Liputan6.com, Madura - Bagi Untung, lahir tanpa kedua tangan bukanlah masalah. Seperti orang lain, Untung juga punya banyak kegiatan. Bahkan 22 tahun terakhir Untung bertugas sebagai guru di sebuah sekolah Madrasah Miftahul Ulum, di Desa Batang-batang Laok, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Sebelum berangkat mengajar, Untung selalu menyiapkan segala sesuatu dan mengerjakan semuanya sendiri. Untuk sampai ke sekolah tempatnya mengajar, Untung berjalan kaki selama sekitar 15 menit.
Baca Juga
Untung memandang profesi guru sebagai pengabdian. Setelah lebih dari 2 dekade mengajar, gajinya masih Rp 300 ribu per bulan. Untung menjadi guru pelajaran agama. Walau tanpa tangan, dia tidak kesulitan mengajar.
Advertisement
Untung lahir 45 tahun lalu dari keluarga petani miskin. Awalnya, orangtua beranggapan Untung tidak perlu sekolah, tetapi sejak kecil Untung ingin terus maju. Karena orangtuanya tidak punya biaya, Untung akhirnya melanjutkan pendidikan di pesantren desa. Sekarang, Untung menjadi salah satu guru favorit.
Sejumlah anak didik Untung boleh dikata telah berhasil. Seperti Sofyan yang menjadi sastrawan dan siap melanjutkan pendidikan lewat beasiswa ke Jerman.
Ayah 2 putri ini bertekad akan terus mengabdi sebagai guru dan menjadi jembatan pengetahuan untuk sebanyak mungkin generasi muda. Hal ini sama dengan motto hidup Untung, yaitu jangan menyerah pada keadaan, berikan yang terbaik untuk orang lain.
Saksikan Untung dalam Pantang Menyerah selengkapnya yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (3/4/2015). (Vra/Sun)