Awas Tertipu Beras Plastik

"Rasanya tawar. Kalau bau khas nasi kan wangi."

oleh Tanti YulianingsihNadya IsnaeniThariq GibranPebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Mei 2015, 00:08 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2015, 00:08 WIB
Bebas Kutu dan Jamur, Ini Cara Tepat Simpan Beras
Menyimpan beras dengan cara yang benar untuk stabilkan kualitas beras. (Foto: popsugar.com)

Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka di antara butiran nasi yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia kemungkinan terselip bahan berbahaya. Beras sintetis atau beras palsu yang diduga mengandung resin berbahaya mulai beredar.

Dewi Septiani (29), pedagang nasi uduk dan bubur ayam di Ruko GT Grande, Blok F 19 Nomor 37, RT 01 RW 23, Perumahan Mutiara Gading Timur, Kelurahan Mustikajaya, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, menemukan dugaan adanya beras plastik atau sintesis.

Dia menuturkan, beberapa hari lalu dia menemukan keganjilan dengan beras yang dimasaknya untuk berjualan. Sebagian beras tidak bercampur dengan air.

"Airnya itu, posisinya ada di atas nggak campur sama nasi. Pada saat masak bubur, nasinya malah ngendap ke bawah, airnya ke atas. Jadi nggak menyatu," kata Dewi Septiani.

Beras yang ia beli di kios beras seharga Rp 8 ribu per liter. Beras diduga plastik tersebut dicampur dengan beras lokal biasa seperti setra ramos karawang.

Geger soal beras palsu berbahan campuran limbah plastik, ubi, dan kentang impor dari Tiongkok ini sebelumnya terjadi di Kerala, India.

Perbedaan Beras Asli Vs Beras Plastik

Dewi mengatakan, bila dimakan, beras plastik rasanya berbeda dengan beras pada umumnya. "Rasanya tawar. Kalau bau khas nasi kan wangi, ini baunya tawar saja. Rasa di mulut agak getir," tambah Dewi.

"Warna putih, sama seperti beras asli. Bedanya kalau beras asli kan ada guratannya, kalau dia (beras palsu) halus saja," kata Dewi.

Menurut Dewi, perbedaan dengan beras asli sangat tampak sebelum dan sesudah beras plastik dimasak.

"Butiran beras yang diduga plastik berwarna bening sementara beras asli berwarna bening bercampur putih susu. Ada dua warna yang beras asli yakni bening dan putih susu," ujar Dewi Septiani saat ditemui Liputan6.com, Selasa 19 Mei 2015.

Setelah beras plastik dimasak, tampak perbedaan lagi. Beras plastik dimasak untuk dijadikan bubur nasi, tidak hancur menjadi bubur. "Padahal memasak beras asli dengan durasi waktu dan ukuran air yang sama, sudah hancur menjadi bubur."

Dewi membeli beras tersebut pada Rabu 13 Mei lalu di Pasar Mutiara Gading Timur, yang lokasinya berdekatan dengan warung nasi miliknya. Kecurigaaan mulai dirasa Dewi setelah memasak beras sintesis itu pada Senin 18 Mei kemarin. Ia pun langsung melaporkannya ke polisi.

Menindaklanjuti dugaan beredarnya beras plastik, petugas Polsek Bantargebang Bekasi, Jawa Barat, mendatangi satu toko beras untuk mengecek langsung kebenaran adanya beras plastik tersebut.

"Kami langsung mendatangi lokasi dan mengamankan satu setengah karung dari toko beras tersebut," ujar Kapolsek Bantargebang Kompol Gatot Suyanto, Selasa 19 Mei 2015.

Gatot mengatakan, selain mengamankan beras di toko tersebut, petugas juga mengamankan S (45) dan 5 anak buahnya untuk dimintai keterangan.

Temuan beras plastik ini membuat Kapolsek mengimbau masyarakat agar waspada terhadap peredaran beras oplosan yang diduga terbuat dari plastik ini. Sebab, ada kemungkinan tidak hanya 1 toko beras yang diduga menjual beras plastik ini.

"Kami masih menelusuri penyuplai beras tersebut," jelas Gatot.

Dia menyebutkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan kepolisian dan pemerintah daerah untuk menyakinkan kebenaran beras plastik tersebut. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) nanti yang akan mengecek langsung untuk meneliti kandungan di dalamnya.

Bahaya di Balik Beras Palsu

Dewi Septiani mengaku setelah memakan beras plastik itu perutnya terasa sakit. Bahkan anaknya juga mengalami sakit perut.

Laman Straits Times, para ahli kesehatan dan ahli diet pun memperingatkan bahwa mengonsumsi beras palsu tersebut bisa berakibat mematikan atau merusak sistem pencernaan.

"Beberapa zat, seperti resin pada plastik tidak boleh dimakan, apalagi dalam jangka panjang. Sebab bisa menimbulkan implikasi negatif pada sistem pencernaan," kata Kepala ahli gizi National Heart Institute (IJN), Mary Easaw-John.

Menteri Pedagangan Rachmat Gobel mengaku belum mengetahui peredaran beras plastik di masyarakat. Pihaknya akan segera menelusuri sumber beras tersebut.

"Kan ada pengaduan, saya musti cek. Apakah betul ada itu atau tidak? Itu beras apa, saya belum tahu beras plastik. Saya tahunya dari kawan media semua," kata Rachmat di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa .

Menurut dia, peredaran beras plastik sangat berbahaya jika sampai dikonsumsi. Untuk itu, pihaknya akan mengatasinya dengan mencari asal beras tersebut. "Itu kan bisa mempengaruhi kesehatan dan harus kita tindak dan segera diatasi," ungkapnya.

Rachmat mengungkapkan, akan mengirim bawahnya untuk menelusuri beras plastik tersebut. Sebab, saat ini instansinya belum menerbitkan izin ekspor beras.

Tersebar di Beberapa Negara

Peredaran beras plastik itu diduga sudah tersebar di beberapa negara Asia yang penduduknya besar seperti India, Indonesia, dan Vietnam. Laman Street Times menyebut, beras plastik diduga terbuat dari kentang, ubi jalar, dengan resin sintetik yang kemudian dibentuk menyerupai bulir-bulir bakal nasi.

Salah satu rumor terbaru mengatakan, beras palsu telah beredar di Singapura, meskipun pemeriksaan menyeluruh guna mengungkapkan tuduhan ini memakan waktu 5 tahun.

Berita beras palsu yang disebut-sebut umum dijual di pasar China, terutama di Taiyuan Provinsi Shaanxi juga marak beredar di media sosial populer seperti WhatsApp dan Facebook. Meski kian santer diberitakan dan menjadi buah bibir di berbagai kalangan, Kementerian Pertanian dan Industri Agro Malaysia mengaku belum menerima laporan adanya beras plastik.

Sang Menteri, Ismail Sabri Yaakob, justru membantah menerima laporan tersebut. Ia malah meyakinkan bahwa konsumen akan diajarkan bagaimana mengidentifikasi beras palsu.

Meski belum tahu secara persis tentang beras palsu itu, Menteri Perdagangan Dalam Negeri Malaysia Hasan Malek akan melakukan investigasi secara nasional.

Tim investigasi akan fokus pada toko-toko kelontong kecil untuk memeriksa apakah mereka menjual beras palsu -- terutama di pinggiran dan pedesaan.

"Kami akan terus melakukan investigasi, tetapi pada saat yang sama saya ingin mengimbau konsumen untuk melapor kepada kementerian jika menemukan beras tersebut."

Sebuah video yang diunggah ke situs YouTube memperlihatkan bagaimana pembuatan beras palsu. Dalam video berjudul 'AWAS!!!! Beras Palsu buatan Negara China!!!', terlihat seorang pekerja yang tengah mengolah produk berbahaya tersebut dalam durasi 2.29 menit.

Pada awalnya, bahan seperti plastik berwarna putih dihancurkan dalam sebuah mesin. Begitu keluar dari mesin bahan yang tadinya kering tersebut berubah warna menjadi hijau kecokelatan dan mengental seperti krim.

Bahan tersebut lalu dilewatkan dalam alat seperti saringan air sehingga terbentuk helaian-helaian panjang. Di bawahnya tempat bahan tersebut mengalir terdapat bak penampungan berisi air dingin.

Begitu melewati air, bahan tersebut memadat. Bahan yang sudah menyerupai helaian benang tebal itu lalu dikeringkan. Untuk kemudian melewati mesin pemotong yang bakal mengubah bentuk bahan tersebut menjadi lebih kecil seperti bulir-bulir beras. (Mvi/Ans)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya