Liputan6.com, Surabaya - Kawasan Dolly, Surabaya, Jawa Timur, salah satu kawasan prostitusi yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara. Kawasan yang sudah terkenal sejak tahun 1960-an saat Tante Dolly mendirikan rumah pelacuran pertama untuk memuaskan syahwat para tentara Belanda pada masa itu.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (12/4/2015), lokalisasi Dolly dulu menjelma menjadi kekuatan dan sandaran hidup bagi sekitar 800-an wisma esek-esek dan sekitar 9.000-an lebih penjaja cinta. Tetapi kini Gang Dolly sudah berubah.
Baca Juga
Bekas lokalisasi Dolly yang terletak di Jalan Kupang Gunung Timur kini terlihat sepi. Untuk menghidupkan kembali ekonomi eks lokalisasi Dolly, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kini menyulapnya menjadi sejumlah rumah industri.
Advertisement
Sejumlah wisma yang dulu ramai oleh kupu-kupu malam dan pria hidung belang, kini dialihfungsikan menjadi industri sepatu. Salah satu contohnya di Wisma Barbara. Wisma yang dulu cukup terkenal ini kini menjadi rumah kelompok usaha bersama membuat sepatu yang mulai merintis usaha sejak bulan Oktober 2014.
Ada 30 warga terdampak penutupan Dolly yang mayoritas ibu-ibu bergabung dalam kelompok usaha bersama ini. Namun setelah 7 bulan berlalu, kini tinggal 15 orang atau separuh warga yang masih bertahan di bekas wisma ini.
Warga sekitar lokalisasi Dolly diberdayakan untuk menjahit bahan-bahan membuat sepatu hingga setengah jadi. Kemudian disetorkan ke pabrik sepatu untuk proses finishing.
Sejumlah warga yang ikut usaha ini mengaku mendukung perubahan ini. Namun sayang tidak diimbangi penghasilan yang didapat. Para anggota kelompok usaha bersama ini berharap usaha menjahit produksi sepatu menjadi usaha yang menjanjikan bagi mereka agar dapat membantu perekonomian keluarga.
Dukungan Pemkot Surabaya dalam pemasaran hasil karya mereka sangat diharapkan warga agar usaha ini bisa terus bertahan. (Vra/Sss)