indonesia Toto Riyanto untuk sementara. Padahal delegasi tanah air itu sudah berada di Istana Brasil bersama dubes dari negara lain. Tindakan Brasil itu memicu protes dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dengan memanggil Dubes Brasil di Jakarta dan menarik Toto Riyanto pulang ke Indonesia.

Tantowi mendukung sikap tegas pemerintah tersebut. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar tersebut, langkah Indonesia sudah sangat tepat.

"Sikap pemerintah sudah benar. Oleh karenanya patut didukung," ujar Tantowi dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (21/2/2015)

Dijelaskan dia, penerimaan credentials memang merupakan hak negara yang bersangkutan, tapi pembatalan credentials tersebut merupakan bentuk pelecehan dalam hubungan diplomatik negara.

"Pembatalan kepada Dubes RI di saat delegasi sudah berada di Istana Kepresidenan bersama dengan dubes-dubes lain adalah pelecehan diplomatik," tukas Tantowi.

Sikap Brasil itu diyakini terkait rencana pemerintah Indonesia mengeksekusi mati warga Negeri Samba, Rodrigo Gularter, terpidana mati kasus penyelundupan 6 kilogram kokain ke Tanah Air.

"Oleh karenanya patut kita protes keras. Tidak ada negara yang bisa mendikte hukum negara lain dan Brasil sebagai negara berdaulat seharusnya memahami dan memaklumi itu," ujar Tantowi.
 
Lebih lanjut, menurut Tantowi, tindakan emosional yang diambil pemerintah Brasil akan memperburuk hubungan bilateral dengan Indonesia dalam berbagai bidang. Di bidang pertahanan, Indonesia dan Brasil sudah menjalin kerja sama yang baik.

"Tahun anggaran 2009-2014, kita memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai kita. Kita juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS). Kami akan duduk dengan Kemhan (Kementerian Pertahanan) untuk mengevaluasi kerja sama ini ke depan jika Brasil tidak mengubah sikap," ujar dia.

Di bidang perdagangan, lanjut Tantowi, sebagai salah satu penghasil daging terbesar di dunia, Brasil saat ini sedang berusaha memasukkan dagingnya ke Indonesia.

"Mereka tahu besarnya kebutuhan kita akan daging. Dari dua bidang itu saja, saya menilai Brasil dalam posisi yang lebih membutuhkan kita. Kita sedang dalam posisi darurat narkoba. Oleh karenanya, pemerintah tidak boleh takut apalagi tunduk oleh tekanan-tekanan seperti yang sedang ditunjukkan oleh Brasil dan Australia saat ini," tandas Tantowi Yahya. (Riz/Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya